Sentimen
Generasi Muda Harus Terlibat Perumusan Rencana Jangka Panjang Pendidikan
Koran-Jakarta.com Jenis Media: Nasional
JAKARTA - Direktur Pendidikan Tinggi dan IPTEK, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Tatang Muttaqin menyebut suara generasi Z dan Alpha harus mulai diakomodir menyongsong Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045. Pihaknya berharap agar target program dan kebijakan perguruan tinggi sampai tahun 2024 dapat tercapai.
"Kita dorong penyelesaian program sampai tahun 2024 untuk kemudian melibatkan generasi muda dalam RPJPN bidang pendidikan," ujar Tatang, dalam Kuliah-Kerja Fest, di Jakarta, pekan lalu.
Dia mengatakan, pihaknya sudah memetakan isu strategis menyongsong pembangunan pendidikan tinggi (PT). Isu tersebut yaitu pemerataan akses ke layanan PT berkualitas, penguatan relevansi PT dan peningkatan kebekerjaan, peningkatan daya saing, penguatan tata kelola dan pembiayaan PT berkualitas.
"Rencana-rencana realistis dalam jangka menengah harus juga menampung masukan dari generasi Z dan Alpha. Merekalah yang akan berperan di masa berikutnya," jelasnya.
Baca Juga :
Keterbatasan Tak Jadi Hambatan, SDM Indonesia Timur Mampu BersaingHead of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation, Aryanti Savitri, berkomitmen mendukung pemerintah mewujudkan hal tersebut. Pihaknya menggelar Kuliah-Kerja Fest 2022 untuk mewadahi generasi muda serta perguruan tinggi dan industri dalam menyongsong masa depan.
"Kami membawa suara anak muda dan mitra-mitra industri yang juga termasuk dalam ekosistem pendidikan tinggi Indonesia dalam momentum rangkaian kegiatan background study RPJPN 2025-2045," terangnya.
Transformasi Digital
Plt. Direktur Pendidikan dan Kemahasiswaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Sri Gunani Partiwi, memastikan pihaknya berkomitmen mendorong transformasi digital perguruan tinggi. Pihaknya telah mendata bahwa 76 persen dari generasi muda memandang situasi digital merupakan peluang.
"Perguruan tinggi harus mendisrupsi diri agar tidak tertinggal dan ditinggalkan oleh mahasiswa, relevan dengan perkembangan peradaban," katanya.
Dia memastikan pihaknya berupaya membangun ekosistem pembelajaran yang adaptif dan inovatif melalui sistem perguruan tinggi dengan memanfaatkan sumber belajar baik internal maupun eksternal memanfaatkan teknologi informasi. Menurutnya, hal tersebut memudahkan akses pendidikan tidak hanya oleh pendidikan formal, tapi seluruh masyarakat.
Dia menilai, transformasi digital akan memberikan layanan yang baik termasuk di pendidikan. Menurutnya, tantangan ke depan yaitu menyediakan SDM kompeten menghadapi tantangan dan kebutuhan dunia kerja.
Baca Juga :
Biaya Pendidikan Meningkat Setiap Tahun, Pundi Reksa Dana Bisa Jadi Solusi"Literasi dasar, kompetensi, dan karakter berkualitas jadi tiga komponen utama skill abad 21," tandasnya.
Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup
Sentimen: positif (97.7%)