Sentimen
Negatif (100%)
4 Nov 2022 : 20.27
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tiongkok

Indonesia Tidak Masuk Daftar 10 Negara G20 yang Alami Inflasi Tertinggi

5 Nov 2022 : 03.27 Views 3

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Indonesia Tidak Masuk Daftar 10 Negara G20 yang Alami Inflasi Tertinggi

Harianjogja.com, JAKARTA -- Kondisi perekonomian global yang penuh dengan ketidakpastian telah menyebabkan tingkat inflasi di berbagai negara meningkat, termasuk negara-negara G20 atau negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

BACA JUGA : Laju Inflasi Indonesia Lebih Rendah Daripada Perkiraan Awal

Sebagai informasi, negara-negara G20 terdiri dari Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Jerman, Prancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris (Britania Raya), AS, dan Uni Eropa.

PROMOTED:  Presidensi G20 Indonesia, Momentum Pulihkan Dunia dari Krisis Global

Inggris, yang dikenal sebagai salah satu negara maju, tercatat mengalami inflasi sebesar 10,1 persen (year-on-year/yoy) pada September 2022, naik dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,9 persen.

Tingkat inflasi di sejumlah negara G20 lainnya juga meningkat seperti Korea Selatan sebesar 5,7 persen pada Oktober 2022, dari bulan sebelumnya 5,6 persen, Prancis 6,2 persen pada Oktober 2022 dari sebelumnya 5,6 persen, dan Australia sebesar 7,3 persen pada September 2022 dari sebelumnya 6,1 persen.

Kendati demikian, tingkat inflasi terlihat menurun di sejumlah negara G20. Salah satunya adalah Indonesia, di mana pada Oktober 2022 tercatat turun menjadi 5,71 persen dari bulan sebelumnya sebesar 5,95 persen. Meski demikian, Indonesia tidak masuk sebagai 10 negara dengan inflasi tertinggi dalam kelompok G20.

AS dan Rusia juga tercatat turun tipis, meski kedua negara ini masuk ke dalam 10 negara G20 dengan tingkat inflasi tertinggi.
Melansir data Trading Economic, Jumat (4/11/2022), berikut daftar 10 negara G20 dengan inflasi tertinggi.

1. Turki (85,51 Persen pada Oktober 2022)

Tingkat inflasi tahunan Turki kembali meningkat. Institut Statistik Turki mencatat, inflasi Turki pada Oktober 2022 mencapai 85,5 persen yoy, naik dari bulan sebelumnya sebesar 83,5 persen dan sejalan dengan perkiraan pasar sebesar 85,6 persen.

Ini merupakan tingkat inflasi tertinggi sejak Juni 1998 lantaran Lira, mata uang Turki, memperpanjang rekor terendah dan bank sentral memangkas suku bunga.

Adapun tekanan kenaikan utama berasal dari harga makanan dan minuman non alkohol sebesar 99,1 persen, dan perabotan, peralatan rumah tangga, pemeliharaan rumah rutin sebesar 93,6 persen.

Biaya juga tercatat meningkat untuk perumahan dan utilitas yakni 85,2 persen, serta pakaian dan alas kaki sebesar 41,3 persen. Sebaliknya, inflasi transportasi tercatat sedikit menurun, dari 117,7 persen pada bulan sebelumnya menjadi 117,2 persen.

Dalam skala bulanan, harga konsumen naik tipis 3,5 persen, setelah naik 3,1 persen di bulan sebelumnya.

2. Argentina (83 Persen pada September 2022)

Instituto Nacional de Estadística y Censos (INDEC) melaporkan, tingkat inflasi di Argentina kembali melonjak menjadi 83 persen pada September 2022, dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 78,50 persen.

Sejumlah ekonom di Argentina memprediksi tingkat inflasi di negara itu bakal mencapai 100 persen secara tahunan pada Desember 2022. Ini, merupakan pertama kalinya proyeksi inflasi tinggi hingga tiga digit untuk Argentina.

3. Rusia (13,7 Persen pada September 2022)

Meski masuk ke dalam 10 besar dengan tingkat inflasi terbesar di antara negara G20, tingkat inflasi Rusia tercatat turun menjadi 13,7 persen pada September 2022 dari bulan sebelumnya sebesar 14,3 persen.

Angka tersebut merupakan yang terendah sejak invasinya ke Ukraina dan dibandingkan dengan ekspektasi pasar sebesar 13,6 persen.

Layanan Statistik Negara Federal melaporkan, tekanan kenaikan utama berasal dari produk non makanan sebesar 14,9 persen, diikuti oleh harga pangan 14,2 persen, dan jasa 11 persen.

Harga konsumen inti naik 14,1 persen dari tahun sebelumnya. Adapun pada skala bulanan, harga konsumen naik tipis 0,1 persen setelah penurunan 0,5 persen pada Agustus 2022.

4. Italia (11,9 Persen pada Oktober 2022)

Tingkat inflasi Italia secara tahunan tercatat naik menjadi 11,9 persen pada Oktober 2022. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam 38 tahun.

Pada bulan sebelumnya, inflasi Italia berada pada level 8,9 persen dan melonjak melampaui ekspektasi 9,6 persen menurut perkiraan awal.

Institut Statistik Nasional (ISTAT) mencatat, percepatan harga konsumen terutama disebabkan oleh harga energi yang lebih tinggi, sebesar 73,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya 44,5 persen, lantaran premi besar yang Italia bayar untuk sumber energi dari sumber selain Rusia.

Harga energi tercatat naik, baik untuk jenis yang tidak diatur yakni 79,5 persen dan jenis yang diatur 62,1 persen.

Biaya juga naik lebih cepat untuk makanan sebesar 13,1 persen, baik untuk makanan yang diproses dan tidak diproses.

Sementara itu, tingkat inflasi inti tahunan dilaporkan meningkat ke rekor tertinggi sebesar 5,3 persen. Secara bulanan CPI melonjak 3,5 persen, menjadi rekor kenaikan terbesar.

5. Zona Euro (10,7 Persen pada Oktober 2022)

Tingkat inflasi Kawasan Euro secara tahunan terus memecahkan rekor tertinggi. EUROSTAT melaporkan, tingkat inflasi pada Oktober 2022 mencapai 10,7 persen dari bulan sebelumnya sebesar 9,9 persen.

Angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan awal sebesar 10,2 persen.

EUROSTAT menyebut, harga energi masih menjadi penyumbang inflasi terbesar, yakni sebesar 41,9 persen, diikuti oleh makanan, alkohol, dan tembakau sebesar 13,1 persen, barang industri non energi 6 persen, dan jasa 4,4 persen.

Dibandingkan bulan sebelumnya, harga konsumen naik 1,5 persen, kenaikan tertinggi dalam 7 bulan.

6. Jerman (10,4 Persen pada Oktober 2022)

Selain Kawasan Euro, inflasi di Jerman juga kembali naik menjadi 10,4 persen secara tahunan pada Oktober 2022 dari bulan sebelumnya sebesar 10 persen. Ini merupakan tingkat inflasi tertinggi sepanjang masa dan di atas ekspektasi pasar 10,1 persen.

Tingkat inflasi yang tinggi dipicu oleh melemahnya Euro, krisis energi yang kian dalam, dan gangguan rantai pasokan yang terus berlanjut.

Kantor Statistik Federal mencatat, inflasi barang meningkat menjadi 17,8 persen dari bulan sebelumnya sebesar 17,2 persen, dipimpin oleh harga energi yang tinggi yakni 43,0 persen dan percepatan inflasi makanan 20,3 persen.

Tak hanya itu, harga jasa naik lebih cepat sebesar 4,0 persen dibandingkan bulan sebelumnya 3,6 persen, dengan inflasi sewa meningkat menjadi 1,8 persen dari 1,7 persen.

Adapun pada skala bulanan, Kantor Statistik Federal mencatat harga konsumen naik 0,9 persen di Oktober 2022 dan juga di atas konsensus pasar 0,6 persen.

7. Inggris (10,1 Persen pada September 2022)

Tingkat inflasi Inggris secara tahunan kembali ke level tertinggi 40 tahun pada Juli 2022. Inflasi Inggris tercatat naik menjadi 10,1 persen pada September 2022 dari 9,9 persen pada Agustus 2022.

Angka tersebut melampaui ekspektasi pasar sebesar 10 persen.

Kantor Statistik Nasional melaporkan, kontribusi terbesar inflasi berasal dari makanan sebesar 14,8 persen, yaitu minyak dan lemak serta produk susu.

Biaya konsumen juga meningkat tajam untuk perumahan dan utilitas sebesar 20,2 persen di tengah melonjaknya harga listrik, gas, dan bahan bakar rumah.

Sementara itu, pertumbuhan harga bahan bakar motor yang lebih rendah semakin memperlambat inflasi transportasi karena harga rata-rata bensin dan solar masing-masing berada di 175,2 dan 186,6 pence per liter, dibandingkan dengan 134,6 dan 137 pence per tahun.

Adapun tingkat inflasi tahunan naik ke rekor tertinggi 6,5 persen dibandingkan dengan ekspektasi 6,4 persen. Pada basis bulanan, harga konsumen naik 0,5 persen pada September 2022, tidak berubah dari bulan sebelumnya.

8. Meksiko (8,7 Persen pada September 2022)

Instituto Nacional de Estadística y Geografía (INEGI) mencatat, inflasi di Meksiko masih sama seperti bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,7 persen secara tahunan.

Ini tetap menjadi tingkat inflasi tertinggi sejak Desember 2000 dan hampir sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 8,75 persen.

Secara bulanan, harga konsumen naik 0,62 persen, di bawah perkiraan 0,67 persen dan berkurang dari kenaikan 0,7 persen pada Agustus 2022.

9. AS (8,2 Persen pada September 2022)

Secara tahunan, inflasi AS tercatat turun tipis yakni 8,2 persen dari bulan sebelumnya di level 8,3 persen. angka tersebut merupakan yang terendah dalam 7 bulan, namun di atas perkiraan pasar sebesar 8,1 persen.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS mencatat, indeks energi meningkat 19,8 persen, di bawah bulan sebelumnya sebesar 23,8 persen. Perlambatan juga terlihat pada biaya makanan 11,2 persen, serta mobil bekas dan truk 7,2 persen.

Di sisi lain, harga tempat tinggal naik lebih cepat 6,6 persen. Sementara, suku bunga inti yang tidak termasuk volatile food dan energi, naik menjadi 6,6 persen, tertinggi sejak Agustus 1982, dan di atas ekspektasi pasar sebesar 6,5 persen sebagai tanda tekanan inflasi tetap tinggi.

10. Afrika Selatan (7,5 Persen pada September 2022)

Inflasi Afrika Selatan secara tahunan tercatat kembali menurun untuk bulan kedua, menjadi 7,5 persen pada September 2022 dari bulan sebelumnya 7,6 persen. Ini sesuai dengan ekspektasi pasar, namun masih di atas batas atas kisaran target Bank Cadangan Afrika Selatan sebesar 3-6 persen.

Statistik Afrika Selatan mencatat, harga melambat lebih lanjut untuk transportasi 17,9 persen akibat harga bahan bakar.

Sementara itu, tekanan harga meningkat untuk item IHK lainnya termasuk makanan dan minuman non-alkohol 11,9 persen, terutama minyak dan lemak 29 persen, serta roti dan sereal 19,3 persen; minuman beralkohol dan tembakau 5,9 persen; perumahan dan utilitas 4,2 persen; restoran dan hotel 7,9 persen, serta aneka barang dan jasa 4 persen.

Secara bulanan, harga konsumen naik tipis 0,1 persen, mengikuti kenaikan 0,2 persen di bulan sebelumnya, sejalan dengan perkiraan pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis

Sentimen: negatif (100%)