Sentimen
Positif (99%)
9 Nov 2022 : 06.15
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina, Pertamina Patra Niaga

Kab/Kota: Boyolali, Yogyakarta

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Potret Difabel Preneur Sriekandi Patra

Krjogja.com Krjogja.com Jenis Media: News

9 Nov 2022 : 06.15
Potret Difabel Preneur Sriekandi Patra

Krjogja.com - BOYOLALI - Keterbatasan bukanlah halangan bagi penyandang disabilitas di Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah untuk berkarya. Semangat pantang menyerah itulah yang terlihat dari pemudi dan pemuda penyandang difabel yang tergabung dalam Kelompok Sanggar Inspirasi Karya Inovasi Difabel (Sriekandi Patra). Sriekandi Patra merupakan sebuah sanggar pemberdayaan difabel atau difabel preneur yang diinisiasi oleh Tim Pertamina Fuel Terminal Boyolali yang fokus dalam bidang kerajinan batik tulis sejak 2018 lalu.

Adalah Yuni Lestari (33), seorang penyandang disabilitas cerebral palsy yang sebelumnya telah didaftarkan Pertamina menjadi peserta kelas keterampilan batik di PR Yakkum Yogyakarta pada 2017 ini mengajak para difabel lainnya untuk berkarya dan mengembangkan motif-motif batik tulis khas Sriekandi Patra. Berbekal keterampilan membatik menggunakan canting maupun kuas inilah, dirinya ingin supaya para penyandang disabilitas lainnya bisa mengikuti jejaknya dan mandiri alias menjadi difabel preneur.

"Awalnya susah, tetapi saya nekat karena sangat ingin membantu orang tua dan bisa menghasilkan pendapatan sendiri. Dengan kemauan yang kuat dan tidak menyerah, saya akhirnya bisa membatik setelah sebelumnya sempat berlatih menjahit. Paling tidak saya bisa membuat kain batik dengan motif bunga-bunga setidaknya butuh waktu satu hingga dua minggu tergantung kerumitan motifnya," tutur Yuni yang selama 27 tahun hidupnya tidak pernah keluar rumah saat ditemui di Workshop dan Showroom Sriekandi Patra pada Rabu (18/10) lalu.

Dengan mata berkaca-kaca, Yuni sangat ingin sekali berbagi dan menularkan ketrampilan membatiknya tersebut kepada teman-teman difabel lainnya, salah satunya kepada sahabatnya bernama Darmawan Fadli Abdul Syukur (18 tahun). Jika dirinya yang tidak bersekolah dan tidak bisa apa-apa karena tidak bisa berjalan saja mampu membuktikan diri bisa berkarya dan mandiri, maka para penyandang disabilitas lainnya tentu bisa selama ada kemauan dan tidak mudah putus asa.

"Lewat Sriekandi Patra inilah saya mengajak dan mengajari teman-teman difabel ada yang cacat fisiknya seperti saya dan yang bisu tuli. Pertama ngajarin membatik sangat sudah apalagi yang harus pakai bahasa isyarat, tetapi berkat perjuangan dan kesabaran akhirnya pelan-pelan semua anggota Sriekandi Patra sudah bisa membatik sekarang," ungkap Yuni yang mengaku penghasilan dari membatiknya dapat untuk membeli susu anak semata wayangnya.

Sahabat Yuni, Darmawan tidak kalah antusiasnya belajar membatik kepada Yuni meskipun awalnya sulit memakai canting dan tangannya selalu gemetaran. Tidak menyerah disitu, dirinya disarankan menggunakan kuas agar lebih leluasa dan tidak panas apabila terkena malam. Mulai dari membuat motif yang standar sampai dibebaskan berkreasi akhirnya Dermawan justru tertantang untuk mengembangkan motif-motif batik karyanya sendiri setelah sebelumnya melalui proses belajar setidaknya 3 sampai 4 bulan.

"Saya ga punya basic seni sama sekali, karena sangat membosankan. Sekarang nyemplung ke dunia semi dan jadi suka seni dengan membatik. Saking sukanya membatik kalau lagi on fire bisa bikin 10 kain batik di dengan motif unik dan abstrak sesuai kreasi setiap bulannya. Berangkat dari membatik inilah saya bisa tidak hanya sekedar memperoleh pengalaman, tetapi bisa ikut pameran di berbagai daerah, seperti di Jakarta dan sebagainya," papar Darmawan yang sangat aktif membatik di Sriekandi Patra.

Terlepas dari semangat dan kemampuan para penyandang disabilitas tersebut, Koordinator Sriekandi Patra Siti Fatimah mengakui masih banyak persoalan yang dihadapi para penyandang difabel dalam mewujudkan kesejahteraan hidupnya. Problematika yang dihadapi utamanya dalam hal pemasaran mengingat harga batik tulis memang cukup mahal. Meskipun telah mencoba membuat turunan batik tulis berupa masker yang laris manis selama pandemi, namun banyak persaingan akhirnya beralih membuat totebag, pouch, sarung bantal, baju siap pakai dan sandal slip.

"Terus terang, pemasarannya yang masih kurang dan belum bisa menembus keluar atau baru di sekitaran saja. Meskipun sudah dipasarkan secara online melalui marketplace serta melalui pameran, hasil batik tulisnya tidak ada yang melirik karena harganya dibandrol Rp 600 ribu per kain batik ukuran 2,5 meter serta dari pemesanan.Kami berharap pemasaran batik Sriekandi Patra bisa diperluas dan dikembangkan lagi," tandasnya.

Dari hasil pemetaan sosial TBBM Boyolali di Desa Tawang ditemukan sebanyak 29 orang penyandang disabilitas,kemudian hanya 6 orang difabel bisu, tuli dan daksa yang bisa diberdayakan termasuk Yuni dan Darmawan melalui Sriekandi Patra. Pertamina dalam hal ini memberikan supporting baik fasilitas gedung, pelatihan hingga pemasaran kepada Sriekandi Patra.

Sementara itu, Area Manager Communication, Relations, & Corporate Social Responsibility (CSR) Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho menyatakan PT Pertamina Patra Niaga JBT mendapatkan predikat 4 proper emas pada 2021 lalu, salah satunya TBBM Boyolali dengan berbagai program. Salah satunya program kewirausahaan bagi para difabel atau difabel preneur seperti menjahit konveksi, membatik.dan mengantar tabung Bright Gas kepada konsumen.

"Ada tiga kelompok program difabel preneur yaitu Sriekandi Patra, Krisna Patra dan Kelompok Difabel Ampel. Ketiganya tidak hanya memberdayakan difabel tetapi yang non difabel juga dilibatkan mengikuti program. Semisal Sriekandi Patra pernah mendapat apresiasi dari Staf Khusus Presiden RI Bidang Sosial Angkie Yudistia," imbuh Brasto. (Ira)

Sentimen: positif (99.8%)