Sentimen
Positif (100%)
12 Nov 2022 : 06.33
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Ma’ruf Amin Serukan Tindakan Kolektif Atasi Krisis Planet di KTT COP27

12 Nov 2022 : 13.33 Views 3

Bisnis.com Bisnis.com Jenis Media: Nasional

Ma’ruf Amin Serukan Tindakan Kolektif Atasi Krisis Planet di KTT COP27

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menilai bahwa dunia saat ini tengah menghadapi tiga krisis planet (triple planetary crisis), yakni perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

Alhasil, menurutnya ketiga krisis planet tersebut merupakan problematika yang saling terkait dan sangat mendesak untuk segera diatasi melalui gotong royong antarnegara.

Hal ini dia sampaikan saat menyampaikan pidato pada High Level Segment Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim PBB atau Conference of the Parties (COP) ke-27 di Plenary Room Nefertiti, Sharm El Sheikh International Convention Centre (SHICC), Sharm El Sheikh, Mesir.

“Dalam situasi krisis seperti ini tidak ada pilihan lain kecuali bekerja sama. Paradigma kolaborasi harus kita kedepankan,” ujarnya, dikutip melalui Youtube Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres), Selasa (8/11/2022).

Indonesia sendiri, lanjut Ma’ruf, telah menyampaikan Enhanced Nationally Determined Contribution yang memuat peningkatan target penurunan emisi Indonesia menjadi 31,89% dengan kemampuan sendiri, dan 43,20% dengan dukungan internasional.

“Peningkatan ini selaras dengan perkembangan signifikan kebijakan kami, antara lain perluasan konservasi dan restorasi alam, penerapan pajak karbon, mencapai Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, serta inisiasi program biodiesel B40. Guna memastikan pendanaan transisi energi, Indonesia telah meluncurkan Country Platform for Energy Transition Mechanism,” tuturnya.

Kendati demikian, tutur Wapres, semua upaya nasional tersebut perlu disertai dukungan internasional yang jelas. Termasuk penciptaan pasar karbon yang efektif dan berkeadilan, investasi untuk transisi energi, dan pendanaan untuk aksi iklim.

“Untuk itu COP27 harus dimanfaatkan tidak hanya untuk majukan ambisi, namun juga implementasi, termasuk pemenuhan dukungan dari negara maju kepada negara berkembang,” pintanya.

Lebih jauh, Ma’ruf pun menekankan bahwa semua negara harus menjadi bagian dari solusi mengatasi persoalan iklim. Semua negara harus berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing dengan semangat burden-sharing bukan burden-shifting.

“Negara yang lebih mampu harus membantu dan memberdayakan negara lainnya,” tegasnya.

Tidak hanya itu, Ma’ruf Amin menegaskan bahwa sebagai presiden G20 2022 dan Ketua ASEAN pada 2023, Indonesia juga akan terus mendorong beberapa poin penting kebijakan perubahan iklim dan transisi energi. Termasuk menghasilkan Bali Compact yang bertujuan untuk mempercepat transisi energi menuju energi bersih yang berkelanjutan.

“Visi kami sebagai negara anggota Asean adalah menjadi pemimpin regional dalam mempercepat realisasi aksi iklim pada tataran yang lebih nyata,” ujarnya.

Bahkan, melalui kemitraan bilateral dengan Australia, menurutnya, aspirasi Indonesia adalah untuk memimpin upaya pengurangan emisi dengan mempercepat transisi ke energi terbarukan.

“Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Anthony Albanese juga telah menyepakati kemitraan untuk infrastruktur transisi energi dan ketahanan iklim. Melalui inisiatif ini, Indonesia dapat menjadi sumber energi bersih terkemuka di kawasan Asia-Pasifik,” paparnya.

Indonesia, tutur Ma’ruf, juga telah mengusulkan strategi jangka panjang yang mengeksplorasi peluang menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.

“Kami juga melakukan berbagai upaya lintas sektor untuk menuju target ini, termasuk percepatan transisi energi terbarukan dan inisiatif untuk mengurangi emisi industri di seluruh sektor dan rantai pasokan,” katanya.

Oleh sebab itu, tutur Wapres, untuk mengatasi masalah iklim ini, Indonesia terus berupaya mengurangi laju deforestasi dan degradasi lahan melalui reboisasi, penanaman kembali dan pengelolaan ketinggian air lahan gambut, termasuk restorasi 756.000 hektar kawasan bakau.

“Namun kami menyadari tantangannya sangat besar, terutama dalam menjaga keseimbangan pengurangan emisi dengan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan membangun ketahanan iklim,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, dia pun menekankan bahwa upaya adaptasi iklim masih harus ditingkatkan, antara lain terhadap tantangan ketahanan pangan, ketahanan ekosistem, ketahanan air, kemandirian energi, kesehatan, permukiman perkotaan dan perdesaan, serta wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

“Komitmen Indonesia dan negara berkembang lainnya harus didukung oleh komitmen pembiayaan dan transfer teknologi dari negara maju,” pintanya.

Berkenaan dengan pendanaan aksi iklim, tuturnya, Indonesia mendesak negara-negara maju untuk setidaknya menggandakan penyediaan pendanaan iklim kolektif mereka untuk adaptasi iklim di negara-negara berkembang.

“Hal ini dapat diperkuat melalui peta jalan yang konkret, termasuk pengaturan  pendanaan pada kerugian dan kerusakan (loss and damages) yang akan didirikan berdasarkan Kerangka Kerja Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC),” paparnya.

Selanjutnya, dia menuturkan bahwa sebagai pakar dan praktisi keuangan Islam, dirinya juga mendorong dunia untuk mengeksplorasi keuangan Islam sebagai sumber pembiayaan alternatif dan inovatif untuk green economy recovery dan aksi iklim. Dalam hal ini, Indonesia berkomitmen untuk memberikan contoh.

“Kita juga perlu mendorong transisi yang adil (just transition). Hal ini terutama berlaku di sektor energi di mana transisi seringkali berpihak pada kepentingan strategis tetapi melupakan kelompok miskin dan rentan,” pungkas Ma’ruf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam Masuk / Daftar

Sentimen: positif (100%)