Sentimen
Netral (88%)
27 Okt 2022 : 18.12
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Unilever

Event: Hari Sumpah Pemuda

Kab/Kota: Kramat

Mengenal Sejarah Hari Sumpah Pemuda: Diskusi Para Tokoh Muda untuk Merumuskan Sumpah Setia

27 Okt 2022 : 18.12 Views 3

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Mengenal Sejarah Hari Sumpah Pemuda: Diskusi Para Tokoh Muda untuk Merumuskan Sumpah Setia

PIKIRAN RAKYAT - Memperingati Hari Sumpah Pemuda 2022, tidak lengkap jika belum mengenal sejarah hingga beberapa fakta di baliknya.

Tepat pada Jumat, 28 Oktober 2022 Hari Sumpah Pemuda akan kembali diperingati oleh masyarakat Indonesia untuk mengingat bangkitnya semangat pemuda untuk memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.

Sejak 28 Oktober 1928, Hari Sumpah Pemuda 2022 akan menjadi tahun ke-94 sejak adanya kongres bersejarah bagi Indonesia.

Baca Juga: Produknya Ditarik dan Disebut Picu Kanker, Pihak Unilever Buka Suara

Untuk lebih mengetahui tentang Hari Sumpah Pemuda, berikut telah dirangkum sejarah dan beberapa fakta di baliknya yang penting untuk diketahui.

Sejarah Sumpah Pemuda

Sumpah Pemuda adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan selama dua hari, yakni dari 27-28 Oktober di Batavia yang saat ini dikenal sebagai DKI Jakarta.

Bangkitnya gagasan mengadakan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPPI) selaku organisasi pemuda yang termasuk di dalamnya pelajar dari seluruh Indonesia.

Baca Juga: BPOM Duga Lonjakan Gagal Ginjal Akut pada Anak Disebabkan Bahan Baku Obat Sirup Tak Sesuai Syarat

Berkat inisiatif PPPI, kongres berhasil dilaksanakan. Selain berlangsung dua hari, agenda bersejarah ini juga melaksanakan rapat yang dibagi menjadi tiga kali dan pada tiga gedung berbeda.

Rapat pertama digelar di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng pada Sabtu, 27 Oktober 1028.

Sugondo menjadi tokoh pemuda yang memberikan sambutan pada momen ini. Ia menyampaikan harapan agenda itu dapat memperkuat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Baca Juga: Gelar Aksi Damai, Ribuan Aremania Beri Tuntutan pada PSSI hingga Kepolisian

Setelah sambutannya, serangkaian acara kemudian dilakukan termasuk uraian Moehammad Jamin yang menjelaskan tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda.

Jamin berpendapat bahwa lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia adalah sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Di hari kedua, rapat kemudian diadakan pada Gedung oost-Java Bioscoop tepatnya pada Minggu, 28 Oktober 1928 agendanya membahas masalah pendidikan.

Baca Juga: Aksi Dua Pria Rampok Toko di Tanjungpinang Terekam CCTV, Emas dan Uang Raib Dibawa Kabur

Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro tampil sebagai pembicara dan memiliki pendapat serupa bahwa anak harus mendapatkan pendidikan kebangsaan serta harus seimbang antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak harus dididik secara demokratis.

Kemudian berlanjut pada rapat ketiga, kali ini Gedung Indonesische Clubhuis Kramat menjadi tempat untuk para pemuda dalam melakukan pertukaran pikiran demi sebuah gagasan untuk bangsa.

Setelah kedua tokoh pemuda tadi, di sini giliran Soenario menjelaskan tentang pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan.

Baca Juga: Ribuan Aremania Turun ke Jalan, Minta Pertanggungjawaban PSSI Soal Tragedi Kanjuruhan

Gagasan Ramelan mengatakan bahwa gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Karenanya gerakan kepanduan sejak dini dapat mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal yang dibutuhkan untuk perjuangan.

Sebelum mengakhiri agenda para pemuda itu, lagu Kebangsaan Indonesia karya Wage Rudolf Supratman kemudian diperdengarkan dan mendapatkan sambutan meriah oleh peserta kongres.

Kongres Pemuda Kedua kemudian ditutup dengan membacakan rumusan hasil kongres dan rumusan itu diucapkan oleh semua pemuda yang hadir sebagai sumpah pemuda, berikut bunyinya:

Baca Juga: Kewirausahaan Alami Tekanan Berat, Menaker Ajukan Tawaran Alternatif

Pertama: Kami poetera Poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia

Kedua: Kami poetra dan Poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia

Ketiga: Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.***

Sentimen: netral (88.8%)