Sentimen
Positif (100%)
14 Nov 2022 : 12.32
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Toyota

Menteri Bahlil Happy 3 Kesepahaman Investasi Disepakati Di G20

14 Nov 2022 : 19.32 Views 2

RM.id RM.id Jenis Media: Nasional

Menteri Bahlil Happy 3 Kesepahaman Investasi Disepakati Di G20

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Investasi /Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia membawa kabar gembira dari forum KTT G20 yang digelar di Bali.

Bahlil bilang, dari forum pertemuan para pemimpin negara G20 ini telah disepakati berbagai kesepahaman yang makin membuka peluang masuknya investasi dari negara maju ke negara berkembang. Salah satunya adalah hilirisasi dan konsep investasi berkualitas. 

"Berbagai kesepakatan  ini tentu akan kita tindak lanjuti secara teknis. Sekarang tinggal siapa cepat. Kita butuh kecerdikan dan kecerdasan untuk menjemput bola," kata Bahlil, di acara Temu Media BKPM, di  Nusa Dua, Bali, Minggu (13/11). 

Bahlil menceritakan, awalnya ada kekhawatiran di acara G20 ini Indonesia akan mengikuti gendang atau keinginan kepentingan negara-negara maju. Karena alasan itu, kata Bahlil, Presiden Jokowi memerintahkan Kementerian Investasi agar fokus pada pencapaian gol yang diinginkan pemerintah. Golnya  adalah menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan melakukan  transformasi ekonomi agar bisa meningkatkan penghasilan masyarakat. 

Berita Terkait : Toyota bZ4X Meriahkan Pameran Kendaraan Elektrifikasi Di Bali

Selama pertemuan dengan kementerian investasi dengan negara itu, kata Bahlil, telah disepakati berbagai kesepahaman yang bisa meningkatkan investasi di negara berkembang. Apa saja? Pertama, adalah konsep hilirisasi. Kata Bahlil, negara maju awalnya belum mengakui konsep hilirisasi ini. Negara-negara maju maunya negara berkembang tetap mengekspor barang mentah.

Menghadapi ini, Bahlil lalu meminta dukungan negara-negara berkembang lain seperti Brazil, Afrika Selatan, India, dan Argentina untuk hilirisasi ini. Hasilnya menggembirakan. "Kita mencapai kesepahaman. Negara berkembang kini diberi ruang  melakukan hilirisasi. Ini kabar gembira," ungkap Bahlil, sambil tersenyum. 

Kesepahaman lain adalah soal investasi yang berkualitas. Maksudnya berkualitas adalah investasi yang melibatkan pengusaha daerah, masyarakat setempat, dan UMKM. Awalnya, kata Bahlil, negara maju tidak mau pemerintah ikut campur. Inginnya mereka investasi diserahkan kepada pasar bebas. Namun, kata Bahlil, tiap negara punya latar belakang dan kelaziman berbeda. Pemerintah ingin bukan hanya investor yang mendapat keuntungan tapi juga memberikan keuntungan kepada pengusaha daerah, masyarakat, dan UMKM. 

"Perdebatan soal ini panjang dan alhamdulilah disetujui. Awalnya tidak disetujui. Ini hanya terjadi di pemerintahan Pak Jokowi," ungkap Bahlil, bangga.  

Berita Terkait : Pindahkan Markas Ke IKN, LPS Siapkan Investasi Rp 3,8 T

Ketiga, lanjut Bahlil soal energi hijau. Menurut dia, saat ini terjadi ketimpangan aliran investasi hijau. Investasi energi hijau yang mengalir ke negara berkembang hanya seperlima dari keseluruhan investasi hijau global.

Padahal, kata dia, Bahlil menyebut G-20 memiliki peran besar bagi ekonomi global yakni menyumbang 80 persen PDB. Bahkan, 60 persen populasi dunia berasal dari negara G-20. Kalau seperlima hanya dikuasai negara makin tentu akan terjadi ketimpangan. 

Bahlil bilang, Indonesia menginisiasi agar penyebaran investasi green energi ini berkeadilan dengan  pengaturan tata kelola yang menguntungkan semua pihak. "Meski perdebatan panjang, alhamdulilah saya sendiri yang memimpin delegasi tingkat menteri dan disetujui terjadi pemerataan penyebaran alur investasi energi hijau," terangnya.

Terakhir, soal harga karbon. Menurut Bahlil, terdapat perbedaan biaya karbon antara negara maju dan negara berkembang yakni proyek-proyek hijau negara maju seringkali diklaim jauh lebih mahal dibandingkan negara berkembang. Harga karbon di negara berkembang awalnya hanya 10 hingga 30 dolar AS. Sementara di negara maju mencapai 100 dolar AS. Bahlil maunya harga karbon di negara berkembang minimal 50 dolar AS. Apalagi Indonesia itu pemakaian karbon penyumbang emisi 2,4 ton dan negara lainnya dengan jumlah yang berbeda. Sayangnya, kesepahaman ini berakhir  deadlock.  "Kita ga capai kesepahaman," ucapnya. 

Berita Terkait : Semoga G20 Hasilkan Kesepakatan Konkret Atasi Krisis Pangan Global

Meski begitu, dengan berbagai kesepahaman yang sudah disepakati ini Bahlil yakin investor yang masuk ke Indonesia akan terus meningkat. Dari data per Oktober, penenaman modal asing naik 63,6 persen, dan paling banyak di sektor industri. 'Kita di jalur yang benar. Semakin hari semakin banyak. Saya mengumpamakan Indoensia itu seperti gadis cantik dari Indonesia. Yang orginal. Bukan hasil operasi. Poles bedak aja jadi paten. Dan pasti banyak dicari investor," terangnya. 

Lalu berapa nilai investasi yang sudah diteken selama di G20. Bahlil masih belum mau mengungkapkan. Kata dia, selama G20 ini tiap hari ia menemui 9-10 investor. Ia berjanji, setelah forum G20 ini selesai, berapa nilai investasi yang sudah diteken akan diumumkan ke media.

Sentimen: positif (100%)