Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Universitas Indonesia
Kab/Kota: Bogor
Tokoh Terkait
Menkes Klaim Kasus Gangguan Ginjal Akut Turun Drastis
Merahputih.com Jenis Media: News
MerahPutih.com - Pemerintah terus berupaya menekan kasus gangguan ginjal akut pada anak. Kasus gangguan ginjal akut di Indonesia hingga hari ini tercatat mencapai 325 kasus dan sebanyak 178 pasien di antaranya meninggal.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, saat ini kasus gagal ginjal akut sudah menurun drastis sejak pemerintah menghentikan sementara penggunaan obat sirop untuk pengobatan anak.
"Sudah terjadi penurunan yang sangat drastis dari yang meninggal tadinya lima sampai delapan per hari, sekarang sudah nol, satu per hari. Kasusnya tadi bisa 10 sekarang sudah satu, paling banyak dua," kata dia di Bogor, Rabu (2/11).
Baca Juga:
Angka Kesembuhan Pasien Gangguan Ginjal Akut MeningkatKetika ditanya mengenai tindakan hukum pada perusahaan farmasi yang memproduksi obat sirop mengandung cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG), Budi mengatakan ini menjadi wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Itu wewenang BPOM kalau obat-obatan," kata Menkes, seperti dikutip Antara.
Badan POM beberapa waktu lalu mengumumkan, terdapat dua perusahaan farmasi yang produknya mengandung cemaran EG dan DEG melebihi ambang batas aman.
Badan POM dan tim penyidik gabungan Bareskrim Polri lalu memutuskan untuk meningkatkan status penanganan kasus gagal ginjal akut dari tahap penyelidikan ke tahap penyidikan, setelah melakukan gelar perkara pada 31 Oktober 2022.
Baca Juga:
Bareskrim Segera Periksa PT Afi Farma Terkait Kasus Gangguan Ginjal AkutGuru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, diperlukan analisis apakah ada faktor lain di luar obat yang mungkin menjadi penyebab, seperti infeksi, faktor lingkungan, kebiasaan tertentu dan lainnya.
"Untuk analisis ini maka tentu perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE) yang amat ketat pada setiap anak itu, termasuk bagaimana keadaan di rumahnya, atau tempat bermain, atau di sekolahnya kalau sudah sekolah dan lainnya," kata dia yang pernah menjabat sebagai Direktur WHO Asia Tenggara itu.
Prof Tjandra menyarankan analisis dikeluarkan dalam bentuk semacam tabel lengkap berisi demografi, informasi perjalanan penyakit, obat-obat apa saja yang dikonsumsi anak-anak sebelum sakit dan berbagai faktor lain yang mungkin mempengaruhi terjadinya penyakit. (*)
Baca Juga:
Tren Kematian dalam Kasus Gangguan Ginjal Akut MenurunSentimen: negatif (99.4%)