Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: London
Aksi Terbaru Aktivis Iklim, Lem Kepala ke Lukisan Legendaris 'Girl with a Pearl Earring'
Akurat.co Jenis Media: News
AKURAT.CO Protes untuk menghentikan perubahan iklim dengan menargetkan benda-benda seni terus berlanjut. Usai melempar kentang tumbuk ke lukisan Monet, kini aktivis menempelkan kepalanya dengan lem ke lukisan ikonik Johannes Vermeer, 'Girl with a Pearl Earring'.
Aksi terbaru itu terjadi pada Kamis (27/10), dengan para aktivis 'menyerbu' Museum Mauritshuis di The Hague atau lebih dikenal dengan nama Den Haag.
Dalam sebuah video yang beredar, seorang aktivis terlihat langsung menempelkan dan mengelem kepalanya ke lukisan Vermeer. Setelah itu, terlihat pria lain, dengan kaus 'Just Stop Oil' menuangkan sekaleng cairan berwarna merah ke rekannya. Sementara pria satunya membuka jaket dan menunjukkan kaus serupa, aktivis tersebut meneriakkan pesan kepada para pengunjung yang terdengar kaget.
baca juga:"Bagaimana perasaan Anda ketika melihat sesuatu yang indah dan tak ternilai harganya dihancurkan di depan mata Anda?" tanyanya.
"Apakah Anda merasa marah? Bagus. Di mana perasaan itu ketika Anda melihat planet ini dihancurkan di depan mata kita sendiri?" tambah aktivis tersebut sambil terus memegang kaleng.
NOW - Attack on Johannes Vermeer's famed "Girl with a Pearl Earring" painting at a museum in The Hague.pic.twitter.com/N9OgTEnYvb
— Disclose.tv (@disclosetv) October 27, 2022Ketika pengunjung mulai ramai, dan menyuarakan ketidaksenangan, aktivis tersebut berkata bahwa lukisan itu dilindungi oleh kaca dan itu akan 'baik-baik saja'. Namun, hal tersebut tidak berlaku dengan orang-orang yang terdampak iklim, yang menurut para aktivis harusnya juga dilindungi.
"Orang-orang yang rentan di selatan dunia, mereka perlu dilindungi. Masa depan anak-anak kita tidak terlindungi," tambahnya.
Polisi setempat kemudian mengumumkan melalui Twitter bahwa tiga orang telah ditangkap sehubungan dengan protes tersebut. Para aktivis itu ditahan dengan tuduhan melakukan kekerasan publik terhadap properti.
Sementara dalam pernyataannya kepada Associated Press, pihak museum mengatakan bahwa lukisan itu, yang dibuat pada tahun 1665, tidak mengalami kerusakan.
"Kondisi lukisan itu telah diselidiki oleh konservator kami. Untungnya, karya agung berlapis kaca itu tidak rusak," kata pihak museum, sebagaimana dilaporkan leh CBS News.
Insiden pada Kamis adalah yang ketiga dalam dua minggu terakhir, di mana protes melibatkan perusakan karya seni untuk menarik perhatian warga dunia terhadap krisis iklim.
Pada 14 Oktober, dua aktivis Just Stop Oil memercikkan kaleng sup tomat ke lukisan 'Sunflowes' karya Gogh tahun 1888 di Galeri Nasional London.
"100 izin minyak dan gas yang diusulkan akan menghancurkan semua budaya kita, bersama dengan peradaban manusia seperti yang kita tahu.
"Mengapa kita melindungi lukisan-lukisan ini ketika kita tidak melindungi jutaan nyawa yang akan hilang karena iklim dan runtuhnya peradaban?" kata para advokat di akun Twitter mereka, United Press International melaporkan.
Lalu pada 23 Oktober, dua aktivis iklim Jerman melemparkan mashed potato atau kentang tumbuk ke lukisan terkenal 'Grainstacks' karya Claude Monet. Setelah itu, mereka merekatkan tangan ke dinding di Museum Barberini di Potsdam.
Kelompok tersebut, yang disebut Last Generation atau Generasi Terakhir, telah meminta pemerintah Jerman untuk berbuat lebih banyak untuk mengatasi perubahan iklim. Menurut mereka, protesnya adalah untuk menyerukan kepada masyarakat agar mereka mengajukan pertanyaan: 'Apa yang lebih berharga, seni atau kehidupan?'
Dalam video, salah satu pengunjuk rasa, yang telah diidentifikasi sebagai Mirjam Herrmann, mengatakan bahwa dalam beberapa dekade mendatang, lukisan itu, yang bernilai USD 110 juta (Rp1,7 triliun), menjadi tidak akan berharga jika 'manusia berebut makanan'.[]
Sentimen: positif (76.2%)