Sentimen
Negatif (79%)
15 Nov 2022 : 17.08
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung, Tiongkok

Kasus: covid-19

Sesi Ketahanan Pangan G20 Sebaiknya Bahas Kedaulatan Dalam Negeri

15 Nov 2022 : 17.08 Views 2

Merahputih.com Merahputih.com Jenis Media: News

Sesi Ketahanan Pangan G20 Sebaiknya Bahas Kedaulatan Dalam Negeri

MerahPutih.com - Salah satu ancaman global yang serius adalah krisis pangan dunia. Dan peringatan soal itu sudah disampaikan Badan Pangan Dunia (FAO).

Sehingga, dalam pembahasan G20 Sesi Ketahanan Pangan, Ketua DPD RI LaNyalla Mattalitti berharap Indonesia serius membahas ketahanan pangan dengan paradigma kedaulatan dalam negeri.

Baca Juga

Polisi Gelar Patroli Skala Sedang Tingkatkan Pengamanan Kawasan Wisata di Bali

“Artinya Indonesia mampu membangun ketahanan pangan tanpa ketergantungan dengan bahan yang kita tidak berdaulat. Alias yang masih harus kita impor. Termasuk bahan baku pupuk kimia dan obat-obatan serta vaksin ternak,” ujarnya, di Bali, Senin (15/11).

Untuk itu, menurut Ketua Dewan Penasehat KADIN Jawa Timur itu, industri penunjangnya harus dibangun di sini, dengan bahan baku yang ada di sini.

Dikatakan LaNyalla, negara-negara G20 sudah menerapkan bioteknologi agrikultur. Termasuk AS, Brasil, Tiongkok dan India. Tetapi Indonesia masih mendiskusikan. Padahal memiliki Lembaga Riset dan Penelitian untuk itu.

“Bioteknologi terbukti sebagai jawaban atas perubahan iklim, krisis air, sekaligus pengurangan pestisida dan emisi karbon dunia. Itu jika orientasi bioteknologi dibaurkan dengan program lingkungan hidup dan energi hijau,” imbuhnya.

Baca Juga

Menteri LHK Ungkap Bambu Jadi Solusi Dampak Perubahan Iklim di KTT G20

Karena itu ia berharap, Sesi Ketahanan Pangan G20 juga mendengar aspirasi dari para pegiat lingkungan, seperti Greenpeace, Walhi dan lainnya. Yang sudah menyuarakan beberapa kritik dan masukan mereka.

“Kritik mereka membangun. Termasuk kritik terhadap program Food Estate Singkong di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, yang kini videonya viral. Selain dianggap gagal, juga berdampak alih fungsi hutan cukup luas,” urainya.

Padahal, lanjut LaNyalla, pemerintah sendiri sudah mengatakan, melalui Menkeu, bahwa ada ancaman yang lebih dahsyat dari Pandemi COVID-19, yaitu perubahan iklim, karena pemanasan global yang juga disumbang deforestasi hutan.

LaNyalla juga memberi masukan bahwa Indonesia masa depan, dengan keunggulan komparatif sumber daya alam serta jumlah penduduk usia produktif, seharusnya mampu menjadi lumbung pangan dunia dan penghasil oksigen melalui biodiversitas hutan. (Pon)

Baca Juga

Indonesia Dorong Penghapusan Utang Negara Berkembang dan Miskin

Sentimen: negatif (79.8%)