Rupiah Hari Ini Diprediksi Bakal Menguat ke Level 15.540 per Dolar AS
Tempo.co Jenis Media: Nasional
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi nilai tukar rupiah akan menguat tipis pada perdagangan pada hari ini, Kamis, 20 Oktober 2022.
“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif tetapi ditutup menguat tipis di rentang Rp 15.470 hingga Rp 15.540 per dolar AS,” ujar Ibrahim dalam keterangannya, Rabu, 19 Oktober 2022.
Pada perdagangan Rabu sore, 19 Oktober 2022, kurs rupiah melemah 34 poin meski. Sebelumnya nilai tukar rupiah sempat melemah 40 poin di level Rp 15.498 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.464.
Baca: Ancaman Resesi 2023, Chatib Basri Beberkan Apa Saja yang Akan Dialami Indonesia
Seiring pelemahan rupiah, Ibrahim menyebut dolar AS naik lebih tinggi. Dolar AS memantul dari level terendah dua minggu, setelah inflasi Inggris melonjak ke level tertinggi 40 tahun dan serangkaian komentar hawkish oleh pejabat The Fed.
Ibrahim menyebutkan inflasi Inggris telah meningkat lebih dari yang diharapkan pada bulan September. Dengan indeks harga konsumen naik menjadi 10,1 persen pada basis tahuhan, menyamai level tertinggi 40 tahun yang dicapai pada Juli.
“Sementara angka ini akan meningkatkan tekanan pada Bank of England untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter. Itu juga menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga akan tetap tertekan, kemungkinan mengarah ke perlambatan ekonomi seiring berjalannya tahun,” ujar Ibrahim.
Ibrahim juga mengatakan, sentimen risiko telah meningkat akhir-akhir ini dibantu pembalikan rencana pemotongan pajak Inggris yang tidak didanai. Kemudian pendapatan perusahaan yang solid meningkatkan pasar ekuitas, serta faktor cuaca yang lebih banyak membantu penurunan harga gas Eropa.
Presiden Fed Minneapolis, Nel Kashkari, sebelumnya mengatakan bank sentral dapat mendorong suku bunga acuannya di atas 4,75 persen jika inflasi tidak mereda. “Komentarnya datang hanya beberapa hari setelah data menunjukkan inflasi AS tetap keras di dekat level tertinggi 40 tahun meskipun serangkaian kenaikan suku bunga tajam tahun ini,” ujar Ibrahim.
Sementara Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, lanjut Ibrahim, juga menekankan perlunya mengendalikan inflasi, mengutip tekanan pada pasar tenaga kerja dari kenaikan suku bunga dan harga. Setelah komentar Bostic dan Kashkari, imbal hasil Treasury AS pun naik.
“Karena para pedagang mengkhawatirkan langkah yang lebih hawkish dari The Fed. Pasar juga memperkirakan peluang hampir 100 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk pertemuan keempat berturut-turut di bulan November,” kata Ibrahim.
Baca juga: Prediksi Kebijakan The Fed Makin Agresif, Bank Indonesia Bicara Nasib Dolar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Sentimen: negatif (96.8%)