Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Kab/Kota: Tiongkok
Tiga Keberhasilan Perpusnas Jadi Magnet Peserta CDNLAO
Harianjogja.com Jenis Media: News
JAKARTA—Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI sukses memimpin penyelenggaraan Konferensi Antar Kepala Perpustakaan Nasional di Asia dan Oseania (CDNLAO) ke-28 dari tanggal 24-27 Oktober 2022 di Jakarta.
Kesuksesan ini tidak lepas dari pemaparan Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando tentang praktik-praktik yang telah dilakukan sehingga menjadi daya tarik atau magnet bagi para peserta yang hadir.
Minimal ada tiga keberhasilan yang disampaikan yaitu prestasi Indonesia yang memimpin Open Access di dunia untuk transformasi digital perpustakaan, program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial untuk Kesejahteraan, dan bantuan untuk Nepal dalam hal preservasi serta konservasi naskah kuno.
PROMOTED: Presidensi G20 Indonesia, Momentum Pulihkan Dunia dari Krisis Global
“Untuk penguatan perpustakaan di Indonesia, Perpusnas telah memiliki program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan perpustakaan," ungkap Kaperpusnas.
Selain itu, rencananya pada awal tahun 2023, Perpusnas akan meluncurkan sekitar 3 (tiga) juta konten guna menyempurnakan pemberian layanan kepada masyarakat. Hal tersebut mendapatkan apresiasi sangat tinggi dan dukungan dari beberapa peserta yang hadir.
Presiden Terpilih IFLA (Federasi Internasional Asosiasi dan Lembaga Perpustakaan) Periode 2022-2023, Vicki McDonald menyampaikan bahwa hal tersebut selaras dengan Visi IFLA yakni memperkuat hubungan dari semua jenis perpustakaan di dunia dan menciptakan bidang perpustakaan yang bersatu untuk memberdayakan masyarakat.
“Dalam situasi global saat ini, pemerintah perlu memikul beban tantangan sosial dengan memfasilitasi penyediaan layanan perpustakaan dan informasi yang berkualitas tinggi,” terangnya.
Deputi Perpustakaan Nasional Republik Islam Iran, Esmat Mohmeni mengatakan Hukum Kelima Rangathan menyatakan perpustakaan adalah organisme yang berkembang. Perpustakaan nasional harus bertindak untuk terus memenuhi kebutuhan informasi masyarakat yang terus meningkat.
“Orang yang berpengetahuan dan terdidik akan memiliki pikiran yang dinamis, analitis serta akan berhasil dalam menghadapi perubahan sosial,” jelasnya.
Sementara itu, Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial untuk Kesejahteraan yang digagas Perpusnas RI juga mendapat perhatian dari sejumlah negara seperti Selandia Baru, Filipina, Vietnam, Tiongkok, dan Singapura.
Wakil Direktur Perpustakaan Nasional Vietnam, Nguyen Ngoc Anh menjelaskan bahwa Perpustakaan Nasional Vietman juga memiliki Sistem Perpustakaan Berbasis Inklusi di mana pada praktiknya di perpustakaan umum di Vietnam, sistem tersebut peduli dengan literasi universal untuk orang berkebutuhan khusus, peran pendidikan liberal, dan perpustakaan inklusif serta hubungannya dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
“Perpustakaan umum di Vietnam telah melakukan berbagai program layanan perpustakaan inklusif, khususnya layanan untuk tunanetra, dengan tujuan tidak meninggalkan siapa pun dalam hal layanan perpustakaan,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Asisten Direktur Perpustakaan Nasional Filipina, Edgardo Quiros memaparkan bahwa Program Membaca mulai dijajaki. Mengapa program membaca? Hal ini berkaitan dengan kasus yang dihadapi perpustakaan publik kota Antipolo, di mana orang dewasa di sana tidak memiliki kemampuan untuk membaca dengan benar. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari walikota dan didanai oleh pemerintah kota.
“Kami berkolaborasi dengan Departemen Pendidikan yang memiliki program pendidikan untuk mulai mengajari orang dewasa membaca, setelah itu dilanjutkan untuk mengajarkan anak-anak. Sulit untuk menjalankan perpustakaan apabila masyarakatnya tidak dapat membaca karena cara untuk mendapatkan informasi dari bahan bacaan adalah dengan membaca,” ungkapnya.
Menjelang akhir sesi persidangan Perwakilan dari Perpustakaan Nasional Nepal, Sanjib Kumar Chaudhary meminta kondisi Perpustakaan Nasional Nepal untuk dimasukkan sebagai isu yang dapat didiskusikan. Dia menjelaskan bahwa Perpustakaan Nasional Nepal saat ini dalam kondisi yang tidak menguntungkan karena gempa bumi besar yang melanda negara itu pada tahun 2015.
Dia secara khusus meminta bantuan negara lain dalam hal pelestarian koleksi karena mereka kekurangan keterampilan teknis dan professional. Negara-negara anggota CDNLAO mendukung misi Nepal yang sedang berkembang untuk membangun kembali perpustakaan nasionalnya.
Perwakilan dari Perpustakaan Nasional Singapura, Gene Tan menanggapi masalah ini dengan menyatakan bahwa pihaknya akan mendukung dan membantu Perpustakaan Nasional Nepal terakit koleksi. Direktur Eksekutif Perpustakaan Nasional Qatar, Huism Tan dan Pustakawan Utama Perpusnas RI, Woro Titi Haryanti menawarkan untuk mengadakan lokakarya preservasi daring untuk mengatasi kebutuhan mendesak atas pelestarian koleksi Perpustakaan Nasional Nepal. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sentimen: positif (100%)