Sentimen
Positif (99%)
3 Nov 2022 : 19.16
Informasi Tambahan

BUMN: PLN

Kasus: covid-19

Daftar Pasien IMF Bertambah, Indonesia Masih Kuat?

4 Nov 2022 : 02.16 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Daftar Pasien IMF Bertambah, Indonesia Masih Kuat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa ada 28 negara tengah antre untuk mendapatkan bantuan dari Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini dipicu oleh ketidakpastian global yang semakin intens.

Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto menjelaskan kembali cerita Jokowi terkait dengan 28 negara tersebut. Menurutnya, sebanyak 14 negara sudah masuk dan sisanya masih proses.

-

-

"Tadi pak Presiden menyampaikan IMF ada 28 negara yang meminta bantuan IMF dan 14 sudah masuk dan 14 dalam proses," ungkap Airlangga saat menyampaikan arahan Jokowi dalam konferensi pers, Selasa (11/10/2022).

"Ini magnitudenya lebih besar dari krisis di 1998. Dimana krisis di 98 itu krisis beberapa negara di ASEAN," jelasnya.

Ternyata di antara daftar itu, terselip Mesir. Minggu ini, Mesir telah resmi menjadi salah satu pasien IMF, selain Argentina dan Sri Lanka. IMF telah menyetujui fasilitas bantuan untuk Mesir senilai US$ 3 miliar dengan tenor 46 bulan. Dana ini akan dipakai untuk mencegah krisis ekonomi di negara tersebut semakin parah.

Sebelumnya, Sri Lanka dan IMF telah mencapai kesepakatan fasilitas bantuan senilai US$ 2,9 miliar pada awal September lalu.

Kondisi dua negara di Asia ini membuat kita bertanya-tanya, bagaimana nasib Indonesia? Apakah Indonesia berisiko bernasib sama?

Pemerintah mengungkapkan di tahun ini akan menargetkan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 40% di tahun ini. Posisi yang aman bahkan Indonesia tak perlu jadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF).

Selama dua tahun menaklukan pandemi Covid-19, pemerintah membutuhkan biaya tinggi, yang mendorong pemerintah untuk menambah utang.

Utang merupakan bagian tidak terpisahkan dari kebijakan fiskal di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Utang tersebut bertujuan untuk menjaga kesinambungan fiskal.

Artinya, utang muncul untuk menambal defisit APBN karena pendapatan negara lebih kecil daripada belanja negara.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara APBN secara serius sebagai shock absorber selama pandemi Covid-19 sejak 2020.

"Kegiatan ekonomi turun, konsumsi turun, ekspor impor turun, investasi negatif. Hanya pengeluaran pemerintah yang positif," jelas Suahasil dalam sebuah Webinar yang diselenggarakan oleh Bank Danamon, Kamis (27/10/2022).

Kendati demikian, di tahun 2022 ini, ekonomi di dalam negeri berangsur pulih, dan pemerintah berkomitmen untuk menyehatkan lagi APBN. Pemerintah memastikan defisit bisa turun.

Defisit APBN yang turun, kata Suahasil menunjukan APBN yang sehat. Pemerintah juga memastikan debt to GDP ratio atau rasio utang terhadap PDB tidak akan melambung seperti negara lain.

Suahasil bilang, dalam 2-3 tahun terakhir debt to GDP ratio di banyak negara yang melambung. Namun, Indonesia tidak demikian.

"Banyak negara dimana pemerintahnya minta izin DPR-nya untuk meningkatkan ruang Debt to GDP Ratio. Indonesia masih jauh di bawah, ruang yang diberikan di dalam undang-undang 60% maksimum," jelas Suahasil.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan, posisi utang pemerintah capai Rp 7.420,47 triliun hingga 30 September 2022. Dalam sebulan utang pemerintah bertambah Rp 183,86 triliun.

Realisasi utang Indonesia sebesar Rp 7.420,47 triliun setara dengan 39,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) atau naik dibandingkan dengan rasio Agustus 2022 yang mencapai 37,9%.

Oleh karena itu, pemerintah ingin untuk terus menjaga rasio utang terhadap PDB pada kisaran 39% hingga akhir tahun ini.

"Sekarang (Rasio utang terhadap PDB) sekitar 39%. Kita akan tahan di sekitar itu. Kalau akhir tahun ini sampai sekitar 40%," jelas Suahasil.

Ekonomi Masih Tumbuh

Dari sisi ekonomi, Indonesia diperkirakan masih cukup kuat. Ekonomi nasional selama Juli - September 2022 diperkirakan akan tumbuh di atas 5,5% secara year on year (yoy). Capaian yang sangat tinggi dibandingkan banyak negara yang kini ekonominya turun bahkan jatuh ke jurang resesi seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

"Pertumbuhan ekonomi kita kuat di kuartal III berharap di atas 5,5% dan di kuartal IV harus waspada tren pelemahan ekonomi dunia," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Webinar yang diselenggarakan PT PLN Persero, Rabu (26/10/2022).

Sumber pertumbuhan ekonomi terbesar adalah ekspor, didorong oleh tingginya harga komoditas utama, seperti batu bara, nikel, bauksit, hingga minyak kelapa sawit.

Berdasarkan data BPS, neraca perdagangan Indonesia pada September 2022 kembali mencatat surplus, yakni 4,99 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020.

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari-September 2022 secara keseluruhan mencatat surplus 39,87 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 20,71 miliar dolar AS.

"Ini memberikan daya tahan yang relatif lebih baik saat dunia mengalami perubahan, terutama dari kebijakan AS," jelasnya.

Sumber lainnya adalah dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Seiring dengan membaiknya mobilitas masyarakat imbas terkendalinya pandemi covid-19. Pemerintah juga menjaga inflasi agar konsumsi dapat terus tumbuh ke depannya.

"Pilihannya tak selalu mudah dari seluruh dunia. Antara memproteksi masyarakat, daya beli di sisi lain pressure yang berjalan ekstrem di dunia menimbulkan pilihan yang tidak mudah," pungkasnya.


[-]

-

Jokowi Ungkap Ramalan Ngeri: Ekonomi 60 Negara Akan Ambruk
(haa/haa)

Sentimen: positif (99.9%)