Sentimen
Netral (49%)
30 Okt 2022 : 04.23
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Hasanuddin

Tokoh Terkait

Diplomasi Jokowi Dianggap Sangat Baik, Mitigasi Potensi dari Konflik Berkepanjangan

30 Okt 2022 : 11.23 Views 2

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Diplomasi Jokowi Dianggap Sangat Baik, Mitigasi Potensi dari Konflik Berkepanjangan

FAJAR.CO.ID, JAKARTA - Akademisi Hubungan Internasional dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar Aswin Bahar mengapresiasi sikap Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang tidak terpengaruh dengan tekanan negara-negara barat dan Amerika Serikat untuk tidak mengundang Rusia dalam acara KTT G20 November 2022 nanti.

Menurut Aswin Bahar, Indonesia secara global memiliki peran sentral dalam KTT G20 ini, hingga Presiden Indonesia dengan leluasa mampu membangun hubungan dengan seluruh negara keanggotaan G20.

“Kalau kita bahas konteks sikap Indonesia, ini menarik. Jadi tahun ini Indonesia secara global maupun di Asean perannya sangat sentral. Pertama, soal presidensi G20 dan kedua, keketuaannya di Asean,” kata Aswin saat dihubungi fajar.co.id, Sabtu (29/10/2022).

“Respon Indonesia kali ini, saya rasa kalau dalam kaidah diplomatik, itu sudah berjalan dengan baik, bahkan sikapnya misalnya yang dibilang tadi, apakah Indonesia dalam konteks ini bebas aktif, itu akan tetap dipegang,” sambungnya.

Dikatakan pengamat Hubungan Internasional itu, dalam menyukseskan acara KTT G20 ini Presiden Jokowi selalu mengambil kebijakan atau misi diplomatiknya selalu menggunakan istilah yang normatif agar tidak terjadi perpecahan antar negara keanggota G20, terkhusus buat negara-negara barat dan Rusia, termasuk dengan Amerika Serikat.

“Secara umum, termasuk sikap Presiden Jokowi, bukan sekadar menengahi tapi dia memitigasi potensi dampak dari konflik yang berkepanjangan,” ucapnya.

Dijelaskan Aswin, sikap Indonesia dalam tidak ikut campur atau memihak secara langsung, dalam konteks perang Rusia-negara barat sangat reasonable. Hal tersebut dilakukan agar komunikasi Pemerintah Indonesia selaku tuan rumah KTT G20 berjalan baik.

“Karena memihak secara tegas kepada salah satu pihak, justru dapat menghambat langkah Indonesia untuk dapat berkomunikasi intensif dengan kedua pihak dalam kapasitasnya sebagai Presidensi G20. Dalam kapasitas tersebut, Indonesia dapat memanfaatkan forum multilateral untuk memitigasi dampak konflik Rusia-Ukraina yang berpotensi mengakselerasi resesi ekonomi dan persoalan pangan global,” jelasnya.

Langkah tersebut, kata Aswin lazim dilakukan negara dalam posisi sebagai Middle Power. Olehnya itu, moment G20 ini akan menjadi milestone penting dalam sejarah diplomasi Indonesia.

“Menarik ditunggu langkah-langkah diplomatik yang dilakukan Indonesia pada helatan global tersebut,” ungkapnya.

Lebih jauh Aswin, secara umum KTT G20 ini tidak bisa dilepaskan dari konstalasi Politik global.

Pertama, isu keamanan terkait konflik Rusia dan Ukraina yang kemudian membelah dunia menjadi dua sikap, yakni mengecam agresi Rusia atau pro Ukraina dan disisi yang lain ada juga negara dapat memahami dilema yang dihadapi Rusia akibat dari keinginan Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa, dan NATO.

Di sisi lain, inflikasi konflik ini ada juga inflikasi ekonomi politiknya. Ini yang mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi global karena model perekonomian global yang dipilih ini, modelnya terintegrasi.

“Mengintegrasikan ekonomi antara satu negara dan negara yang lain atau setidak-tidaknya sebuah negara memilih mengintegrasikan ekonominya dengan struktur ekonomi yang terbuka. Nah karena itu terjadi, kejadian di sebuah negara konflik otomatis mempengaruhi hubungan ekonomi. Dan itu ada efek dominonya sampai kemudian berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi global,” paparnya.

“Atas hal itu, mau tidak mau G20 pasti merespon. Karena itu terkait tujuan dari menjaga pertumbuhan ekonomi global,” tutup Aswin. (zak/fajar)

Sentimen: netral (49.2%)