Sentimen
Negatif (100%)
14 Nov 2022 : 00.36
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jati

Seperti Film, Kisah Nyata Pengidap Cedera Otak yang Mengira Saat Ini Masih Era 1970an

14 Nov 2022 : 07.36 Views 3

Akurat.co Akurat.co Jenis Media: News

Seperti Film, Kisah Nyata Pengidap Cedera Otak yang Mengira Saat Ini Masih Era 1970an

AKURAT.CO Seorang wanita Inggris menderita cedera otak yang membuatnya percaya bahwa ia hidup di tahun 1970an.

Alison Winterburn awalnya tak mengenali dirinya di cermin. Ia sangat kaget dengan kenaikan harga, sampai-sampai tak sanggup melihat koran.

Wanita ini percaya bahwa saat itu masih tahun 1970an dan umurnya masih muda. Padahal, saat itu tahun 2012 dan usianya 51 tahun.

baca juga:

"Saya sangat kaget melihat seorang wanita paruh baya menatap saya, bukan anak muda yang saya harapkan. Sudah lama saya melarang suami saya membeli koran karena saya ngeri dengan harga-harga yang melambung. Saya tak mampu memahami lompatan waktu antara era yang saya pikir sedang berlangsung dan kenyataannya pada abad ke-21," ungkapnya, dilansir dari LadBible.

Alison tiba-tiba jatuh sakit pada Oktober 2012. Keluarganya menyadari ia sulit berbicara dan tak melakukan kontak mata.

Suaminya, Ray, membawanya ke rumah sakit. Alison pun didiagnosis terserang ensefalitis, virus yang menyebabkan radang otak.

Meski minum obat untuk memberantas virus, bekas luka tertinggal di lobus frontalnya. Cedera otaknya pun mengubah hidupnya.

"Cedera otak saya telah menyebabkan kehilangan memori jangka pendek dan jangka panjang yang ekstrem. Saya benar-benar yakin saat itu masih tahun 1970an."

"Pertarungan kebingungan yang mengerikan ini berlangsung selama beberapa pekan. Perlahan-lahan, ingatan jangka pendek saya membaik. Berkat dukungan tanpa henti dai keluarga saya, saya perlahan-lahan bisa menerima 'diri saya' yang setengah baya dan merangkul 'versi muda' saya."

"Saya harus mempelajari kembali jati diri saya. Saya bingung di mana saya berada, bahkan di rumah saya sendiri. Beberapa lama, saya tak mengenali tempat mana pun."

"Saya terjebak di tahun 1970an dan saya menolak menerima kenyataan. Sebagai guru psikologi, saya bisa menganggap diri saya seolah-olah suatu studi kasus. Ini mendorong saya agar menjadi lebih baik," sambungnya.

Kini, ia melanjutkan pemulihannya dan belum bisa kembali bekerja. Meski dibantu suami dan putranya, hidupnya tetap saja berbeda.

"Sungguh mengecewakan ketika gagal kembali bekerja. Pasalnya, saya kehilangan semua kemandirian saya. Saya hancur, tapi akhirnya saya menyerah pada keterbatasan baru saya dan pensiun sebagai pengajar."

"Masalah utama yang saya hadapi, bahkan hingga saat ini, adalah tidak tahu di mana saya berada. Sepertinya saya bukan orang yang sama seperti sebelumnya. Saya dan suami saya pergi berlibur beberapa tahun yang lalu sebelum lockdown, tapi saya tak ingat banyak tentang itu. Bahkan saat ini, hidup terasa sangat sulit ketika orang tak mengerti mengapa saya menderita masalah ingatan. Terkadang saya memikirkan gadis remaja di cermin itu, berharap saya benar-benar menjadi dia lagi."

"Namun, 2 putra saya yang kini sudah dewasa telah memberi semangat dan sangat positif sejak otak saya cedera. Saya pun bertekad untuk membangun kembali jati diri saya," pungkasnya. []

Sentimen: negatif (100%)