Pendidikan Karakter Harus Ditanamkan Sejak Dini
Krjogja.com Jenis Media: News
Ilustrasi (KR/dok)
Krjogja.com - JAKARTA - Maraknya kekerasan baik fisik maupun seksual yang terjadi di dunia pendidikan mengindikasikan perlu dilakukannya penguatan pendidikan karakter. Program Pendidikan karakter merupakan salah satu wujud Revolusi Mental yang diterapkan di dunia pendidikan.
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Didik Suhardi di Jakarta, Selasa, 25 Oktober 2022 mengatakan peran media massa untuk meningkatkan keberhasilan revolusi mental sama strategisnya dengan orang tua dan pendidik. Didik mengatakan, dalam revolusi mental merupakan gerakan yang semula dicanangkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1957.
Bung Karno membuat gerakan tersebut dalam upaya mempercepat perubahan yang terjadi di Indonesia agar lekas mencapai cita-cita bangsa sesuai yg diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Pada Era pemerintahan Presiden Jokowi, Revolusi Mental menjadi sebuah GerakÂan Nasional dengan diterbitkannya Inpres No.12 Tahun 2016 dan Kemenko PMK-lah yang diamanahkan sebagai koordinatornya.
Sejauh ini, gerakan ini sudah dapat dinikmati masyarakat luas dan pengaruhnya bisa dikatakan signifikan. Dalam soal pendidikan misalnya, pemerintah fokus pada penumbuhan budi pekerti, dan pendidikan karakter peserta didik. Diketahui, dalam revolusi mental terdiri dari lima gerakan, yaitu Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih, Gerakan Indonesia Tertib, Gerakan Indonesia Mandiri, dan Gerakan Indonesia Bersatu.
"Ada sejumlah kelompok strategis yang dapat menjadi penggerak pelaksanaan revolusi mental, selain tokoh masyarakat, tokoh politik, wanita, pemuda, media massa, lembaga pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi juga memiliki peran penting. Kita harus bersama-sama melaksanakan program dengan pendekatan pentahelix," terang Didik.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Menko Bidang PMK Bidang Reformasi Birokrasi, Ravik Karsidi mengatakan, masih maraknya tindak kekerasan di dunia pendidikan bermuara dari lemahnya filter system atau sistem penyaringan perilaku benar dan salah yang seharusnya ditanamkan orang dewasa kepada anak. Dalam hal ini menyangkut multiperan antara orang tua, guru, hingga dosen di perguruan tinggi.
"Menurut saya ini muaranya karena anak-anak kita pada dasarnya tidak bisa membedakan mana yang dos and dont's di kalangan anak-anak kita," kata Ravik.
Untuk itu, kata Ravik, penanaman pendidikan karakter di lembaga pendidikan mulai dari PAUD, Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi perlu dipekuat. "Sebab pendidikan karakter yang diterapkan di Kemendikbudristek tersebut merupakan wujud dari Revolusi Mental," ujar Ravik.
Jika ditarik lebih jauh, kata Ravik, maraknya kekerasa di dunia pendidikan karena lemahnya filter system yang ditanamkan orang dewasa kepada anak-anak di sekitarnya. "Kita orang dewasa, baik itu orang tua dan pendidik kurang mengajarkan kepada anak tentang sistem penyaringan atau filter system antara yang mana perilaku benar dan salah," lanjut Ravik.(Ati)
Sentimen: netral (66.6%)