JawaPos.com – Ferdy Sambo menyeret banyak anggota kepolisian dalam kasus pembunuhan terhadap Brigadir Yosua. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kemarin (29/11), Sambo pun kembali meminta maaf.

Sambo menuturkan, dalam sidang kode etik, dirinya sempat menyatakan permintaan maaf kepada para juniornya. ’’Dalam sidang kode etik, saya sudah bilang sangat menyesal dan minta maaf. Para junior saya ini tidak salah. Saya yang salah karena tidak mengatakan yang benar,’’ terangnya.

Namun, dalam sidang kode etik, para juniornya itu dihukum. “Hal itu karena mereka semua dianggap mengetahui apa yang terjadi. Saya memohon maaf atas apa yang telah terjadi,” imbuhnya.

Pernyataan Sambo itu merespons pertanyaan mantan Kasatreskrim Polres Jaksel AKBP Ridwan Soplanit yang kemarin dihadirkan sebagai saksi. “Sebelum ke saksi lainnya, mungkin diberi kesempatan ke senior saya, Pak Sambo. Kenapa kami dikorbankan dalam masalah ini?” tuturnya.

Dalam persidangan, Ridwan ditanya hakim Wahyu Imam Santoso soal pelanggaran yang dilakukannya. Ridwan memaparkan, ada perintah membuat berita acara interogasi (BAI) Putri Candrawathi. “BAI ini diarahkan Sambo untuk dimulai dari pelecehan seksual terhadap Putri,” ujarnya.

Lalu, BAI dibuat di polres tanpa kehadiran Putri. Itu bukan hal yang wajar. “Saat itu saya keberatan,” ucapnya. Namun, Ridwan menyebut bahwa saat itu berhadapan dengan seorang Kadivpropam.

Di depan hakim, Ridwan mengaku mendapat hukuman demosi selama delapan tahun. “Demosi delapan tahun (karena) dianggap kurang profesional. Mulai dari olah TKP, barbuk diambil orang lain, LP yang saat itu tidak dibuat laporan hasil penyelidikan,” jelasnya.