Sentimen
Netral (80%)
16 Nov 2022 : 06.05
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung, Kebumen, Joglo

KTT G20 Adalah, Arti, Filosofi dan Makna Logo Gunungan serta Kawung Motig Batik Baju Kebesaran Raden Wijaya

16 Nov 2022 : 06.05 Views 3

Pojoksatu.id Pojoksatu.id Jenis Media: Nasional

KTT G20 Adalah, Arti, Filosofi dan Makna Logo Gunungan serta Kawung Motig Batik Baju Kebesaran Raden Wijaya

POJOKSATU.id, JAKARTA – KTT G20 adalah, arti, filosofi dan makna logo gunungan serta kawung motif batik baju kebesaran Raden Wijaya.

Gelaran KTT G20 di Nusa Dua, Bali, dilaksanakan pada 15-16 November 2022 dengan dihadiri ratusan delegasi dari seluruh dunia.

KTT G20 di Bali, jadi kali pertama Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggara atau presidensi forum kerja sama 20 negara ekonomi utama global itu.

Pada Logo KTT G20 2022, Indonesia mennggunakan gunungan dan motif kawung.


Keduanya merupakan kerarifan lokal dan warisan nenek moyang dari masa lampau. Bentuknya berupa siluet gunungan bersulur tanaman.

Dikutip pojoksatu dari laman Indonesia.go.id, itu menggambarkan kehidupan di alam semesta, khususnya perpindahan menuju babak baru.

Ini mencerminkan optimisme dan semangat untuk pulih dari pandemi dan memasuki babak baru pembangunan hijau dan inklusif.

BACA: Drama Drama

Sulur dan daun juga dipilih untuk merepresentasikan kepedulian lingkungan yang menjadi salah satu fokus utama di G20.

Juga sebagai bagian dari solusi (part of solution) dan bridge builder.

 

Sejarah, Filosofi dan Kisah Gunungan

Dilansir pojoksatu.id dari jbbudaya.jogjabelajar.org, gunungan adalah piranti utama dalam seni pertunjukan wayang kulit di Jawa.

Wujudnya menyerupai gunung dan dikenal pula dengan istilah kayon yang berasal dari mata kayu karena menggambarkan pohon kehidupan beserta hewan penghuni hutan.

Gunungan wayang pertama kali diciptakan pada 1443 Caka, atau tahun dengan sengkalan berbunyi Geni Dadi Sucining Jagad.

Dulu, pertunjukan wayang hanya menggunakan satu gunungan dan hingga kini masih dilestarikan Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

BACA: Moeldoko Sebut Banyak Kepala Negara Mau Ketemu Jokowi di Bali Sampai Menlu Repot Mengurusnya

Gunungan juga selalu jadi pembuka dan penutup pertunjukan wayang.

Gunungan akan ditancapkan tegak lurus sebelum pertunjukan dimulai dan ketika selesai, dikenal dengan istilah tancep kayon.

Wayang gunungan bukan sekadar pelengkap, melainkan sangat sarat makna.

Dalam laman resmi Pemkab Kebumen dijelaskan filosofi lengkap dan makna gunungan.

Gunungan pada wayang kulit berbentuk kerucut atau lancip ke atas yang melambangkan kehidupan manusia.

Semakin tinggi ilmu dan semakin tua usia, manusia harus semakin mengerucut (golong gilig) manunggaling jiwa, rasa, cipta, karsa, dan karya dalam kehidupan (semakin dekat dengan Sang Pencipta).

Sementara itu gapura dan dua penjaga pada gunungan wayang kulit (Cingkoro Bolo dan Bolo Upoto) melambangkan hati manusia baik dan buruk.

Tameng dan godho yang dipegang oleh raksasa tersebut diterjemahkan sebagai penjaga alam dan terang.

Ornamen pohon yang tumbuh menjalar dari bawah hingga puncak gunungan melambangkan sifat manusia yang tumbuh dan bergerak maju (dinamis) sehingga bermanfaat bagi alam semesta.

BACA: Jelang KTT G20, Jokowi Gelar Pertemuan Bilateral Dengan Joe Biden

Pohon juga melambangkan adanya perlindungan dari Tuhan kepada manusia.

Selanjutnya rumah joglo (gapuran) melambangkan sebuah negara, yang di dalamnya memiliki kehidupan aman, tenteram, dan bahagia.

Selain itu terdapat ornamen binatang seperti burung, banteng, kera, dan harimau yang juga memiliki filosofi tersendiri.

Burung yang melambangkan keindahan, banteng yang melambangkan kekuatan dan keuletan, kera sebagai lambang memilih baik dan buruk dan harimau sebagai lambang sosok pemimpin.

 

Motif Batik Kawung Baju Kebesaran Raden Wijaya

Motif Batik Kawung merupakan salah satu motif batik tertua di Indonesia dengan teknik tulis.

Pada logo Presidensi G20 Indonesia, kawung melambangkan tekad dan semangat untuk menjadikan dunia lebih baik.

Budayawan Koeswadji dalam ‘Mengenal Seni Batik di Yogyakarta’, motif kawung diciptakan Sultan Agung Hanyokrokusumo pada kurun 1593- 1645.

Di sisi lain, motif kawung juga disebut sudah ada sejak era Raden Wijaya memimpin Kerajaan Majapahit periode 1293-1309.

BACA: Ketua PP Muhammadiyah Sambut Positif KTT G20 Disebut Berdampak Baik bagi Ekonomi Bali

Saat itu, Raden Wijaya diketahui mengenakan baju kebesaran kerjaan yang bermotif kawung.

Bentuk motif ini terinspirasi oleh buah dari pohon aren atau palem yang buahnya bulat lonjong warna putih jernih. Kita mengenalnya sebagai kolang kaling.

Adi Kusrianto dalam ‘Motif Batik Klasik Legendaris dan Turunannya’ mengatakan bahwa, kawung sarat dengan konsep Mandala yang lahir dari agama Buddha dan telah dipraktikkan oleh bangsa Tibet sejak abad ke-V Masehi.

Konsep Mandala mirip dengan simbol empat penjuru mata angin.

Motif kawung telah berkembang dengan segala turunannya seperti kawung picis, kawung bribil, kawung sen, kawung beton, kawung cacah gori, kawung geger, dan kawung kopi pecah.

Ada lagi kawung sari, kawung sekar ageng, kawung semar, kawung bantal, kawung kembang, dan kawung variasi.

Itulah informasi terkait KTT G20 adalah, arti, filosofi dan makna logo gunungan serta motif kawung. (AdeGP/pojoksatu)

Sentimen: netral (80%)