Sentimen
Positif (99%)
10 Nov 2022 : 15.57
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Rezim Orde Baru

Kab/Kota: bandung, Malang, Solok

Tokoh Terkait

Biografi Singkat Mohammad Natsir, Pejuang Kemerdekaan Indonesia dan Pendiri Partai Masyumi

10 Nov 2022 : 22.57 Views 2

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Biografi Singkat Mohammad Natsir, Pejuang Kemerdekaan Indonesia dan Pendiri Partai Masyumi

PIKIRAN RAKYAT - Mohammad Natsir adalah tokoh politik yang memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mohammad Natsir juga dikenal sebagai salah satu tokoh muslim paling berpengaruh di Indonesia. Dia pernah mendirikan dan memimpin Partai Masyumi.

Mohammad Natsir lahir  di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatra Barat pada 17 Juli 1908. Ayahnya bernama Idris Sutan Saripado, sementara ibunya adalah Khadijah. Ia memiliki tiga saudara yaitu Yukinan, Rubiah, dan Yohanusun.

Masa kecil Mohammad Natsir dipenuhi dengan kegiatan mengaji dan belajar agama. Ia dan keluarganya tinggal di rumah Sutan Rajo Ameh yang merupakan saudagar kopi terkenal di daerahnya.

Mohammad Natsir mengawali pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat Maninjau hingga kelas dua. Kemudian, ia pindah ke Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Adabiyah di Padang. Selang beberapa bulan, Mohammad Natsir kembali pindah ke Solok dan melanjutkan pendidikan di HIS yang baru dibuka.

Mohammad Natsir kemudian tinggal di rumah keluarga Haji Musa, pengusaha dermawan. Tak hanya belajari di HIS, Natsir juga belajar di Madrasah Diniyah pada sore hari, dan mengaji Al-Qur’an dan ilmu agama Islam pada malam hari. Ia menyelesaikan pendidikannya di HIS pada tahun 1923.

Setelah lulus, Natsir melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Ia kemudian bergabung dengan beberapa perhimpunan pemuda seperti Jong Islamieten Bond. Lulus dari MULO, ia memutuskan untuk pindah ke Bandung dan melanjutkan pendidikan di Algemeene Middelbare School (AMS) dan lulus pada tahun 1930. Tak melanjutkan ke perguruan tinggi, Natsir memilih untuk menjadi seorang pengajar dan jurnalis.

Ia menjadi jurnalis di majalah Pembela Islam, Pandji Islam, dan Pedoman Masyarakat. Ia juga dijenal oleh masyarakat Indonesia berkat tulisan-tulisannya.

Baca Juga: Profil Guruh Soekarnoputra, Anak Bungsu Soekarno yang Jatuh Cinta pada Seni

Pada tahun 1930, Mohammad Natsir melanjurkan pendirikan ke sekolah yang dinamakan Sekolah Pendidikan Islam (Pendis) di Bandung. Saat baru didirikan, siswa sekolah ini hanya berjumlah lima orang. Kemudian, sekolah ini berkembang pesat hingga harus pindah ke gedung yang lebih luas. Mohammad Natsir juga berhasil menyusun kurikulum pendidikan Islam untuk jenjang sekolah dasar sampai sekolah guru. Namun, baik Pendis atau sekolah partikelir, keduanya ditutup oleh Jepang.

Natsir adalah tokoh politik yang disegani. Pada tahun 1940 sampai 1942, ia diangkat sebagai pimpinan Partai Islam Indonesia cabang Bandung setelah bergabung pada tahun 1938. Natsir juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Kabupaten Bandung pada tahun 1940 sampai 1942.

Selama masa penjajahan Jepang, Natsir bergabung dan pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Islam A’la Indonesia yang kemudian namanya berubah menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Mohammad Natsir merupakan anggota Komite Nasional Indonesia Pusat. Pada tanggal 3 Januari 1945, Mohammad Natsir diangkat menjadi Menteri Penerangan RI dalam kabinet Syahrir I. Kemudian, ia pun menjabat sebagai Menteri Penerangan dalam kabinet-kabinet selanjutnya, yaitu Kabinet Syahrir II, Kabinet Syahrir III, dan Kabinet Hatta I. Pada saat menjadi Menteri Penerangan tersebut, Natsir pula yang menciptakan pondasi Departemen Penerangan.

Pada masa Demokrasi Terpimpin di Indonesia, Natsir sempat ditangkap dan dipenjarakan di Malang pada tahun 1962 sampai 1964. Mohammad Natsir ditangkap karena dianggap terlibat dalam pertentangan pada pemerintah yang otoriter. Ia pun dibebaskan saat Indonesia masuk ke era Orde Baru pada tahun 1966.

Baca Juga: Profil Michael Ballack, Pernah Bermain untuk FC Karl-Marx Semasa Muda

Natsir kemudian membentuk Yayasan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia. Ia pun banyak memberikan kritik pada kebijakan pemerintah, salah satunya adalah sikapnya yang mendukung Petisi 50 pada tahun 1980.

Semasa hidupnya, Mohammad Natsir telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang mengangkat persoalan sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dakwah, dan sebagainya. Dia bahkan dianggap sebagai sosok yang berpengaruh terhadap pembaruan Islam.

Pada tahun 1957, Mohammad Natsir dianugerahi bintang Nichan Istikhar (Gran Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey, berkat jasanya memberikan bantuan dalam perjuangan kemerdekaan rakyat Afrika Utara. Ia juga memperoleh penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi pada tahun 1980.

Mohammad Natsir mengembuskan napas terakhirnya pada 6 Februari 1933 di Jakarta. (Anggita Laras Syanlindri)***

Sentimen: positif (99.9%)