Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Kab/Kota: Yogyakarta
Kasus: covid-19
Partai Terkait
Muktamar Aisyiyah ke-48, Perempuan Berkemajuan Memajukan Peradaban
Harianjogja.com Jenis Media: News
Di Surakarta, tepat pada tanggal 18 - 20 November 2022, ‘Aisyiyah menyelenggarakan muktamar ke-48. ‘Aisyiyah resmi berdiri pada 19 Mei 1917 M/27 Rajab 1335 H di Kauman, Yogyakarta.
Kini, usia ‘Aisyiyah telah menginjak lebih dari satu abad. Usia yang telah menunjukkan kematangan dan kemapanan sebuah organisasi. Sejarah telah mencatat, tidak banyak organisasi perempuan yang mampu bertahan lebih dari satu abad. Aisyiyah adalah salah satunya. ‘Aisyiyah merupakan organisasi otonom bagi perempuan Muhammadiyah. Digagas oleh Nyai Siti Walidah bersama suaminya, KH Ahmad Dahlan, kini ‘Asyiyah menjelma sebagai gerakan perempuan muslimah berkemajuan terbesar di Indonesia, dan bahkan dunia.
‘Aisyiyah bermula dari perkumpulan bernama Sopo Tresno, forum pengajian Alqur’an dan baca tulis khusus untuk kaum perempuan yang dibina oleh KH Ahmad Dahlan sejak 1914 di Kauman, Yogyakarta. Perkumpulan Sopo Tresno inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya ‘Aisyiyah, gerakan perempuan muslimah berkemajuan. Sungguh, ada makna filosofis sangat mendalam yang dapat kita gali dari balik kata Sopo Tresno ini. Jika kita telisik, makna filosofis tersebut sangat dibutuhkan dan sangat kontekstual di era kekinian dimana saat ini persatuan dan kesatuan umat manusia di dunia tengah diuji.
‘Aisyiyah Mendobrak Tradisi
Sopo Tresno sebagai embrio ‘Aisyiyah adalah perkumpulan kaum perempuan terdidik yang menginginkan perubahan untuk kemaslahatan Indonesia dan dunia. Sopo Tresno merupakan fakta sejarah paling nyata yang menegaskan bahwa betapa Kyai Dahlan sangat memperhatikan pendidikan bagi kaum perempuan. Karena pendidikan adalah nafasnya perubahan. Pendidikan adalah pasaknya pergerakan. Dan kaum perempuan adalah sosok yang tangguh serta multi talent yang ternyata terbukti mampu menghadirkan perubahan tersebut.
Melalui Muktamar ini, ‘Aisyiyah seolah menyampaikan pesan penting pada semesta bahwa semua manusia memiliki hak yang sama di mata dunia dan Tuhannya. Hadirnya ‘Aisyiyah telah menyadarkan masyarakat dunia bahwa dalam berkarya, perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama. Dalam berkarya, Tuhan tidak pernah mebeda-bedakan dan tidak pernah memandang jenis kelaminnya. Perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan dan martabat yang sama. Jika ada perbedaan, maka itu terletak ada drajat keimanan dan ketakwaannya. Diusianya yang ke-104 tahun, ‘Aisyiyah membuktikan bahwa perempuan bisa mandiri dan berkemajuan. ‘Aisyiyah menegaskan bahwa kaum perempuan juga memiliki peluang yang sama sebagaimana kaum laki-laki dalam membangun dan memajukan peradaban dunia.
Perkumpulan Sopo Tresno telah menobrak tradisi masyarakat yang telah terkonstruk kuat bahwa kaum perempuan pada saat itu dianggap tidak perlu menempuh pendidikan secara formal. Namun Kyai Dahlan dan Nyai Walidah sebaliknya, justru malah mendorong kaum perempuan untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya. ‘Aisyiyah menegaskan bahwa kaum perempuan jika diberikan kesempatan terbukti mampu tampil sangat baik dalam ranah publik. Namun demekian, saat ini representasi kaum perempuan dalam ranah publik masih belum maksimal. Sebuah riset membuktikan bahwa kaum perempuan masih tidak dianggap bagian yang penting dalam sejarah sosial (Irwan Abdullah, 2016: 32). Sebab itu, ‘Aisyiyah hadir.
‘Aisyiyah Merekat Persatuan
Sopo Tresno berasal dari Bahasa Jawa yang secara harfiah berarti “Siapa Cinta”. Siapa cinta yang dimaksud adalah siapa saja cinta pada kebaikan dan perbaikan, cinta pada nilai-nilai keadilan dan kesetaraan, cinta pada persatuan dan kesatuan, cinta pada perdamaian dan kedamaian, serta cinta pada nilai-nilai perikemanusiaan. Inilah pesan cinta ‘Aisyiyah untuk dunia.
Sehingga dapat dipahami bahwa ‘Aisyiyah adalah gerakan perempuan muslimah yang mencintai dan mengedepankan perdamaian dan nilai-nilai kasih sayang. ‘Aisyiyah melawan dan mengutuk keras berbagai macam tindak kekerasan dalam bentuk apapun. Apa lagi kekerasan yang mengatasnamakan suku, ras atau agama sekalipun.
‘Aisyiyah dengan tresno-nya telah mengirim pesan kepada masyarakat dunia bahwa kehidupan ini hendaknya dipenuhi dengan cinta, bukan sebaliknya; kebencian dan cacian. ‘Aisyiyah dengan tresno-nya telah mengirim sinyal yang kuat bahwa masyarakat dunia harus menyelimuti dirinya dengan nilai-nilai kasih sayang antar sesama, bukan tindakan kekerasan yang menyakitkan, apa lagi sampai menyebabkan pertumpahan darah.
Sebagai gerakan perempuan muslimah berkemajuan, ‘Aisyiyah telah bertekad kuat untuk terus merekat persatuan. ‘Aisyiyah tidak pernah membeda-bedakan suku, ras dan agama untuk bekerjasama dalam semua masalah muamalah duniawiyah. Hal tersebut terbukti bahwa ‘Aisyiyah tidak pernah menolak dan membeda-bedakan siswa atau mahasiswa non muslim dari manapun yang ingin mengenyam pendidikan di ‘Aisyiyah. Begitupun dengan kelompok-kelompok rentan dan marjinal seperti kelompok disabilitas. Semua dirangkul oleh ‘Aisyiyah dengan sangat baik. Hal tersebut terbukti dengan dikembangkannya Fikih Difabel oleh Muhammadiyah - ‘Aisyiyah (baca: Munas Tarjih, 2020).
Nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender benar-benar diperjuangkan dan ditegakkan oleh ‘Aisyiyah. Tidak ada diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Baik perempuan maupun laki-laki semua memiliki hak dan kesempatan yang sama dalam berkarya. Jenis kelamin tidak menentukan prestasi, siapapun bisa berkontribusi. Aisyiyah adalah contoh nyata dalam merekat persatuan bangsa untuk menuju perdamaian masyarakat dunia.
Perempuan Membangun Peradaban
Pada Muktamar ke-48 ini, ‘Aisyiyah meneguhkan komitmen untuk terus memberikan solusi terhadap masalah-masalah negeri. Teologi Al-Ma’un menjadi dasar dakwah ‘Aisyiyah dalam mengusung peradaban. Teologi Al-Ma’un menegaskan bahwa, keshalihan individual seseorang tidak ada nilainya jika tidak diiringi dengan keshalihan sosial.
Salah satu indikator keshalihan sosial adalah menumbuhkan sikap solidaritas dan empati pada sesama. Inilah nilai-nilai spiritual yang menjadi spirit ‘Aisyiyah dalam menebar kebaikan, yakni agama tidak hanya diterjemahkan dalam bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya saja, namun juga hubungan manusia dengan manusia yang lainnya. Agama tidak hanya dipahami secara tektual semata, namun dipraktikkan dalam bentuk gerakan praksis sosial.
‘Aisyiyah telah menunjukkan baktinya yang luar biasa untuk negeri. Dalam bidang pendidikan, bakti ‘Aisyiyah tidak diragukan lagi. ‘Aisyiyah memiliki lembaga pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga perguruang tinggi (PT). Bahkan, Taman Kanak-Kanak ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) telah berusia lebih dari 100 tahun. Jumlah TK ABA saat ini mencapai lebih dari 5.860 yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia. ‘Aisyiyah juga merupakan satu-satunya organisasi gerakan perempuan di dunia yang memiliki perguruan tinggi tingkat universitas.
Dalam bidang Kesehatan ‘Aisyiyah juga telah banyak melahirkan tenaga-tenaga medis, seperti bidan, perawat, tenaga laboratorium medis, fisioterapis, ahli gizi, radiologi dan lain-lainnya. ‘Aisyiyah juga telah memiliki Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Rumah Bersalin, Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak dan Balai Pengobatan yang jumlahnya lebih dari 300 yang tersebar diseluruh penjuru Indonesia.
Jelang Muktamar, Aisyiyah melakukan Ground Breaking Rumah Sakit ‘Aisyiyah di Kulonprogo pada Sabtu (12/11). Selama pandemi Covid-19 ‘Aisyiyah juga telah menerjunkan “pasukan” medisnya dalam garda terdepan. Relawan-relawan dalam penanganan Covid-19 juga telah banyak diterjunkan oleh ‘Aisyiyah. ‘Aisyiyah juga telah membentuk satgas Covid-19 yang bergerak hingga ke desa-desa.
‘Aisyiyah juga terjun langsung dalam memperhatikan kebutuhan kelompok rentan, seperti perempuan, anak, pemulung, pengemis, disabilitas dan kelompok-kelompok marjinal lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan ‘Aisyiyah untuk kelompok-kelompok rentan ini adalah melaksanakan program-program pemberdayaan, pendampingan, pelatihan, bantuan dan santunan yang sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Saat ini ‘Aisyiyah memiliki sekitar 459 amal usaha yang bergerak dibidang kesejahteraan sosial yang meliputi: Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, Dana Santunan Sosial, Tim Rukhti Jenazah dan Posyandu.
Dalam bidang pemberdayaan ekonomi, ‘Aisyiyah telah melakukan beberapa program, antara lain pengembangan Bina Usaha Ekonomi Keluarga ‘Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini ‘Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi yang sudah mencapai 1426 buah yang bergerak dalam bidang koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang dan lain-lainnya.
Itulah bakti ‘Aisyiyah untuk negeri tercinta Indonesia. ‘Aisyiyah telah menunjukkan bahwa gerakan perempuan bisa menjadi tonggak kemajuan peradaban bangsa dan dunia. Selama lebih dari satu abad ‘Aisyiyah telah hadir menjadi uswah hasanah untuk masyarakat dunia dalam membangun peradaban. Selamat Muktamar ‘Aisyiyah yang ke-48. ‘Aisyiyah terus menebar kebaikan, ‘Aisyiyah membangun peradaban.
Oleh: Dr. M. Nurdin Zuhdi, S.Th.I., M.S.I, Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: positif (100%)