Sentimen
Positif (100%)
23 Okt 2022 : 05.39

Pamor Santri Merangkak Naik, Bukan Lagi Kaum Udik

23 Okt 2022 : 05.39 Views 3

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Pamor Santri Merangkak Naik, Bukan Lagi Kaum Udik

PIKIRAN RAKYAT - Dulu, santri sering diejek sebagai kaum udik atau kampungan. Lulusan pesantren kerap dipandang sebelah mata. Mereka hanya bisa bekerja di sektor agama dalam arti sempit.

Saman terus berubah. Kini santri tidak hanya lagi datang untuk berdakwah dari satu surau ke surau lain atau satu masjid ke masjid lain. Santri harus siap. Tidak hanya pandai mengaji kitab, tetapi juga harus menguasai teknologi dan informasi.

Sejatinya, peran santri tidak terlepas sejak era perjuangan hingga kemerdekaan dengan ciri khas tradisional. Akan tetapi, sekarang ini, kaum santri telah mengalami kemajuan dalam hal mobilitas sosial.

Saat ini, jebolan pesantren telah masuk ke berbagai profesi seperti saudagar, pejabat, akademisi, pimpinan ormas, politisi, bahkan seniman atau sastrawan.

Baca Juga: Santri Terbukti Taktis pada Masa Kritis dan Ideal Mengisi Zaman

Selain itu, para santri juga banyak berkiprah dalam jabatan-jabatan penting di berbagai instansi pemerintahan, termasuk dalam jajaran TNI-Polri.

“Kalau dulu sering diejek sebagai kaum udik dan kampungan dan hanya bisa bekerja di sektor agama dalam arti sempit, sekarang sudah mengalami mobilitas sosial vertikal naik yang luar biasa. Di instansi pemerintah, bukan hanya bekerja di Kementerian Agama, melainkan hampir di semua lembaga negara ada alumnus pesantrennya,” ujar Menko Polhukam Mahfud MD dalam acara rangkaian Peringatan Hari Santri di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022.

Mahfud MD memaparkan, para ulama dan santrinya sejak dulu telah ikut berjuang baik fisik maupun politik-konstituisonal untuk membangun dan mempertahankan NKRI yang berideologikan Pancasila.

Untuk itu, dengan ideologi Pancasila sebagai ideologi negara, ia mengharapkan para santri terus mengaktualisasikan diri dan melakukan lompatan dengan mobilitas sosial naik secara vertikal.

“Para santri wajib menjaga NKRI dengan segala kebinekaannya dan harus terus berkiprah dengan napas Islami di dalam prinsip ideologi negara Pancasila. Itu semua bisa dan harus kita lakukan dalam semboyan, Ideologi Negara, Ideologi Santri,” ujarnya.

Di tempat sama, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan, kiprah para santri dalam berbagai bidang selama ini dilandasi keteguhan dalam mempertahankan prinsip islahiyah (melakukan perbaikan).

Untuk itu, pada momentum peringatan Hari Santri 2022, santri hendaknya bisa terus memegang teguh dan mengaplikasikan khittah-nya, yakni khittah islahiyah.

“Tugas kita sebagai santri adalah melakukan perbaikan-perbaikan, karena khittah santri itu khittah islahiyah seperti di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya,” katanya.

Ia mengatakan, santri harus memahami bahwa segala kedudukan dan kemuliaan yang mungkin didapatkan di dunia ini bukan merupakan tujuan. Tujuan para santri adalah terus melakukan perbaikan dalam hal apa pun.

“Santri memang tidak pernah mencari (kedudukan dan kemuliaan), tetapi santri siap menerima tugas apa pun kalau itu dipercayakan. Bisa sebagai presiden, wapres, men­teri, atau gubernur,” ujarnya.

Selain misi perbaikan, kata Ma’ruf Amin, santri punya peranan menjadi pemakmur bumi. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan ekonomi melalui pertanian, perkebunan, pertambangan, atau perindustrian.

“Untuk bisa mengembangkan bumi itu membutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Artinya santri dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk bisa mewujudkan tugas memakmurkan bumi,” katanya.

Tantangan zaman

Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat Ajam Mustajam mengatakan hal senada. Saat ini, santri dihadapkan berbagai tantangan. Selain mereka harus memahami ilmu agama, perkembangan saat ini pun harus diikuti, terutama dengan pesatnya teknologi informasi dan digitalisasi pada era globalisasi saat ini.

Di Jawa Barat, terdapat 11.697 pesantren dengan lebih dari 964.749 santri. Sebagian pesantren sudah lama menerapkan pembelajaran teknologi informasi atau mengikuti perkembangan digitalisasi.

Kanwil Kemenag Jabar mengajak semua pondok pesantren menebar kebaikan. Dengan adanya program OPOP (one pesantren one product), Kemenag Jabar turut mengedukasi ponpes bahwa santri ketika lulus ponpes bukan hanya sekadar menyebarkan ilmu akherat tapi harus siap mempunyai keterampilan dalam wirausaha, jual beli, teknologi, dan teknologi informasi.

Estafet ilmu

Presiden Jokowi melalui Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Penetapan 22 Oktober merujuk pada tercetusnya "Resolusi Jihad" yang berisi fatwa kewajiban berjihad demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Resolusi Jihad kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.

Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum yang juga panglima santri Jabar mengatakan, pengurus ponpes atau santri harus bersyukur dengan adanya hari santri yang telah ditetapkan pemerintah setelah tujuh presiden lahirkan UU Pesantren. Hal itu merupakan keputusan besar yang luar biasa bagi dunia pesantren.

Uu mengharapkan masyarakat Jabar memberi kepercayaan kepada pesantren sebagai tempat belajar dan mengajar multidimensi. Pesantren, tempat turunnya estafet keilmuan agama dari ajengan ke santri, guru ke murid dari ustaz/ustazah ke anak didiknya agar lebih paham agama dan lainnya. (Muhammad Asha­ri, Novianti Nurulliah)***

Sentimen: positif (100%)