Megawati: Watak Pemimpin Itu Tak Mudah Menyerah
Liputan6.com Jenis Media: News
"Lalu Bung Karno, di sebuah meja yang kosong, duduk, memanggil delegasi tersebut. Lalu gampang saja, beliau minta kertas. Di tempat kosong itu kan biasanya ada nama (negara), lalu untuk bendera. Jadi Bung Karno hanya nanya gini, "Kalian kalau nanti merdeka, bendera kalian seperti apa?" Jadi orang itu yang ditanya ngomong," ucap Megawati.
"Bung Karno kan arsitek, jadi pintar gambar. Jadi dia cepat, ngikuti. Nah, langsung ditanya, "Apakah ini benderamu?" "Yes" kata orang yang mungkin itu ketua delegasi. Oke, ditaruh di tempat bendera. Panitia dipanggil," dia sah sebagai pengikut, bukan peninjau". Wah (Aljazair) kan senang banget,” beber Megawati.
Kisah pemimpin dunia lainnya yang diketahui Megawati adalah Nikita Kruschev dari Uni Soviet. Saat itu Megawati menjadi salah satu peserta Konferensi Gerakan Non-Blok (GNB) di Yugoslavia.
“Ketika Presiden Khrushchev pidato, saking mungkin bersemangatnya sampai dianya copot sepatu. Terus sepatu itu dia pukulkan seperti palu. Seingat saya enggak ada palu, jadi mungkin dia pikir mesti mencari palu, ya sudah sepatu saja," cerita Megawati.
Bagi Megawati, para pemimpin itu adalah pejuang-pejuang besar, sangat mumpuni, tetapi low profile. Hal ini patut menjadi pelajaran bagi pemimpin saat ini. Misalnya, bagaimana hubungan antarpemimpin itu seharusnya sampai pada sebuah lobi yang bisa dikatakan sangat pribadi.
"Apa maksud saya menceritakan hal tersebut yang mungkin tidak tertuliskan dan tidak ada dokumentasinya. Bahwa kalau kita memiliki tujuan, kita harus mengikuti tujuan itu dan jangan menyerah begitu saja. Menurut saya, itulah watak seorang pemimpin," kata Megawati.
Sentimen: positif (88.3%)