Sentimen
Positif (100%)
5 Nov 2022 : 11.28
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Jati, Sleman, Magelang, Gunungkidul

Lewat Simpul Tali, Perempuan Ini Sukses Mengikat Rezeki hingga Jutaan Rupiah

5 Nov 2022 : 18.28 Views 2

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Lewat Simpul Tali, Perempuan Ini Sukses Mengikat Rezeki hingga Jutaan Rupiah

Harianjogja.com, SLEMANN - Berawal dari hobi pada produk kerajinan, Triyana lantas menggeluti seni menyimpul tali menjadi kerajinan makrame. Sadar bahwa peluang kerajinan ini diminati masyarakat, perempuan asal Magelang, Jawa Tengah ini lantas memutuskan  berbisnis seni makrame dengan brand Taritali.

Perempuan yang akrab disapa Ana ini mengenal makrame sejak akhir 2018. Kerajinan itu ia temukan di salah satu unggahan di media sosial dalam bentuk dekorasi dinding.

Keunikan simpul talinya langsung menarik hatinya. Tak lama, ia memutuskan belajar membuatnya bermodal tutorial di Youtube. “Begitu bikin satu karya pada awal 2019, karya itu saya post di media sosial untuk ditawarkan. Rupanya, banyak yang minat dan akhirnya laku seharga Rp95.000. Dari situ saya pikir ternyata kerajinan ini bisa jadi bisnis,” kata Ana ketika dihubungi Harianjogja.com, beberapa pekan lalu.

PROMOTED:  Presidensi G20 Indonesia, Momentum Pulihkan Dunia dari Krisis Global

Ana menjelaskan macrame merupakan seni simpul tali dari Eropa Timur. Mulanya, penggunanya merupakan kalangan pelaut yang erat dengan tali-temali selama di kapal.

BACA JUGA: Bingung Cari Hotel di Jogja, Ini Promo yang Ditawarkan The Rich Hotel Jogja

Seiring berjalannya waktu, seni simpul tali berkembang menjadi hiasan dinding modern, tas, ayunan, bahkan gantungan pot. Untuk karya pertamanya, Ana membuat hiasan dinding.

Namun, bukan hal mudah untuk membuat makrame pertamanya. Untuk membuat sebuah karya seni makrame,dibutuhkan stik kayu yang disebut dowel, benang, gunting, dan meteran untuk mengukur panjang tali.

Saat itu, dia tak tahu di mana mendapatkan stik kayu untuk media makramenya. “Modal awal saya sekitar Rp50.000, cuma buat beli benang. Sementara stik kayunya pakai ranting yang minta ke orang. Waktu itu, saya main ke kebon jati di daerah Gunungkidul, saya minta ranting-ranting yang enggak terpakai di sana, jadi kayunya gratis,” ujarnya.

Sebagai pemula, dia membuat karya pertamanya dengan mengikuti tutorial Youtube selama hampir tiga hari. Kini, begitu sudah lebih lancar dalam membuat makrame, satu karya hiasan dinding berukuran standar bisa ia selesaikan dalam 1,5 jam.

Mengawali bisnisnya dengan memproduksi makrame seorang diri, sejak awal 2021 Ana sudah memiliki tim produksi berjumlah enam orang. Kini dalam sehari dia bisa memproduksi 10 makrame berukuran standar.

Melalui Instagram taritalimacrame, Ana dan timnya mengoptimalkan media sosial untuk mendongkrak penjualan. Sebisa mungkin ia membuat karya makrame yang unik, kemudian difoto dan dipromosikan di media sosial.

Dia memanfaatkan dengan baik segala peluang yang ada di media sosial, mulai dari unggahan foto, video pendek, hingga beriklan di media sosial. “Kami memang push penjualan melalui media sosial dengan iklan, karena meskipun kami jualan murah, tetapi karya atau konten kami enggak diketahui orang ya sama aja. Jadi yang penting jaga harga, jaga kualitas karya, didongkrak optimasi media sosial dengan iklan,” urainya.

Pasar Mancanegara

Sejak awal memutuskan berbisnis, Ana memang fokus untuk mencari pasar secara daring. Dia tak pernah ikut pameran, juga tidak punya toko pribadi untuk display karya.

Studionya di daerah Palagan, Sleman hanya difungsikan untuk produksi. Selebihnya, pemasaran dilakukan secara digital. “Sejak awal memang jualan online, karena lebih tidak terbatas, ya,” kata Ana.

Dia juga tak hanya memanfaatkan media sosial semata, melainkan juga platform lokapasar dalam dan luar negeri. Tak heran jika karyanya pernah dipesan dari Malaysia, Singapura, hingga yang terjauh dari Amerika Serikat.

Berbagai hiasan dinding makrame standar berukuran 35-80 sentimeter, hingga makrame jumbo berukuran lebih dari satu meter pernah ia hasilkan. Makrame terbesar yang pernah ia buat berukuran 3 x 2,5 meter yang dipakai sebagai backdrop. Karya itu ia jual seharga Rp2 juta.

Dibantu timnya, dia kini bisa memproduksi karya-karya makrame dengan berbagai model. Tak lagi sebatas desain yang standar, kini Ana juga menerima custom.

Tak heran jika pelanggannya sering pesan makrame ukuran jumbo. Selain pesanan hiasan dinding, ia juga menerima custom tirai pintu dan jendela dari makrame.

Layanan custom ini yang Ana anggap menjadi pembeda di antara dirinya dengan perajin makrame yang lain. Diakuinya, pandemi membuat penjualan macramenya meningkat, tetapi di sisi lain orang yang belajar makrame pun ikut bertambah.

Mulanya, perempuan ini takut tersaingi. Namun, kini hal itu sudah ia tepis dengan memberikan kelebihan kepada pelanggan, yaitu menerima pembuatan custom makrame. “Enggak semua perajin berani custom lo, karena sangat berisiko. Kalau salah ngukur benang, ya jadi terbuang. Bagi saya, ini juga jadi cara saya meningkatkan kemampuan bikin makrame biar enggak gitu-gitu aja,” kata Ana.

Berkat ketekunannya untuk mempelajari simpul, pola, dan desain baru untuk makrame, Ana bisa meraup omzet penjualan rata-rata Rp40 juta setiap bulannya.

Saat ini dia dan timnya pun fokus menggarap pesanan makrame custom, sehingga belum sempat menyiapkan stok karya yang siap jual. “Sekarang pesanan yang prapesan udah numpuk sampai akhir November ini, pada mengantre. Kalau sekarang ada yang pesan ukuran besar, baru mulai dibuat di Desember. Tetapi Alhamdulillah pelanggan pada sabar,” ujarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: positif (100%)