Sentimen
Positif (99%)
29 Okt 2022 : 13.20
Informasi Tambahan

BUMN: Perum BULOG

Grup Musik: APRIL

Institusi: IPB, Institut Pertanian Bogor

Kab/Kota: Bogor, Cipinang, Penggilingan

Tokoh Terkait

Stok Melimpah Beras, KTNA dan Pengamat Minta Bulog Optimal Serap

29 Okt 2022 : 20.20 Views 2

Rakyatku.com Rakyatku.com Jenis Media: News

Stok Melimpah Beras, KTNA dan Pengamat Minta Bulog Optimal Serap

Produksi padi nasional diperkarakan mencapai 32,07 juta ton pada 2022, meningkat 0,72 juta ton atau 2,29 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.

RAKYATKU.COM, JAKARTA - Ketua Umum Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, M. Yadi Sofyan Noor, menegaskan stok beras nasional 2022 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya dan tersebar merata di berbagai daerah.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi nasional diperkarakan mencapai 32,07 juta ton pada 2022, meningkat 0,72 juta ton atau 2,29 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.

Sementara, potensi produksi beras nasional pada Oktober-Desember 2022 diperkirakan 5,90 juta ton, meningkat 0,78 juta ton atau 15,12 persen dibandingkan 2021 yang angkanya 5,13 juta ton.

Baca Juga : Raih Sederet Penghargaan di Ajang AHI, Kementan Jadi Kementerian Terpopuler di Media Digital

"Artinya stok beras nasional melimpah dan stok beras yang ada di Bulog hingga saat ini tidak boleh disimpulkan bahwa stok beras nasional kondisinya menipis. Hati-hati menganalisis stok beras karena beras itu tersebar dari di penggilingan, pedagang, rumah tangga, horeka, dan lainnya. Jadi, saya berpendapat tidak setuju bila ukuran stok beras hanya ada di Bulog," kata Yadi di Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Yadi menjelaskan, untuk menjaga stabilitas beras nasional, pemerintah menargetkan hingga akhir 2022 nanti setidaknya pengadaan atau serapan beras di Perum Bulog harus mencapai 1,2 juta ton. Namun demikian, berdasarkan Badan Pangan Nasional, stok beras yang ada di Bulog sampai dengan Oktober 2022 hanya 673.613 ton.

"Ini, kan, serapan beras Bulog yang rendah, tidak mencapai target setahun 1,6 juta ton karena kendala melepasnya kemana. Bahkan, serapan beras Bulog sampai September 2022 lalu masih jauh di bawah tahun 2021. Kendala utamanya kan Bulog sulit melepas beras karena tidak ada lagi program Rastra lagi," jelasnya.

Baca Juga : Kenalkan Pertanian Ramah Lingkungan, Penyuluh Sulteng Dilatih Cara Pembuatan Biosaka

"Justru saat ini langkah yang bagus Bulog dikasih tugas menyerap Oktober-Desember 2022 ini sehingga bisa mencapai target 2022 dengan fleksibilitas harga dan pola komersial. Buktinya, dari data panen September hingga Desember 2022 di Jawa Timur potensi menghasilkan beras 1,15 juta ton, Jawa Tengah 1,01 juta ton, Jawa Barat 1,55, dan Sulawesi Selatan 1,16 juta ton, belum lagi panen banyak provinsi sentra pada lainnya. Ini, kan, potensi beras yang bisa diserap Bulog," pinta Yadi.

Sementara itu, Wakil Direktur Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prima Gandhi, mengatakan stok beras yang menipis di Bulog menandakan kinerja Bulog belum mencapai target karena berbagai kendala dalam menyerap gabah dan beras petani.

Pasalnya, di lapangan masih banyak beras dan dalam bentuk gabah yang berdasarkan survei cadangan beras nasional yang dilakukan BPS pada April 2022 menyatakan ada 10,15 juta ton.

Baca Juga : Alternatif Tingkatkan Produktivitas, Kementan Masifkan Penggunaan Pupuk Organik

Bahkan, lanjut Prima, BPS baru-baru ini merilis perkiraan produksi beras 2022 sebanyak 32,07 juta ton. Produksi ini jauh lebih tinggi 0,72 juta ton, naik 2,29% dibandingkan 2021 sebesar 31,36 juta ton.

"Artinya, tahun 2022 ini jauh lebih dari cukup dan aman dibandingkan 2021, yang waktu lalu pun aman juga. Bila kita mencermati stok di Pasar Induk Beras Cipinang, stok hariannya di atas 43 ribu ton, jauh lebih tinggi dari stok normal di kisaran 25 sampai 30 ribu ton. Jadi, Bulog mau beli harga berapa? Jadi, ini gabah dan beras ada banyak, di mana-mana," terangnya.

Terkait harga beras yang naik, Gandhi menilai hal itu bukan karena pasokan produksi. Namun demikian, disebabkan karena dampak simultan dari kenaikan BBM, benih, pupuk, obat-obatan, hingga ongkos alat mesin pertanian.

Baca Juga : Mentan SYL Dorong Papua Barat Jadi Penghasil Sagu Berkualitas

"Bahkan, upah juga naik dan distribusi ongkos angkut ke pasar juga naik. Ya, saya anggap wajar petani menikmati harga gabah yang bagus karena biaya-biaya pada naik. Sehingga, yang harus kita optimalkan untuk menguatkan stok beras nasional adalah Bulog harus turun menyerap dengan harga komersil sehingga petani mendapat keuntungan," tuturnya.

Sentimen: positif (99.8%)