Sentimen
Positif (100%)
21 Nov 2022 : 08.09
Informasi Tambahan

Grup Musik: iKON

Kab/Kota: Purworejo, Yogyakarta, Kulon Progo

Memeriahkan Malioboro, Memberikan Ruang Seniman Bangkit

21 Nov 2022 : 15.09 Views 3

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Memeriahkan Malioboro, Memberikan Ruang Seniman Bangkit

Taman Budaya Yogyakarta (TBY) menghadirkan Gumaton Art Street di sepanjang Tugu Pal Putih hingga Alun-alun Utara dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya. Usaha memeriahkan kembali Malioboro setelah penataan ini juga untuk memberikan ruang bagi seniman untuk bangkit dari pandemi.

Mobil pikap itu sampai Kepatihan selepas adzan ashar, Kamis (17/11/2022). Di dalam mobil dengan bak terbuka itu ada delapan orang dan berbagai perkakas pementasan. Rombongan itu dari Grup Krida Budaya. Mereka jauh-jauh dari Kelurahan Purwosari, Kapanewon Girimulyo, Kulonprogo ke pusat Pemerintahan DIY untuk pentas.

Delapan orang itu bergotong royong mengemasi perkakas pementasan dengan suka ria. Ada satu set gamelan, kosutume, kotak rias, hingga bekal makanan, mereka turunkan dari mobil pikap.

Kamis malam yang cerah itu Grup Krida Budaya dijadwalkan mementaskan incling, sebuah kesenian asli desanya yang mirip jatilan. Disebut mirip jatilan karena menggunakan jaranan, tapi kepala jaran tidak menunduk seperti jatilan pada umumnya melainkan mendongak ke atas.

Tarian yang ditampilkan dalam incling juga mengandung pembabakan cerita yang berbeda dengan jatilan, musik pengiringnya pun berbeda. Tak ada kesurupan juga dalam incling.
 
Pentas di depan Gerbang Barat Kepatihan, Malioboro bagi Grup Krida Budaya merupakan yang pertama setelah pandemi. Antusiasme terlihat dari wajah-wajah pemainnya.

Pengampu Grup Krida Budaya, Anum Nurma mengapresiasi undangan pentas yang diberikan TBY pada kelompok seninya. “Saya sampai lupa kapan terakhir pentas di Jogja, karena kami dari Kulon Progo sepertinya sudah lama sejak pandemi tidak pentas di Jogja,” katanya dengan senyum simpulnya, Kamis malam.

Anum menjelaskan pentas di Malioboro adalah sebuah kesempatan berharga dan membagakan. “Sebagai pegiat seni tradisi diundang pentas ke Malioboro itu prestise sekali, apalagi kami dari paing baratnya DIY karena sudah perbatasan Purworejo itu, kami juga merasa masih dipedulikan dan diperhatikan,” ujarnya penuh kebanggan.

TBY mengundang Grup Krida Budaya untuk pentas dalam gelaran Gumaton Art Street . Gelaran ini pertama kali dilakukan dan rencananya akan terus diupayakan untuk rutin diadakan.

Tak hanya digelar di satu titik, Gumaton Art Street digelar di enam titik sepanjang Tugu Pal Putih hingga Alun-alun Utara. Enam titik itu meliputi Halaman BPD DIY, Teras Malioboro 1, Teras Malioboro 2, Museum Sonobudoyo, DPRD DIY, dan Gerbang Barat Kepatihan.
 
Berbagai pertunjukan seni ditampilkan serentak di enam titik tersebut. Dari seni tari, musik, tradisional, campursari, hingga pantomim. Tampak setiap titik dikerubungi wisatawan dan masyarakat luas yang tertarik menonton gelaran tersebut.

Ruang Seniman Bangkit

Kepala TBY Purwiati menjelaskan gagasan Gumaton Art Street dilatarbelakangi kondisi seniman yang kurang ruang untuk tampil. “Setelah pandemi banyak seniman yang perlu diberikan ruang untuk mendapat pengalaman tampil lagi, kami berikan ruang ini sebagai bentuk komitmen pada para seniman di DIY,” ujarnya, Kamis siang.

Purwiati menyebut ruang bagi seniman untuk tampil diperlukan untuk mengakselerasi kemampuan mereka setelah dua tahun vakum. “Proses kreatif seniman harus terus diwadahi agar seni tidak mandek dan terus berkembang makanya Gumaton Art Street hadir,” katanya.

Pemilihan kawasan Malioboro dilakukan, jelas Purwiati, karena banyak penonton yang bisa menikmati gelaran serentak tersebut. “Jika mereka mendapat penonton yang antusias, tentu akan membuat mereka terus semangat dalam berkesenian, saya kira Malioboro bisa menyediakan atmosfer seperti itu,” jelasnya.

Selain itu, Malioboro dipilih untuk memeriahkan kawasan wisata yang sudah ditata ulang tersebut. “Sejak ditata ulang kan ruang yang tersedia perlu diisi dengan berbagai aktivitas, termasuk pentas seni, ini penting untuk menyemarakan malioboro lagi,” ucapnya.

Semakin semarak Malioboro, maka semakin berkembang juga wisata di kawasan yang jadi ikon Jogja tersebut. “Memang setelah pandemi ini kegiatan pentas agak kurang dilakukan di Malioboro, sehingga kami coba geliatkan lagi agar wisatawan juga makin tertarik ke Malioboro,” katanya.

Purwiati menyebut dalam gelaran Gumaton Art Street tetap menggunakan protokol kesehatan. “Masker tetap kami wajibkan, tempat cuci tangan juga tersedia, prokes tetap dilakukan,” ujarnya.

Gumaton Art Street, lanjut Purwiati, akan digelar secara reguler. “Rencananya akan kami rutinkan agar tidak berhenti di sini saja, tapi rutin tiap bulan atau tahun nanti kami lihat lagi karena perlu evaluasi juga,” ujarnya.

Seperti Selasa Pahing, sambung Purwiati, Gumaton Art Street diharapkan juga jadi acara seni yang terus mendongkrak Malioboro sekaligus seniman DIY. “Karena kami tidak membatasi jenis seni yang bisa tampil, apapun kami tampung, seni tradisi maupun kontemporer,” tegasnya.

Ruang Berekspresi Baru

Apresiasi atas gelaran Gumaton Art Streat tak hanya datang dari kalangan seni tradisi, seni kontemporer juga mengapresiasi. Rumah Pantomim Jogja yang tampil malam itu di depan DPRD DIY juga memberikan apresiasi atas kesempatan tersebut.

Menampilkan sembilan repertoire, Rumah Pantomim Jogja menampilkan seniman-seniman pantomim muda. Kebanyakan mereka berusia belasan tahun. Ruang yang diberikan TBY tersebut, jadi salah satu wahana bagi seniman muda pantomim untuk melatih mental dan keterampilannya tampil di publik luas.

Pegiat Rumah Pantomim Jogja, Bob Wawan menyebut kesempatan tampil tersebut membuat seniman muda pantomim mendapat pengalaman yang berharga. “Mereka jadi punya bekal pengalaman tampil di depan publik untuk pertama kalinya, ini penting agar ekspresi berkesenian mereka terus tumbuh,” jelasnya, Kamis malam.

Bob menilai ruang baru yang diberikan Gumaton Art Strea memperkaya ruang-ruang pantomim untuk terus tumbuh di Jogja.

“Kami mengapresiasi undangan pentas ini karena artinya kami diakui dan diberikan ruang-ruang baru untuk mengembangkan pantomim di jogja,” katanya.

Semakin luas ruang yang ada, jelas Bob, semakin seni pantomim dikenal luas dan lebih berkembang. “Harpan kami ruang ini terus dijaga dan dikembankan, semoga bisa dibuat rutin bukan hanya untuk kami dari pantomim tapi juga dinikmati oleh bentuk-bentuk seni lain supaya Jogja terus eksis sebagai kota seni dan budaya,” harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: positif (100%)