Ada Multikrisis, Sri Mulyani Ajak Lakukan Ini
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menyinggung ancaman resesi global dan situasi 'multikrisis'. Karena itu, dia mengimbau untuk terus bersiap sebagai bentuk kewaspadaan dalam menghadapi situasi ini.
"Ini merupakan momentum yang sangat baik untuk Indonesia. Dengan kondisi ini, kita memang tetap optimis menghadapi krisis global saat ini. Namun, kita juga tetap waspada," kata Sri Mulyani dalam unggahan di akun resmi Instagramnya, dikutip Kamis (10/11/2022).
Dia menegaskan, narasi yang selama ini diberikannya terkait situasi saat ini bukanlah narasi 'menakut-nakuti', melainkan narasi 'kewaspadaan' sebagai bentuk kesiapan.
"Waspada itu bukan berarti kita takut. Waspada itu kesiapan," lanjutnya.
Dalam menghadapi situasi ini, Sri Mulyani mempunyai strategi tersendiri untuk tetap bertahan melalui ancaman besar ekonomi ini.
Menurutnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai modal penting perekonomian Indonesia harus dijaga dan digunakan dengan penuh kehati-hatian.
"APBN #UangKita akan terus dijaga dan digunakan secara hati-hati sehingga situasi multikrisis ini dapat kita lalui," kata Sri Mulyani.
Dia pun menjelaskan alasan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Q3 2022 tumbuh secara impresif mencapai 5,72% (yoy).
"Di tengah ancaman resesi global, tren pemulihan ekonomi Indonesia masih terus berlanjut, bahkan menunjukkan tren yang cukup kuat. Kalau dilihat dari sisi pendorongnya, konsumsi rumah tangga kita termasuk yang berkontribusi besar, tumbuh mencapai 5,4% (yoy). Jadi, pertumbuhan ekonomi dalam negeri Indonesia memang sangat kuat," terangnya.
Dia mengatakan kenaikan tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia tidak lepas dari peran penting APBN sebagai shock absorber di saat pandemi. Hal ini bahkan mendorong kenaikan 11% kredit perbankan Indonesia.
"Kita telah berhasil mengatasi pandemi dengan cukup baik, sehingga aktivitas masyarakat bisa pulih. APBN #UangKita juga terus berperan optimal sebagai shock absorber melalui bantalan-bantalan sosial yang diberikan agar daya beli masyarakat tetap terjaga. Dengan begitu, masyarakat kini juga mulai meningkatkan konsumsi dan investasi. Hal ini juga terlihat dari kredit perbankan yang tumbuh mencapai 11%," ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi tersebut juga didorong oleh surplusnya neraca perdagangan yang tumbuh secara impresif.
"Selain itu, pertumbuhan ekspor Indonesia hingga 21,6% masih menghasilkan surplus neraca perdagangan selama 29 bulan berturut-turut. Neraca perdagangan barang Q3 2022 tercatat surplus sebesar USD 14,9 miliar. Pada triwulan yang sama, seluruh sektor produksi tumbuh positif, artinya pemulihan perekonomian telah merata di semua sektor," tulisanya dari tempat KTT G20, di Nusa Dua, Bali.
[-]
-
Sri Lanka Sekarat! Pemerintah Stop Penjualan BBM(dce)
Sentimen: positif (99.8%)