Ngeri! Bentrokan Suku Dua Hari di Sudan Tewaskan Sedikitnya 150 Orang
Akurat.co Jenis Media: News
AKURAT.CO Bentrokan suku di Sudan lagi-lagi terjadi, dan menelan banyak korban jiwa. Dalam kerusuhan terbaru, bentrokan berhasil menelan ratusan korban jiwa, termasuk anak-anak, wanita hingga lansia.
Diwartakan Al Jazeera, sedikitnya 150 orang telah terbunuh hanya dalam dua hari pertempuran antar etnis, menyusul konflik sengketa tanah di negara bagian Nil Biru selatan Sudan.
Pertumpahan darah itu menjadi yang terburuk dalam beberapa bulan terakhir, dengan warga sampai mengggelar protes. Pada Kamis (20/10), ratusan orang turun ke jalan-jalan di ibukota negara bagian Nil Biru, Damazin. Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan, mengutuk konflik yang telah menewaskan ratusan orang tahun ini.
baca juga:"Total 150 orang termasuk wanita, anak-anak dan orang tua tewas antara Rabu hingga Kamis.
"Sekitar 86 orang juga terluka dalam kekerasan itu," ungkap Abbas Moussa, kepala rumah sakit Wad al-Mahi.
Bentrokan di Nil Biru tersebut mulai pecah pekan lalu, usai muncul laporan adanya pertengkaran atas tanah antara anggota suku Hausa dan kelompok-kelompok saingan. Penduduk pun saat itu melaporkan bagaimana ratusan orang telah melarikan diri dari tembakan senjata yang intens, dan rumah-rumah terbakar.
Pertempuran itu berpusat di sekitar daerah Wad al-Mahi dekat Roseires, 500 km selatan ibukota Khartoum.
Lalu pada Kamisnya, orang-orang berbaris melalui Damazin, beberapa menyerukan agar gubernur negara bagian itu dipecat.
"Tidak, tidak untuk kekerasan," teriak para demonstran.
Eddie Rowe, kepala bantuan PBB untuk Sudan, telah mengatakan keprihatinannya karena bentrokan terus berlanjut. Rowe melaporkan bahwa 170 orang telah tewas dalam dalam kerusuhan yang dimulai sejak Oktober.
"Laporan yang belum dikonfirmasi menunjukkan 170 orang tewas dan 327 terluka sejak kerusuhan terbaru dimulai pada 13 Oktober," katanya.
- Ribuan warga mengungsi-
Bentrokan suku yang meletus pada Juli telah menewaskan 149 orang pada awal Oktober. Pekan lalu, pertempuran baru menewaskan 13 orang lagi, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Pertempuran pada Juli melibatkan Hausa, sebuah suku dengan asal-usul di Afrika Barat, dan orang-orang Berta. Pemicu konflik itu juga terkait sengketa tanah.
Pada Kamis, sebuah kelompok yang mewakili Hausa mengatakan mereka telah diserang oleh orang-orang yang bersenjatakan senjata berat selama dua hari terakhir, tetapi tidak menyalahkan suku atau kelompok tertentu atas serangan itu.
Hausa telah mengeluarkan pernyataan yang menyerukan de-eskalasi. Mereka juga mendesak penghentian apa yang mereka sebut sebagai 'genosida dan pembersihan etnis Hausa'.
Suku Hausa telah lama terpinggirkan dalam masyarakat Sudan, dengan kekerasan bulan Juli memicu serangkaian protes Hausa di seluruh negeri.
Nil Biru adalah rumah bagi lusinan kelompok etnis yang berbeda, dengan ujaran kebencian dan rasisme acap kali berhasil mengobarkan ketegangan suku selama beberapa dekade.
OCHA tidak memiliki konfirmasi tentang lonjakan korban terbaru. Namun, mereka menjelaskan bahwa kekerasan itu telah menelantarkan setidaknya 1.200 orang sejak pekan lalu.
OCHA juga mengatakan bentrokan suku di dekat provinsi Kordofan Barat, yang pecah pekan lalu, menewaskan 19 orang dan melukai puluhan lainnya. Baku tembak di sana terjadi antara kelompok etnis Misseriya dan Nuba, dengan konflik meletus di tengah sengketa tanah di dekat kota Al Lagowa.
Gubernur negara bagian Kordofan Barat sempat mengunjungi kota itu pada hari Selasa. Ia berbicara dengan penduduk dalam upaya untuk meredakan konflik, tetapi mendapatkan tembakan artileri dari daerah pegunungan terdekat, kata OCHA.
"Pertempuran di Kordofan Barat dan negara bagian Nil Biru berisiko menyebabkan pengungsian lebih lanjut dan penderitaan manusia. Ada juga risiko eskalasi dan penyebaran pertempuran dengan konsekuensi kemanusiaan tambahan," kata OCHA.
OCHA menambahkan bahwa kekerasan di Kordofan Barat telah mendorong hingga 36.500 orang untuk melarikan diri dari Al Lagowa. Banyak orang tetap mencari perlindungan di pangkalan militer kota. Daerah itu saat ini tidak dapat diakses oleh bantuan kemanusiaan, kata badan PBB tersebut.
Pada Kamis, kelompok pro-demokrasi akar rumput di Sudan yang dikenal sebagai Komite Perlawanan menyalahkan penguasa militer Sudan karena kurangnya keamanan di Nil Biru. Kelompok ini juga telah para junta tidak melindungi kelompok-kelompok etnis. []
Sentimen: negatif (100%)