Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Denpasar
Tokoh Terkait
Jusuf Kalla
Pramono Anung
Panda Nababan Saksi Hidup yang Beberkan ada Informasi BIN dan BAIS Awal Hubungan Panas Mega-SBY
Gelora.co Jenis Media: News
GELORA.CO -Fakta yang diungkap oleh wartawan dan politisi senior Panda Nababan, yang mengatakan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY telah melakukan berbagai upaya agar bisa bertemu dengan Megawati setelah memenangkan Pemilu 2004 lalu.
Panda mencontohkan saat dimana SBY mengutus teman dekat yang sama-sama mengenal Megawati untuk bertemu, namun upaya tersebut tidak berhasil dilakukan.
Megawati, ungkap Panda, yang saat itu sebagai Presiden, memiliki sumber informasi dari Badan Intelijen Negara (BIN), dari Badan Intelijen Strategis Militer (BAIS), dan dari berbagai kolega-koleganya, yang diartikan bahwa Megawati bisa mudah dan transparan mengetahui setiap gerakan-gerakan yang dilakukan SBY.
Sepertinya, Megawati sudah terlanjur kecewa dengan SBY sebagai imbas dari pernyataan-pernyataan SBY yang saat itu menjadi Menkopolhukam 'ngomong' dibelakang Megawati saat dirinya menjadi Presiden ke-5 Indonesia.
“Suatu ketika, Mega mengumpulkan kami, Taufiq suaminya, Pramono Anung, Tjahjo Kumolo dan saya di rumah Teuku Umar. Dia meminta saya untuk bertemu SBY," kata Panda Nababan dalam akun YouTube pribadinya, Bang Panda yang berjudul 'SBY Bohongi Mega' yang telah diunggah satu tahun lalu.
Dalam pertemuan di rumah pribadi Megawati itu, Taufiq Kiemas meminta Megawati sebagai Ketua Umum PDIP untuk bertemu dengan SBY. Namun ketika itu, Megawati tak lantas mengiyakan saran dari suaminya itu.
"(Kata Megawati) wah nggak, kalau mau ketemu saya harus ada klarifikasi dulu, kata dia" cerita Panda.
Kemudian, dalam cerita yang diungkap Panda Nababan itu, Tafik Kiemas pun mengajukan diri kepada Megawati untuk bertemu dengan SBY.
"Kalau ndak, aku aja, kata Taufik," ujar Panda.
"wah ndak, kalau kau yang pergi, sama saja dengan diriku, jawab Mega," Panda Melanjutkan.
Setelah lama mereka berunding, Megawati lantas mengajukan lima pertanyaan, untuk kemudian diteruskan agar dikonfirmasi dan diklarifikasi langsung oleh SBY.
“Apakah benar dia (SBY) pernah mengatakan, saya ini sudah di comberan tapi diwongke sama mbak Mega, kemudian ada juga pertanyaan bahwa betul dia pernah mendatangi Mega menanyakan mbak Mega apakah bersedia menerima dia sebagai calon Wakil Presiden," kata Panda.
Waktu pun sudah larut malam, kata Panda, Megawati lalu mengutus Pramono, Tjahjo dan Panda bertemu SBY di istana. Namun, saat hendak keluar gerbang kediaman, Megawati menghentikan laju mobil dan menyuruh Tjahjo Kumolo dan Pramono Anung turun dari mobil.
Panda menjelaskan bahwa Megawati mempercayakan dirinya yang keturunan Batak, bisa berangkat sendiri karena lugas berbicara dan berani serta mencatat dengan baik isi dari pertemuan dengan SBY, karena memiliki latarbelakang sebagai wartawan.
"Berangkatlah aku sendiri ke istana, dan ketemulah aku dengan SBY, aku sampaikan semua pertanyaan, satupun tidak ada yang dia jawab, dia cuma bersandar melihat langit-langit, waduh dramatis pertemuannya, mencekam tidak ada dialog," ungkap Panda.
Karena merasa sudah larut malam, alih-alih pisang goreng dan martabak yang disajikan oleh istana sudah habis, Panda pun pamit pulang.
Siang keesokan harinya Panda pun berangkat ke Denpasar, Bali. Saat bertemu Megawati, dia langsung menceritakan kisahnya dari pertemuan malam itu.
"Reaksi Mega, 'kan bener, mana berani dia terbuka ke saya'. Apa yang saya ceritakan tadi, saya tuangkan dalam buku otobiografi saya," tutup Panda.
Buku otobiografi Panda Nababan itu ia beri judul 'Panda Nababan Lahir sebagai Petarung'.
Diketahui sebelumnya, hubungan retak Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah tidak harmonis atau 'perang dingin' sejak tahun 2003.
Dimana saat itu SBY menjabat posisi Menkopolhukam di kabinet Megawati, dan memutuskan untuk maju sebagai calon presiden pada pemilu 2004 bersaing dengan Megawati.
Alasannya SBY kala itu diungkapkan oleh Sekretaris Menkopolhukam Sudi Silalahi, bahwa SBY mengeluh dan merasa dikucilkan oleh pihak istana karena tidak diajak rapat kabinet ditengah situasi politik yang tengah memanas.
Keluhan SBY itu kemudian ditanggapi oleh suami Megawati, Taufik Kiemas yang menyebut bahwa SBY seperti 'anak kecil' dan tak berani bicara langsung kepada Megawati saat tak diajak rapat kabinet, yang malah berkoar-koar di berbagai media massa saat itu.
Pernyataan-pernyataan SBY itu pun kemudian mendapat simpatik dari banyak kalangan masyarakat dan tokoh politik, hingga kemudian SBY dijuluki sebagai pihak yang 'terzalimi' secara politik.
SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla akhirnya memenangkan pemilu 2004, mengalahkan Megawati (capres petahana) yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi. Bahkan Megawati menolak hadir saat SBY-JK membacakan sumpah presiden dan wakil presiden di Istana Negara dan berbagai undangan SBY lainnya.
Sentimen: negatif (98.8%)