Sentimen
Positif (100%)
16 Nov 2022 : 11.55
Tokoh Terkait

Bedah Bariatrik Jadi Opsi Supaya Bebas Obesitas, Amahkah?

16 Nov 2022 : 18.55 Views 2

Indozone.id Indozone.id Jenis Media: News

Bedah Bariatrik Jadi Opsi Supaya Bebas Obesitas, Amahkah?

INDOZONE.ID - Memiliki bentuk tubuh yang langsing dan seksi, tentu saja menjadi dambaan hampir setiap perempuan. Berbagai cara pun dilakukan, agar obesitas di tubuhnya bisa menyusut.

Umumnya, gaya hidup tidak sehat, kemudahan akses untuk mendapatkan makanan atau minuman, kurangnya aktivitas fisik, bahkan periode di rumah saja selama pandemi, turut mendukung peningkatan angka kasus obesitas secara konsisten.

Sejumlah penelitian telah mengungkapkan, hubungan antara obesitas dan risiko beragam penyakit tak menular (PTM) mulai dari diabetes, hipertensi, stroke, hingga kanker. Hal ini tentu saja menjadi momok menyeramkan.

Baca Juga: 2 Minggu Pasca Operasi Bariatrik, Melly Goeslaw Cuma Minum Air Putih dan Susu

Perubahan pola pikir masyarakat terkait kualitas hidup, akhirnya mendorong keinginan untuk hidup sehat dan seimbang, serta memiliki berat badan ideal.

Beragam metode mulai dari berbagai macam pola diet, penggunaan obat-obatan herbal dan kimia. Entah itu yang penggunaannya diminum maupun disuntikkan, olahraga intens, hingga memilih jalur bedah kosmetik.

Nah, tidak jarang dipilih sebagai langkah untuk mendapatkan berat badan ideal dengan cepat. Ada yang berhasil, namun lebih banyak yang tidak memberikan hasil optimal, bahkan berujung pada kenaikan kembali berat badan melebihi berat badan sebelumnya (yo-yo effect).

Dikutip dari Antara, Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI) Dr. dr. Peter Ian Limas, Sp. B, SubSp. BDig, bedah bariatrik hadir sebagai opsi lebih efektif untuk menangani kasus obesitas.

Baca Juga: Lambungnya Dipotong, Kini Melly Goeslaw Sudah Kenyang Makan 1 Sendok Nasi

Bariatrik diambil dari kata ‘baros’ yang artinya besar, sehingga bisa diartikan sebagai pembedahan, untuk menolong orang-orang berbadan besar atau dengan berat badan berlebihan.

Bedah ini, memodifikasi saluran atau sistem pencernaan untuk membatasi aktivitas makan pasien, serta menghilangkan rasa lapar.

Bedah bariatrik sudah ada sejak 1950-an dengan metode yang terus berkembang. Jenis bedah bariatrik yang paling sering dilakukan yakni sleeve gastrectomy, Roux en Y gastric bypass , dan single anastomosis duodeno-ileal bypass with sleeve gastrectomy (SADI).

Jenis sleeve gastrectomy disebut sebagai metode paling sederhana untuk pasien dengan berat badan yang tidak terlalu berlebih.

Baca Juga: 9 Makanan Pengganti Nasi yang Enak dan Sehat, Bisa untuk Diet!

Dalam metode bedah bariatrik, dilakukan dengan memotong lambung sebanyak 85 persen agar lebih kecil. Karena sebagian besar lambung telah diangkat, maka pasien menjadi mudah kenyang.

Metode itu dilakukan dengan teknik minimal invasive laparoskopi, sehingga kemungkinan rasa nyeri yang dirasakan akan lebih minimal.

Sementara itu, Roux en Y gastric bypass ditujukan untuk pasien yang berat badannya lebih tinggi dibandingkan pasien dengan metode sleeve gastrectomy.

Sedangkan metode single anastomosis duodeno-ileal bypass with sleeve gastrectomy (SADI), bisa dilakukan untuk pasien super obesitas dengan indeks massa tubuh di atas 50.

Baca Juga: 10 Cara Diet Sehat untuk Menurunkan Berat Badan dengan Mudah

Ketiga tindakan ini, sama-sama punya hasil akhir penurunan berat badan. Sebab, adanya modifikasi saluran pencernaan pasien. Hal ini memengaruhi pola makan dan penyerapan makanan dalam tubuh.

Dengan tingkat kesuksesan tinggi untuk menurunkan berat badan, tindakan bedah bariatrik juga menciptakan perubahan hormonal. Ini juga memberikan manfaat bagi pasien yang memiliki komorbid diabetes, hipertensi.

Enggak hanya itu, efek dominonya karena bedah bariatrik dapat mengurangi bahkan menghilangkan risiko gangguan jantung dan ginjal, stroke, hingga kanker.

Para ahli sepakat, keseluruhan manfaat dari tindakan bedah bariatrik dapat dicapai secara optimal. Hal itu bisa terwujud jika didukung oleh komitmen dan konsistensi yang kuat dari pasien dalam mengubah gaya hidup mereka, sepanjang usia.

Baca Juga: 5 Resep Makanan Diet Sehat yang Enak, Mudah dan Murah!

Lantas, amankah bedah bariatrik ini dilakukan?

Tindakan bedah bariatrik diperuntukkan pada pasien dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 35, tanpa komorbid. Sementara IMT di atas 30, untuk mereka yang memiliki komorbid diabetes ataupun hipertensi, dan/atau telah gagal menurunkan berat badan dengan perubahan gaya hidup (diet dan olahraga).

Semua orang yang ingin menjalani bedah bariatrik harus menjalani pemeriksaan awal berupa pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan jantung.

Selain itu, melakukan USG dengan teropong (endoskopi) untuk melihat kondisi kerongkongan dan lambung, serta pengecekan sleep study untuk mengetahui ada tidaknya kondisi sleep apnea.

Begitu hasil pemeriksaan didapat, pasien diwajibkan untuk berkonsultasi dengan beberapa dokter. Mulai dari dokter spesialis gizi klinik, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah.

Lalu, konsultasi juga ke dokter spesialis penyakit dalam dengan kompetensi sesuai dengan kebutuhan pada saat sebelum dan sesudah tindakan bariatrik, serta dokter spesialis anestesi.

Baca Juga: Membedakan Lemak Baik dan Jahat untuk Tubuh Biar Diet Berhasil!

Rangkaian pemeriksaan tersebut, akan menentukan layak tidaknya seseorang menjalani prosedur bariatrik. Selain itu, juga menjadi faktor penentu tindakan bedah bariatrik apa yang sesuai untuk dilakukan.

Pasien pun diimbau untuk menjalani diet rendah kalori (1.000 kilo kalori) selama sekitar dua minggu sebelum tindakan. Hal ini dilakukan demi mengecilkan organ hati, sehingga tidak menutupi lapang pandang ketika dilakukan tindakan bedah bariatrik.

Dengan komitmen yang dijalani pasien, bedah bariatrik bisa membantu mengurangi kelebihan berat badan hingga 70 persen dalam kurun waktu 6-12 bulan, sejak tindakan bedah.

Pada intinya, bedah bariatrik hanyalah alat untuk menurunkan berat badan, hasil akhirnya akan tetap berada di tangan pasien. Bukan tidak mungkin, pasien bisa kembali gemuk jika tetap menyantap makanan tinggi kalori dan tidak beraktivitas fisik.

Apabila kebiasaan hidup sehat menjadi pilihan yang diterapkan secara konsisten, tujuan utama dari operasi ini akan tercapai. Tapi, bagaimanapun, gaya hidup sehat adalah hal penting apakah seseorang mengalami obesitas atau tidak, karena dengan menerapkannya kita akan menjadi lebih sehat.

Gimana, kamu tertarik untuk mencoba bedah bariatrik ini?

Artikel Menarik Lainnya:

Sentimen: positif (100%)