Sentimen
Positif (100%)
12 Nov 2022 : 14.20
Informasi Tambahan

Institusi: UGM

Kab/Kota: bandung, Senayan, Yogyakarta, Solo

Saat Surya Paloh Ngotot Tetap Bersahabat dengan Jokowi meski Capreskan Anies...

12 Nov 2022 : 21.20 Views 3

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

Saat Surya Paloh Ngotot Tetap Bersahabat dengan Jokowi meski Capreskan Anies...

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh angkat bicara soal isu kerenggangan hubungannya dengan Presiden Joko Widodo.

Desas-desus itu muncul setelah Nasdem mendeklarasikan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) untuk Pemilu 2024.

Meski presiden tak pernah angkat bicara langsung terkait ini, Nasdem beberapa kali disentil oleh PDI Perjuangan, partai penguasa yang menaungi Jokowi.

Kendati demikian, Paloh bersikukuh persahabatannya dengan Jokowi baik-baik saja. Dia justru curiga bahwa ada yang sengaja menggulirkan isu keretakan hubungannya dengan orang nomor satu di RI itu.

Baca juga: Soal Hubungannya dengan Jokowi, Surya Paloh: Jangan karena Capreskan Anies, Kita Jadi Retak

Baik-baik saja

Surya Paloh membantah isu keretakan hubungannya dengan Jokowi pascadeklarasi Anies Baswedan sebagai capres.

Kendati Nasdem menyatakan dukungan buat Anies Baswedan, kata Paloh, itu tak melunturkan dukungan partainya buat pemerintahan kini. Paloh yakin partainya mampu mendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin sampai selesai masa jabatan pada 2024.

"Bukan karena kita mencalonkan Bung Anies Baswedan hubungan kita harus retak, hubungan kita harus berpisah, perasaan hati kita sebagai kader mengurangi rasa kedewasaan kita," katanya dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-11 Nasdem di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (11/11/2022).

Paloh mengatakan, hingga hari ini Jokowi masih menjadi presiden Partai Nasdem. Dia ingin Nasdem menjadi sahabat sejati Jokowi yang setia dalam suka dan duka sampai akhir.

Baca juga: Surya Paloh: Nasdem Ingin Jadi Sahabat Sejati dalam Suka Duka Presiden Jokowi

Pimpinan Partai Nasdem itu berharap Jokowi punya sikap yang sama. Dia tak ingin presiden mendepak partainya dari barisan koalisi pendukung pemerintahan.

"Nasdem ingin tekankan ini. Dia ingin tetap jadi seorang sahabat sejati dalam suka dukanya seorang Presiden Jokowi," ujarnya.

Meski demikian, Paloh mengatakan, ada yang sengaja ingin merusak persahabatannya dan Jokowi. Pihak tersebut menggulirkan isu seolah presiden tak mau lagi Nasdem berada di koalisi pemerintahan kini.

"Kalau ada yang mencoba mengusik mem-frame kita Jokowi itu emoh (tidak mau) pada Nasdem, itulah frame yang dilakukan, Jokowi tidak suka pada Nasdem. Itu pasti menurut saya upaya-upaya yang dilakukan secara sistemik dan sengaja untuk merusak hubungan yang sudah terjaga sedemikian rupa," tuturnya.

Paloh pun sadar bahwa ihwal koalisi pendukung pemerintahan merupakan kewenangan presiden. Meski berharap tak ditendang, Paloh menyerahkan sepenuhnya nasib Nasdem di Koalisi Indonesia Maju ke tangan Jokowi.

"Lain halnya kalau memang sungguh-sungguh sahabatnya Nasdem, Presiden Joko Widodo ini menyatakan 'selamat tinggal Nasdem, saya tidak butuh Anda', itu lain halnya. Kalau itu yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, aaaahh. Itu bukan keinginan kita. Itu bukan harapan kita," kata Paloh.

"Dan itu adalah kemenangan bagi mereka yang memang tak menginginkan terjaganya stabilitas nasional untuk tetap melanjutkan upaya-upaya pembangunan yang sedang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo," lanjutnya.

Baca juga: Surya Paloh: Kalau Ada yang Bilang Jokowi Emoh ke Nasdem, Itu Sengaja Ingin Rusak Hubungan

Sinyal Jokowi

Presiden Jokowi sendiri sedianya belum pernah berkomentar langsung soal pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem. Namun, gelagat orang nomor satu di RI itu ditafsirkan publik sebagai sinyal keretakan hubungannya dengan Paloh.

Baru-baru ini, Jokowi tak menghadiri acara HUT ke-11 Partai Nasdem. Padahal, belum lama ini mantan Wali Kota Solo itu hadir di acara ulang tahun Partai Golkar dan Partai Perindo.

Presiden memang diagendakan hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, 10-13 November 2022.

Namun, mantan Wali Kota Solo itu juga tak memberikan ucapan selamat ulang tahun ke Nasdem barang lewat video. Padahal, sebelumnya, Nasdem mengaku akan memutarkan video ucapan ulang tahun partainya dari Jokowi di acara HUT partai.

"Kenapa Pak Jokowi enggak kirim video? Ini kan hari ulang tahun Nasdem, mau dikirim video, ah itu bagus, kalau nggak dikirim video mungkin karena kesibukan," kata Paloh menanggapi perihal ucapan ulang tahun itu.

Baca juga: Soal Nasib Nasdem di Kabinet, Surya Paloh: Terserah, Bola di Tangan Presiden

Jokowi sebelumnya juga sempat menyinggung reshuffle atau perombakan Kabinet Indonesia Maju pascadeklarasi pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem.

Kepala negara bilang, tak menutup kemungkinan dirinya merombak kabinet. Namun, dia belum bisa menentukan waktunya.

"Rencana selalu ada. Pelaksanaan nanti diputuskan," kata Jokowi saat meninjau lokasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung di Tegalluar, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022).

Sentilan PDI-P

Di saat bersamaan, PDI-P, partai penguasa yang menaungi Jokowi, vokal terhadap langkah Nasdem mencalonkan Anies.

Berkali-kali partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu menyindir Nasdem. PDI-P bahkan menyentil ada "biru" yang lepas dari pemerintahan.

Kendati tak gamblang menyebut Nasdem, namun, warna biru identik dengan partai yang dimotori Surya Paloh itu.

"Para pejuang kita kan ada bendera Belanda, birunya dilepas. Dan ternyata birunya juga terlepas kan dari pemerintahan Pak Jokowi sekarang, karena punya calon presiden sendiri," kata Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Hasto Kristiyanto di Kantor DPP PDI-P, Jakarta Pusat, Minggu (9/10/2022).

Baca juga: Siap Tampung Ganjar untuk Duet dengan Anies, Nasdem: Why Not The Best?

Hasto juga terang-terangan menyebutkan bahwa pencapresan Anies oleh Nasdem kontradiktif terhadap pemerintahan Jokowi. Dia berkata, berbagai kebijakan Anies berlawanan dengan pemerintah saat ini.

Misalnya, terkait ibu kota negara. Anies berupaya mempertahankan ibu kota tetap berada di DKI Jakarta, padahal pemerintahan Jokowi punya program besar memindahkannya ke Kalimantan Timur.

"Jangan sampai kemudian mencalonkan seseorang yang punya kebijakan yang berbeda. Ketika misalnya ada kebijakan yang berbeda dari calon yang diusung oleh partai politik pengusung Pak Jokowi maka ini akan kontradiktif," ujar Hasto di Gedung Fisipol UGM, Yogyakarta, Senin (10/10/2022).

Tak bisa ditutupi

Analis politik Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, berpandangan, dinamika politik mengisyaratkan keretakan hubungan Jokowi dengan Surya Paloh dan Nasdem belakangan kini.

Meski Paloh berulang kali membantah, namun, gerak-gerik Jokowi tak berbohong. Paling kasat mata, Jokowi tak hadir ke acara HUT Partai Nasdem atau sekadar memberikan ucapan selamat.

Padahal, belum lama ini presiden menyempatkan hadir ke acara ulang tahun Partai Perindo dan Golkar.

"Ini realitas dan fakta politik yang sebetulnya tidak bisa dikatakan hubungan Jokowi dengan Surya Paloh sedang baik-baik saja," kata Pangi kepada Kompas.com, Sabtu (12/11/2022).

Pangi mengatakan, sejak pemerintahan Jokowi periode pertama, Nasdem bisa dibilang total mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Namun, politik selalu bersifat dinamis. Sehingga, tak menjadi soal jika pada pemilu mendatang Nasdem memilih jalan sendiri dengan mengusung Anies Baswedan.

Dengan langkah politiknya yang berani itu, Pangi menilai, Nasdem sedianya sudah siap untuk menerima konsekuensi apa pun, termasuk jika harus kehilangan kursi di kabinet karena mendeklarasikan Anies yang notabene dari kalangan oposisi.

Namun, Paloh masih mencoba bertahan dan menarasikan bahwa tak ada keretakan hubungan antara partainya dengan RI-1.

"Kalau Surya Paloh saya cermati berupaya banget menjaga hubungan Nasdem dan Pak Jokowi agar tetap harmoni, tapi realitas dan fakta politik nggak bisa kita tutupi, aroma amis hubungan yang sudah mulai renggang dan kurang bersahabat," ujar Pangi.

Pengamat politik sekaligus pendiri Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti juga menyampaikan hal senada. Dia menduga, Paloh bersikukuh menyatakan hubungannya dengan Jokowi baik-baik saja karena tak ingin Nasdem kehilangan kursi di kabinet.

"Nasdem tetap membutuhkan para kadernya berkiprah di pemerintahan. Lebih utamanya karena ada tiga kursi di kabinet," kata Ray saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/11/2022).

Baca juga: Jadi Capres 2024, Anies Pilih Jalan Tak Biasa Bersama Nasdem

Menurut Ray, Nasdem sadar bahwa posisi elektoral partainya bakal terguncang karena mengusung Anies Baswedan sebagai capres.

Nasdem mungkin akan menerima sedikit limpahan elektabilitas atau efek ekor jas dari Anies. Namun, di saat yang sama, pemilih moderat Nasdem akan beralih karena partai yang mereka dukung kini berhadapan dengan Jokowi.

Sementara, pencapresan Anies diprediksi memberikan dampak elektoral yang lebih besar ke PKS dan Demokrat dibandingkan dengan Nasdem.

Dengan demikian, Paloh ingin tetap mengupayakan agar partainya tak kehilangan kursi di kabinet, sekaligus mengejar limpahan elektoral dari pencapresan Anies Baswedan.

"Suasana sekarang, Nasdem lebih membutuhkan tetap berada di kabinet daripada Pak Jokowi terhadap Nasdem," kata Ray.

-. - "-", -. -

Sentimen: positif (100%)