Sentimen
Positif (94%)
23 Nov 2022 : 02.00
Informasi Tambahan

BUMN: BRI

Kab/Kota: Karet, Cianjur, Manila

Presiden Filipina Bilang Asia Pasifik Memanas Sambil Layangkan Surat Protes ke China Rabu, 23/11/2022, 02:00 WIB

23 Nov 2022 : 02.00 Views 2

Wartaekonomi.co.id Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News

Presiden Filipina Bilang Asia Pasifik Memanas Sambil Layangkan Surat Protes ke China
Rabu, 23/11/2022, 02:00 WIB
Warta Ekonomi, Manila -

Filipina tak segan mengirimkan note verbale atau catatan lisan ke China, kata Presiden Ferdinand Marcos Jr. 

Marcos Jr melakukan hal itu sehubungan dengan kejadian yang melibatkan pasukan dari kedua negara di Laut China Selatan (LCS) pada akhir pekan lalu.

Baca Juga: Pakai Cara Licik, China 'Colong' Benda Terapung di Laut China Selatan

“Ya, saya pikir itu yang perlu kami lakukan (mengirimkan note verbale) ketika pertama kali dilaporkan kepada saya (kejadian di LCS) oleh Kepala Staf (Angkatan Bersenjata Filipina). Saya memintanya segera memanggil atase militer di Kedutaan China (di Manila) guna mendapatkan laporkan,” kata Marcos, Selasa (22/11/2022), dikutip Anadolu Agency.

Note verbale adalah komunikasi diplomatik yang disiapkan dengan sudut pandang orang ketiga dan tidak bertanda tangan. Note verbale lebih formal dibandingkan aide-memoire, tapi masih berada di bawah nota diplomatik.

Terkait kejadian di LCS pada akhir pekan lalu, Marcos mengungkapkan, ada perbedaan keterangan antara yang disampaikan Angkatan Laut Filipina dan pejabat China.

“Jadi, kita harus menyelesaikan masalah ini. Tentu saja, saya memiliki kepercayaan penuh pada Angkatan Laut kami dan jika ini yang mereka katakan terjadi, saya hanya bisa percaya bahwa itulah yang terjadi,” kata Marcos.

Dia mengisyaratkan tak ingin membiarkan kejadian tersebut berlalu tanpa penyelesaian yang jelas. “Ini hal-hal yang perlu kita selesaikan karena Asia Pasifik sedang memanas,” ujarnya.

Komandan Komando Barat Angkatan Bersenjata Filipina di Palawan Wakil Laksamana Alberto Carlos mengungkapkan, pada Minggu (20/11/2022) lalu, kapal penjaga pantai China mencegat dan memblokir sebuah perahu karet Filipina yang menarik “objek tak dikenal” menuju Pulau Thitu. Pulau yang berada di gugus Spartly itu dijaga pasukan Filipina.

Carlos mengungkapkan, setelah pencegatan, kapal penjaga pantai Cina mengerahkan tim perahu karet.

“Mereka secara paksa mengambil objek terapung (itu) dengan memotong tali penarik yang melekat pada perahu karet (Filipina),” ujar Carlos, Senin (21/11/2022).

Objek tak dikenal itu kemudian dibawa kapal penjaga pantai China. Sementara perahu karet yang ditumpangi beberapa tentara Filipina itu kembali ke pos mereka. Tak ada tentara Filipina yang terluka dalam aksi pencegatan tersebut.

Menurut juru bicara militer Filipina Mayor Cherryl Tindog, objek tak dikenal yang direbut kapal penjaga pantai Cina terlihat mirip dengan puing-puing mengambang yang menyerupai fairing roket China yang ditemukan bulan ini dari pulau Busuanga, utara Palawan.

Sementara itu juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning membantah dugaan atau laporan yang menyebut kapal penjaga pantai China menggunakan kekuatan saat mencegat perahu karet Filipina di LCS.

Mao mengakui kapal penjaga pantai China mengambil objek dari kapal karet yang ditumpangi beberapa tentara Filipina tersebut. Menurut dia, objek itu merupakan puing-puing dari fairing muatan roket atau selubung yang melindungi kerucut pesawat ruang angkasa.

“Orang-orang dari pihak Filipina menyelamatkan dan menarik benda terapung terlebih dahulu. Setelah kedua belah pihak bernegosiasi dengan ramah di tempat kejadian, Filipina menyerahkan benda terapung itu kepada kami,” ucap Mao dalam pengarahan pers, Senin.

China diketahui mengeklaim sebagian besar wilayah LCS sebagai bagian dari teritorialnya. Klaim itu ditentang oleh sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Filipina.

Baca Juga: Dua Kantor BRI Rusak Karena Gempa Cianjur, BRI Andalkan Layanan E-Buzz

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Warta Ekonomi dengan Republika. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Republika.

Editor: Muhammad Syahrianto

Sentimen: positif (94.1%)