Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Olimpiade
Institusi: Paspampres
Kasus: kejahatan siber
Tokoh Terkait
Iriana joko widodo
Presiden Jokowi Tegaskan Pemimpin Dunia bahwa Perang Harus Segera Dihentikan, Ini yang Dikatakannya saat G20
Ayobandung.com Jenis Media: Nasional
LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- KTT G20 yang dimpimpin oleh Presiden Jokowi telah memasuki hari kedua semenjak dibuka pada tanggal 15 November 2022, di Bali, Indonesia.
Mengawali Sesi III G20 yang bertajuk Digital Transformation, Presiden Jokowi membukanya dengan seruan kepada seluruh negara peserta G20 untuk mendorong terciptanya situasi global yang kondusif bagi masa depan dunia.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 sesi III, di Hotel The Apurva Kempinski, Bali, Rabu (16/11/2022) siang.
Baca Juga: Indonesia Bakal Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2036 di IKN? Begini kata Presiden Jokowi
“Stop the war. I repeat, stop the war. Lot is at stake (Hentikan perang. Saya ulangi hentikan perang. Banyak yang dipertaruhkan)," ujar presiden Jokowi.
Jokowi juga menambahkan bahwa pemulihan ekonomi dunia tidak akan terjadi jika situasi tidak membaik. Sebagai pemimpin, kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan situasi global yang kondusif bagi masa depan dunia.
Selanjutnya, pada KTT sesi III yang tujuannya membahas mengenai ekonomi digital, Jokowi mengatakan ekonomi digital merupakan kunci masa depan ekonomi dunia.
Sebagai pilar ketahanan di masa pandemi, ekonomi digital menyumbang 15,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) global serta membuka peluang masyarakat kecil menjadi bagian dari rantai pasok global.
Baca Juga: KTT G20 Paling Berat, Presiden Jokowi Dapat Pujian Selangit dari Dewan Eropa
“Sebagai Presiden G20, Indonesia mendorong transformasi digital untuk mempercepat pemulihan global.
Dan di bawah Presidency Indonesia, Digital Economy Working Group sudah mulai jalan. Tahun ini, G20 juga mendorong pengembangan startup potensial melalui Digital Innovation Network.
Dalam kesempatan itu, Jokowi menekankan para negara peserta G20 tiga hal yang harus dilakukan dalam rangka mendorong transformasi digital.
Pertama, semua negara harus menjamin kesetaraan akses digital bagi setiap warga masyarakat di negara masing-masing.
Baca Juga: Iriana Jatuh dari Tangga Pesawat, Jokowi Tolak Pertolongan Paspampres
“Sebanyak 2,9 miliar penduduk dunia belum terhubung ke internet, termasuk 73 persen penduduk negara kurang berkembang. Infrastruktur digital juga belum merata, 390 juta orang tinggal di wilayah tanpa internet nirkabel. Ketimpangan ini harus segera kita perbaiki. G20 harus dapat memobilisasi investasi untuk membangun infrastruktur digital yang terjangkau bagi semua,” ujar Presiden Jokowi.
Kedua, Presiden menekankan mengenai pentingnya literasi digital. Menurutnya, melek digital merupakan sebuah keharusan agar seluruh penduduk dunia dapat berpartisipasi pada ekonomi masa depan.
“Literasi digital harus menjangkau semua, agar dapat berpartisipasi dalam ekonomi masa depan. G20 harus dapat menggerakkan kerja sama penguatan kapasitas digital bagi negara berkembang,” tegasnya.
Ketiga, Presiden menekankan bahwa para pemimpin negara G20 dunia harus mewujudkan lingkungan digital yang aman dan membangun kepercayaan sektor digital. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan data yang menyebabkan kerugian negara.
Baca Juga: Viral! Selain Jago Ngeband, Menteri PUPR Basuki Jadi Fotografer Dadakan Jokowi di G20, Intip Stylenya
“Hoaks dan perundungan siber dapat memecah persatuan dan mengancam demokrasi. Kebocoran data akibat kejahatan siber berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi hingga 5 triliun dolar AS pada tahun 2024. Untuk itu, keamanan digital dan perlindungan privasi harus dijamin. G20 harus mampu membangun kepercayaan sektor digital, termasuk melalui tata kelola digital global,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Jokowi juga mengajak para pemimpin G20 untuk bekerja sama memastikan manfaat digital dapat dirasakan secara merata oleh semua penduduk dunia.
KTT G20 akan berakhir hari ini sesuai dengan agenda acara. Namun, para pemimpin tiap-tiap negara belum dapat dipastikan sampai kapan akan berada di Indonesia***
Sentimen: positif (49.9%)