Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Kab/Kota: Kramat
Desak Prabowo Segera Deklarasi Capres-Cawapres, Pengamat: Takut Cak Imin Dikudeta Gerbong NU
Jitunews.com Jenis Media: Nasional
kans Anies untuk mengalahkan Prabowo juga cukup besar.
JAKARTA, JITUNEWS.COM - Pemerhati anggaran dan politik, Uchok Sky Khadafi menilai, Prabowo Subianto adalah kandidat calon presiden (capres) yang cukup beruntung dibandingkan dengan capres lainnya.
Pasalnya, Prabowo disamping memiliki infrastruktur politik (partai) yang memadai, dia juga tidak banyak menebar pesona seperti capres lainnya.
"Capres yang bernasib baik dan elektabilitas tinggi adalah Prabowo. Dianggap baik, jarang melakukan kampanye tapi citranya tetap bagus di mata publik. Dianggap baik, karena minim atau tidak punya musuh politik sama sekali. Dan paling penting, punya kendaraan sendiri untuk capres dari partai Gerindra," kata Uchok dalam siaran pers yang diterima Jitunews.com, Senin (31/10/2022).
Dukung Jokowi soal Jangan Sembrono Deklarasi Capres, DPD: Sikap Parpol Terkesan Melampaui Konstitusi
Aktivis 98 ini menyarankan Prabowo dengan cak Imin sebaiknya segera mendeklarasikan diri sebagai pasangan capres.
"Kalau masih menunda-nunda waktu, bisa-bisa Prabowo sebagai capres terkunci, dan tidak bisa lagi, jangankan menjadi Presiden, untuk calon Presiden bisa batal dengan begitu saja," tuturnya.
Uchok meyakini, dalam waktu dekat Prabowo dan Muhaimin Iskandar akan segera mendeklarasikan sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden.
"Tinggal menunggu waktu saja, mereka berdua akan segera mendeklarasikan pasangan capres-cawapres yang diusung oleh PKB dan Gerindra," kata Uchok.
Kembali ke soal nasib baik, Uchok mengatakan, sebagai capres, Prabowo sangat berbeda dengan GP (Ganjar Pranowo) ataupun Anies Baswedan.
"GP elektabilitas juga tinggi tapi tidak punya kendaraan partai. Meskipun GP itu kader PDIP tulen, tapi PDIP tidak mendukung GP sebagai capres, malahan "memusuhinya" karena dianggap bukan berasal dari "darah biru" partai, dan terlalu dekat dengan Presiden Jokowi. Begitu juga dengan Anies. Anies punya musuh politik "segudang" dalam dunia persilatan capres. Anies banyak tidak disukai publik lantaran membawa-bawa isu rasis atau politik identitas dalam Pilkada DKI Jakarta tahun 2017," ungkapnya.
Kendati demikian, Uchok tak memungkiri bahwa kans Anies untuk mengalahkan Prabowo juga cukup besar.
"Anies sudah dideklarasi oleh Partai Nasdem. Sedangkan Prabowo sampai sekarang belum berani deklarasi bersama partai Gerindra. Prabowo lagi menunggu sinyal atau cuaca politik yang baik untuk deklarasi sebagai capres," ujar Kak Uchok.
Kabarnya, Uchok mengungkapkan, belum mau atau tidak beraninya Prabowo mendeklarasikan dirinya sebagai capres, disebabkan belum mendapat "sinyal" dari dalam Istana.
"Mendapat sinyal dari istana ini penting, agar Prabowo tidak diganggu dalam pertarungan pilpres 2024," kata Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) itu.
Bisa juga, sambung Uchok, istana belum memberikan sinyal kepada Prabowo karena lagi sibuk menyiapkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, atau peta politik capres masih ruwet.
"Seperti Anies dan Partai Nasdem belum "dibereskan" saat ini. Atau KIB (Koalisi Indonesia Bersatu) belum punya kesepakatan siapa capres mereka yang akan diusung. Apalagi saat ini, ada dorongan dari relawan yang ingin menyatukan Prabowo-Jokowi sebagai capres dan cawapres. Siapa tahu, menyatukan Prabowo dengan Jokowi bisa berhasil, dan tidak melanggar Undang-undang Dasar. Ditambah PDIP setuju-setuju saja, Jokowi sebagai wakil Presiden Prabowo," kata Uchok.
Uchok beralasan dibalik dorongan agar Prabowo Subianto dan cak Imin segera mendeklarasikan sebagai capres-cawapres karena ada indikasi perebutan kursi ketua umum di PKB.
"Oleh karena saat ini, orang-orang NU yang berkantor di Kramat Raya maupun lapangan Banteng, berusaha dengan cara apapun melakukan "kudeta" atau merebut PKB dari cak Imin. Mereka tidak suka cak Imin maju sebagai capresnya PKB, dan sudah mempunyai capres dari kader NU naturalisasi," tuturnya.
Dengan kata lain, lanjut Kak Uchok, ketika cak Imin berhasil dikudeta oleh kader NU Naturalisasi sendiri, maka koalisi Gerindra-PKB akan bubar.
"Dan PKB akan menarik diri dari koalisi, dan Partai Gerindra, tidak bisa lagi mengusung Prabowo menjadi capres lantaran presidential threshold tidak mencukupi," jelas Uchok.
Memang, kata dia, bisa saja Gerindra mengajak partai lain bergabung ikut mendukung Prabowo menjadi capres.
"Tapi itu membutuhkan cost yang tidak murah agar bisa membeli perahu untuk bisa mendukung Prabowo bisa menjadi capres. Dan misal saja, ada partai yang mau diajak Prabowo, maka belum tentu partai tersebut, menyetujui pasangan wakil Presiden dari NU " kata Uchok.
"Padahal, Prabowo tahu, dan sudah punya pengalamam dalam dua kali pertarungan Pilpres, ketika pasangan wakil presiden Prabowo bukan dari NU, Prabowo kalah di Jawa Tengah, dan Jawa Timur sebagai kunci untuk memenangkan Pilpres," pungkasnya.
PDIP Dinilai Gagal Bentuk Puan Maharani, Aktivis 98: Megawati Dikelilingi Faksi-faksi Oportunis dan PragmatisSentimen: positif (98.4%)