Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Tokoh Terkait
Rupiah Kian Lesu ke Level Rp 15.622, Pelaku Pasar Soroti Belanja Negara yang Masih Minim
Tempo.co Jenis Media: Nasional
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali lesu pada penutupan perdagangan Selasa, 15 Oktober 2022. Mata uang garuda ini bertengger di level Rp 15.622 terhadap dolar Amerika Serikat atau merosot 37 poin.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah bahkan sempat melemah 40 poin. Pada perdagangan sebelumnya, rupiah ditutup di posisi lebih kuat, yakni Rp 15.585 per dolar Amerika.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 15.610-Rp 15.660,” ujar dia lewat keterangan tertulis, Selasa.
Pelemahan rupiah itu didorong oleh beberapa faktor. Dari sisi internal, menurut Ibrahim, pelaku pasar terus memantau perkembangan realisasi belanja negara yang masih belum optimal. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, kata Ibrahim, menyampaikan sampai dengan akhir September 2022, realisasi belanja negara baru Rp 1.913,9 triliun.
“Baru terserap 61,6 persen dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 yang sebesar Rp 3.106,4 triliun,” tutur dia.
Adapun belanja negara tersebut terdiri atas beberapa komponen belanja. Di antaranya belanja kementerian dan lembaga. Realisasinya telah mencapai Rp 674,4 triliun atau terserap 71,3 persen dari target APBN.
Baca juga: Rupiah Hari Ini Dibuka Melemah ke Posisi Rp 15.478
“Belanja ini dimanfaatkan untuk penyaluran berbagai bantuan sosial dan program Pemulihan Ekonomi Nasional kepada masyarakat. Termasuk pengadaan peralatan atau mesin, jalan, jaringan, irigasi, belanja pegawai termasuk THR dan gaji ke 13 serta kegiatan oprasional kementerian dan lebaga,” kata dia.
Sementara, Ibrahim berujar, belanja nonkementerian dan nonlembaga realisasinya baru mencapai Rp 686,8 triliun atau baru terserap 50,7 persen dari target APBN. Belanja ini disalurkan pada subsidi, kompensasi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan listrik, serta pembayaran pensiun dan jaminan kesehatan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Sedangkan transfer ke daerah realisasinya baru mencapai Rp 552,6 triliun atau baru terserap 68,7 persen dari target APBN. “Sebagian besar jenis Tunjangan Kinerja Daerah mengalami kenaikan kinerja penyaluran yang disebabkan kepatuhan pemda yang lebih baik,” ucap dia.
Lebih lanjut, Ibrahim mengungkapkan, pembiayaan investasi telah terealisasi sebesar Rp 60 triliun. Pembiayaan ini disalurkan pada klaster infrastruktur untuk mendukung belanja modal kementerian dan lembaha. “Khususnya penyelesaian proyek strategis nasional dan pembiayaan sektor perumahan,” tutur dia.
Namun, di sisi lain Ibrahim mencatat bahwa safe haven dolar Amerika menguat terhadap mata uang utama hari ini. Hal itu terjadi di tengah tanda-tanda kenaikan suku bunga Federal Reserve yang mengerem ekonomi terbesar dunia.
“Sementara sentimen risiko meningkat karena Rishi Sunak bersiap untuk menjadi Perdana Menteri Inggris,” kata Ibrahim.
Sebelumnya, dolar AS melemah setelah rilis IMP Komposit Global S&P Oktober menunjukkan aktivitas bisnis Amerika berkontraksi untuk empat bulan berturut-turut. Menurut Ibrahim, ini mengindikasikan pengetatan moneter agresif The Fed memiliki dampak yang signifikan.
Baca juga: Prediksi Kebijakan The Fed Makin Agresif, Bank Indonesia Bicara Nasib Dolar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Sentimen: netral (66%)