Sentimen
Positif (66%)
8 Nov 2022 : 19.52
Informasi Tambahan

Club Olahraga: Liverpool

Hewan: buaya

Kab/Kota: Batang, Banjar, Pontianak

Sungai Kapuas, Terpanjang di Indonesia hingga Tempat bagi 700 Jenis Ikan

8 Nov 2022 : 19.52 Views 2

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Sungai Kapuas, Terpanjang di Indonesia hingga Tempat bagi 700 Jenis Ikan

PIKIRAN RAKYAT – Sungai Kapuas atau sungai Kapuas Buhang, merupakan sungai yang terletak di Kalimantan Barat.

Sungai ini merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang mencapai 1.143 km. Bahkan sungai ini mencapai Laut Cina Selatan di delta berawa besar di barat daya Pontianak.

Nama sungai Kapuas diangkat dari nama daerah Kapuas, sehingga nama sungai yang mengalir dari Kapuas Hulu hingga muaranya disebut sebagai sungai Kapuas.

Namun, Kesultanan Banjar menyebutnya Batang Lawai yang merujuk pada nama daerah Lawie atau Lawai, yang sekarang merupakan Kabupaten Melawi.

Baca Juga: Profil Kenny Dalglish, Ksatria Liverpool yang Diabadikan di Anfield

Sehingga nama sungai yang mengalir dari Kabupaten Melawi hingga muaranya di sekitar kota Pontianak disebut Sungai/Batang Lawai.

Sungai tersebut merupakan tempat bagi lebih dari 700 jenis ikan dengan sekitar 12 jenis ikan langka, serta 40 jenis ikan lainnya yang terancam punah.

Berkat hutan yang masih terlindungi di sekitar sungai Kapuas, menyebabkan sungai Kapuas tetap terjaga kelestrariannya.

Akademi Seni dan Sains Kerajaan Belanda (KNAW) telah menyetujui proyek kolaborasi Belanda – Indonesia untuk mempelajari hidrologi dan geomorfologi sistem Sungai Kapuas di Kalimantan.

Baca Juga: Mengenal ISPA, Masalah Kesehatan Serius dan Cara Pencegahannya

Proyek ini dikembangkan oleh Ton Hoitink dari Universitas Wageningen. Hoitink tertarik ke daerah itu sebagian karena kerumitannya, yang secara historis menantang dan mempesona para ilmuwan.

Sistem sungai terbesar di Indonesia Sungai Kapuas Kalimantan adalah sistem sungai terbesar di Indonesia. Borneo, sering disebut sebagai ‘Amazon Asia’, yang telah menjadi objek studi favorit bagi para ilmuwan terkenal sepanjang sejarah.

Sayangnya, belakangan ini sungai Kapuas telah tercemar logam berat dan berbagai jenis bahan kimia lainnya.

Hal itu diakibatkan oleh aktivitas penambangan emas dan perak di bagian tengah sungai ini. Namun, meski sudah mengalami pencemaran, sungai Kapuas tetap menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat terutama suku Dayak dan Melayu di sepanjang aliran sungai.

Sungai Kapuas juga merupakan sarana transportasi yang murah bagi masyarakat, karena sungai Kapuas dapat menghubungan daerah satu ke daerah lainnya di wilayah Kalimantan Barat, dari pesisir Kalimantan Barat sampai ke daerah pedalaman Putussibau di hulu sungai ini.

Baca Juga: Apa Itu Eksim? Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobatinya

Sungai Kapuas juga menjadi sumber mata pencaharian untuk warga dengan menjadi nelayan.

Daerah hulu sungai Kapuas juga menawarkan kesempatan terbaik untuk menyaksikan kekayaan tradisi budaya Dayak, seperti rumah panjang yang dijaga dengan baik, obat-obatan tradisional, tato tubuh yang unik, dan perhiasan terlinga yang menakjubkan.

Banyak warga desa yang menyambut tamu untuk bermalam di rumah panjang tradisional mereka dan merasakan kehidupan desa Dayak secara langsung.

Pada 17 Agustus 2019 yang lalu, bendera Merah Putih dikibarkan di atas ponton di tengah sungai ini dalam rangka peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-74 tahun.

Acara tersebut dihadiri oleh 90 komunitas, penambang, relawan, hingga ratusan masyarakat yang diikuti pula dengan aneka lomba tradisional untuk menyemarakkan perayaan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, sungai Kapuas juga memiliki cerita legenda yang terkenal dikalangan masyarakat, salah satunya yaitu tentang Penunggu Sungai Kapuas yang ditulis oleh Entis Nur Mujiningsih.

Cerita ini berkisah tentang seorang baginda raja yang berasal dari Kerajaan Kahayan Hilir, Pulau Mintin. Raha tersebut memiliki dua orang putra kembar bernama Naga dan Buaya, yang dia harapkan dapat meneruskan takhta kerajaan dan mampu melindungi rakyat.

Namun, sifat mereka yang bertolak belakang membuat raja ragu untuk memilih salah satu di antaranya. Suatu ketika sang raja memutuskan untuk meninggalkan istana dan menyepi di sebuah tempat yang jauh.

Dia pun menyerahkan kerajaan kepada kedua putranya. Naga yang memiliki watak jahat pun menyalahgunakan kekuasaannya dan berbuat semena-mena. Buaya yang mengetahui hal tersebut lantas menegur Naga dan mereka pun berperang.

Peperangan yang dilakukan keduanya akhirnya diketahui oleh sang raja. Raja pun marah dan mengutuk keduanya menjadi naga dan buaya yang sesungguhnya.

Cerita tersebut mengajarkan kita untuk menjadi orang yang amanah dan tidak menyalahgunakan wewenang yang dimiliki. Semua sifat baik akan menyelamatkan kita dalam kehidupan. (Faisha Aprilia)***

Sentimen: positif (66.7%)