Sentimen
Negatif (78%)
29 Okt 2022 : 17.19
Informasi Tambahan

Institusi: UNAIR, Universitas Airlangga

Kab/Kota: Tanjung Priok, Lenteng Agung

Terus Diserang PDIP Akibat Mendukung Anies, Nasdem Pertanyakan Apa Salahnya Sabtu, 29/10/2022, 17:19 WIB

30 Okt 2022 : 00.19 Views 3

Wartaekonomi.co.id Wartaekonomi.co.id Jenis Media: News

Terus Diserang PDIP Akibat Mendukung Anies, Nasdem Pertanyakan Apa Salahnya
Sabtu, 29/10/2022, 17:19 WIB
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tak henti-hentinya menyerang NasDem. Berbagai “peluru” dia tembakkan. Yang teranyar, Hasto menyindir NasDem dengan menyebut partai koalisi tapi lengket dengan oposisi.

Hasto memang tidak menyebut NasDem secara langsung. Tapi, ucapannya sangat mengarah ke partai besutan Surya Paloh tersebut. Sebab, saat ini NasDem satu-satunya partai koalisi pemerintah Jokowi-Ma’ruf yang mesra dengan partai oposisi, PKS dan Demokrat.

Bahkan, NasDem telah resmi mengusung figur bakal calon presiden yang dianggap representatif dari kalangan pengkritik Jokowi, Anies Baswedan.

"Jangan ikrar terhadap disiplin, mengaku mendukung pemerintah Pak Jokowi dan kemudian Bapak Kiai Ma'ruf Amin sampai akhir tahun, tetapi bergandengan erat dengan partai-partai yang setiap hari mengkritik Pak Jokowi," sindir Hasto, dalam perayaan Sumpah Pemuda, di Gedung Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, kemarin.

Dia lalu membandingkan sikap NasDem dengan PDIP. Kata dia, PDIP sangat kencang lagi menjaga marwah pemerintahan Jokowi. Disiplin partai bakal ditegakkan bila menemukan kadernya mbalelo dari jalur Pemerintah.

"PDIP sebagai partai pelopor harus memiliki disiplin berdemokrasi, disiplin teori, disiplin gerakan, dan disiplin dalam bertindak," ujarnya.

Sejak NasDem mendeklarasikan Anies sebagai capres, Hasto terus-terusan menyerang. Mulai dari bilang NasDem tidak disiplin, mempersoalkan etika, mendorong menteri NasDem di-reshuffle, sampai yang paling keras bilang NasDem bukan bagian koalisi dengan menyebut “biru” sudah lepas.

Mendengar sindiran Hasto, NasDem panas. Wakil Ketua Umum NasDem Ahmad Ali mempertanyakan, dosa apa yang diperbuat partainya terhadap Hasto.

Saking kesalnya, Ahmad Ali sampai membawa-bawa PKI. Kata dia, Demokrat dan PKS memang partai oposisi, tapi tidak diharamkan untuk bekerja sama dengan mereka.

"Mereka bukan PKI. Mereka partai yang kemudian diakui oleh negara sebagai partai yang sah di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terus apa masalahnya?" ucap Ali, jengkel.

Ali pun meminta Hasto untuk kembali mempelajari proses demokrasi. Fungsi demokrasi berjalan sehat bila ada kelompok pengkritik Pemerintah. "PKS, Demokrat partai yang sah, peserta Pemilu. Saat ini mereka sedang melaksanakan tugas fungsi mereka sebagai oposisi, sehingga membuat Pemerintah semakin dinamis," jelas mantan Ketua Fraksi NasDem di DPR itu.

Bendahara Umum NasDem Ahmad Sahroni untuk menanggapi sindiran Hasto, tapi dengan gaya lebih santai. Crazy rich asal Tanjung Priok ini menyindir, pernyataan Hasto merupakan pesan yang baik dan bisa diteladani. "Namun mesti diingat, kadang kita hanya bisa pintar menilai orang lain tapi belum tentu pintar menilai diri sendiri," ledeknya.

Dia mengingatkan Hasto bahwa sikap NasDem terhadap Jokowi sudah jelas, dan tidak akan berubah hingga 2024. "Mari kita terus jaga Pemerintah sampai ujung, sampai selesai, sampai purna tugas berakhir di 2024 nanti," tutup Sahroni.

Pengamat politik dari Universitas Airlangga Prof Kacung Marijan melihat, serangan Hasto ke NasDem berpangkal pada pencapresan Anies. Kemudian merembet ke mana-mana. Barangkali itu tidak lepas dari posisi NasDem yang jelas-jelas mengusung Pak Anies dan hendak berkoalisi dengan PD (Partai Demokrat) dan PKS," ucap Kacung.

Menurut Kacung, rentetan tembakan Hasto mengisyaratkan PDIP berhenti menjalin hubungan kerja sama dengan NasDem.

"Pernyataan Pak Hasto itu juga mengisyaratkan bahwa PDIP akan mencalonkan capres yang berseberangan dengan calon NasDem. Ini adalah bagian dari pemanasan menjelang 2024," analisisnya.

Baca Juga: Melalui M2U, Transaksi Digital Maybank Indonesia Capai Rp 71,05 Triliun

Disclaimer: Artikel ini merupakan kerja sama Warta Ekonomi dengan Rakyat Merdeka. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi artikel menjadi tanggung jawab Rakyat Merdeka.

Sentimen: negatif (78%)