Sentimen
Positif (100%)
24 Nov 2022 : 01.04
Informasi Tambahan

BUMN: BTN

Bicara Di IOG 2022, Sri Mul: Benahi Tantangan Industri Hulu Migas

24 Nov 2022 : 08.04 Views 2

RM.id RM.id Jenis Media: Nasional

Bicara Di IOG 2022, Sri Mul: Benahi Tantangan Industri Hulu Migas

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati berharap, International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) yang diinisiasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan menghasilkan ide-ide baru yang produktif mengenai isu industri hulu migas. 

Sehingga rembug akbar ini dapat mendorong investasi dan mengadaptasi transisi energi melalui kolaborasi yang lebih kuat. Sesuai dengan tema IOG 2022.

“Mengingat energi, khususnya minyak, menjadi salah satu isu yang sangat penting saat ini dalam perbincangan di tingkat global, apalagi dengan krisis energi dan apa yang terjadi dengan perkembangan geopolitik,” kata Sri Mulyani dalam paparannya di acara IOG 2022 Bali, Rabu (23/11).

Indonesia, diungkap Sri Mulyani, telah melewati pemulihan yang sangat kuat dalam tiga kuartal terakhir. Namun risikonya kini telah bergeser. “Ada risiko baru yang datang dari geopolitik yang menciptakan kenaikan harga yang sangat tinggi pada energi serta pupuk dan makanan,” ujarnya.

Berita Terkait : Gelar Indonesia Development Forum, Bappenas Bahas Masa Depan Industrialisasi RI

Kondisi tersebut, lanjut Sri Mulyani, menimbulkan tekanan inflasi yang tinggi yang kemudian diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter. Dan telah menciptakan risiko penurunan ekonomi global.

“Untung bagi Indonesia, kita masih menikmati pemulihan ekonomi yang sangat tinggi, baik karena dukungan permintaan domestik dari konsumsi maupun karena ledakan komoditas. Pemulihan semacam ini tentu juga didukung oleh lingkungan global. Namun ketika lingkungan global kini menghadapi risiko penurunan, Indonesia perlu waspada,” bebernya. 

Anggaran Pemerintah atau alat fiskal, diakui dia, telah memainkan peran yang sangat penting sejak ekonomi Indonesia terpukul oleh Panama. Namun kebijakan fiskal ada batasnya. 

Sri Mulyani menyebut, tahun 2023 akan menjadi salah satu masa pemulihan pasca pandemi yang paling menantang secara global. Sebab ketegangan geopolitik menciptakan krisis pangan dan energi. Terlebih ketegangan tersebut terjadi di wilayah penghasil pangan dan energi secara global. 

Berita Terkait : Gelar IPEX 2022, BTN Targetkan Transaksi 1,5 T

Untungnya, pada KTT G20 kemarin, Indonesia telah berhasil berupaya untuk terus menjaga kolaborasi dan kerja sama para pemimpin dunia untuk mengurangi risiko krisis pangan maupun energi. “Kita juga harus menghadapi perubahan iklim, yang menjadi semakin penting dalam menciptakan risiko tambahan terhadap kerapuhan ekonomi. Komitmen untuk mengurangi emisi CO2 menjadi sangat penting. Komitmen untuk mencapai net zero emission juga menjadi sangat penting,” tegasnya.

Komitmen ambisius ini, menjadi tantangan Indonesia. Bagaimana mengurangi emisi CO2, namun di sisi lain terus mendukung pembangunan dan pemulihan ekonomi dengan kebutuhan energi yang akan terus meningkat. Itu sebabnya, dalam KTT G20, Indonesia secara resmi meluncurkan Platform Negara Mekanisme Transisi Energi. Platform yang menciptakan percepatan transformasi namun tetap adil dan terjangkau, khususnya di sektor energi. 

“Dunia akan melihat bahwa Indonesia sebagai pemimpin global juga akan terus konsisten dalam merancang transisi yang sangat rumit, dari bahan bakar fosil ke energi bersih ini,” ujarnya. 

Sri Mulyani bilang, banyak tantangan yang perlu dibenahi pada industri hulu migas di Indonesia. Sebab sebagian besar produksi minyak Indonesia sebenarnya berasal dari lapangan yang relatif sudah tua. 

Berita Terkait : Forum H20, Menag: Perkuat Kemitraan Industri Halal Global

“Karena itu kita perlu merevitalisasi kebijakan agar kita mampu menciptakan iklim investasi yang tepat bagi industri hulu sekaligus tetap berkomitmen pada mekanisme transaksi energi kita,” imbuhnya. 

Untuk itu, lanjut Sri Mulyani, Pemerintah akan terus menggunakan kebijakan fiskal agar dapat mencapai keseimbangan yang tepat antara kebutuhan akan ketahanan dan kepastian energi, sekaligus mewujudkan komitmen transisi energi yang kredibel. 

“Menghasilkan bauran energi yang tepat di Indonesia, baik bahan bakar fosil maupun bahan bakar non-fosil, namun tetap konsisten dengan transisi energi kita,” terangnya.

Dia berharap, IOG 2020 ini dapat memberikan pandangan serta aspirasi, tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga dunia, untuk menemukan keseimbangan yang tepat. “Di satu sisi tetap terus memberikan ketahanan energi dan bauran energi, antara bahan bakar fosil dan non-fosil, sekaligus menjaga dunia terhindar dari bencana ancaman perubahan iklim,” tandasnya.

Sentimen: positif (100%)