Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Batang, Kediri, Karet, Pondok Bambu
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Terungkap Penyebab Rokok Murah 'Mewabah' di Indonesia
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam 2,5 tahun terakhir, atau sejak pandemi Covid-19 melanda, tren industri rokok di Tanah Air berubah. Kini, banyak pabrikan rokok yang mengintip celah dengan masuk ke industri rokok murah.
Pabrikan rokok kelas kakap seperti PT HM Sampoerna, PT Gudang Garam, dan PT Djarum ramai-ramai telah mengeluarkan sejumlah produk rokok murah. Terbukti, pemerintah sudah mencatat adanya penerimaan negara dari peredaran rokok murah.
Hal tersebut dikemukakan Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Nirwala Dwi Heryanto saat berbincang dengan CNBC Indonesia akhir pekan lalu, seperti dikutip Kamis (26/10/2022).
"Sudah ada. Saya tanya langsung ke Sampoerna, sementara ini saya produksi pak dengan tarif baru tapi kalau permintaannya turun, mungkin kita hentikan," kata Nirwala.
Peluncuran rokok murah sendiri menjadi strategi perusahaan di tengah pandemi yang meluluhlantakan ekonomi. Sebagai catatan, pandemi menyeret Indonesia ke jurang resesi pada periode kuartal II-2020 hingga kuartal I-2021.
Pandemi membuat aktivitas ekonomi dan masyarakat dibatasi sehingga konsumsi masyarakat pun jeblok. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi Indonesia terkontraksi selama setahun pada periode resesi.
Anjloknya konsumsi tersebut tentu saja berimbas kepada penjualan rokok di Indonesia. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan konsumsi rokok domestik pada 2020 mencapai 322 miliar batang pada 2020 atau turun 9,7%.
Penurunan ini langsung berimbas kepada pabrikan besar rokok di Tanah Air. Volume penjualan Sampoerna pada tahun 2020 anjlok 19,3% menjadi 79,5 miliar unit. Sementara itu, penjualan bersih mereka anjok 12,95 sementara laba bersih tergerus 37%.
Adapun pabrikan rokok kakap lainnya seperti Gudang Garam mencatatkan penurunan volume penjualan sebesar 6,5% dan laba bersih sebesar 29% pada 2020.
Pedagang menata rokok di warung eceran di kawasan pondok Bambu, Jakarta, Rabu, (26/10). Naiknya tarif cukai rokok dari waktu ke waktu, membuat sejumlah orang memilih alternatif rokok dengan harga murah. Ghofar pemilik warung eceran menjual berbagai macam Merk rokok mengatakan biasanya orang yang beralih rokok itu karena mencari harga yang lebih murah dengan jenis yang sama. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabkik)
Penurunan penjualan rokok domestik sejak pandemi terutama terjadi pada kelas Sigaret Putih Mesin (SPM). HM Sampoerna, yang menguasai lebih dari 50% pasar rokok SPM di Indonesia pun suka tidak suka harus merasakan dampaknya.
"Dampak ekonomi dari pandemi mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat yang sebelum Covid-19 sudah pada titik rendah. Hal ini menyebabkan perpindahan pembelian ke produk dengan harga murah (downtrading)," tulis Sampoerna dalam laporan tahunan 2020.
Fenomena serupa juga dialami Gudang Garam. Dalam laporan tahun 2020, perusahaan asal Kediri Jawa Timur tersebut menyebut ada kecenderungan konsumen beralih ke merek rokok dengan harga lebih murah. Fenomena tersebut telah berlangsung sejak 2020 akibat menurunnya daya beli konsumen di segmen yang berpenghasilan lebih rendah.
Nirwala menyebut hal tersebut bisa dimaklumi. Menurutnya, satu perusahaan rokok memang memiliki banyak merek, untuk menyapu semua segmentasi konsumen. Terlebih, strategi yang ditempuh perusahaan rokok juga tidak melanggar aturan.
"Misalnya yang enggak kuat beli Dji Sam Soe, belinya Sampoerna Hijau. Ini menyapu kelas," katanya.
[-]
-
BBM, Ban Karet & Detergen Bakal Kena Cukai, Tahun Ini?(cha/mij)
Sentimen: negatif (79.5%)