Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: covid-19
'Kiamat' Pekerja Hantam Jerman, Kerugian Capai Ribuan Triliun
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis tenaga kerja telah menghantam Jerman. Hal ini pun menambah daftar persoalan yang dihadapi oleh sektor manufaktur negara itu.
Kurangnya tenaga kerja yang berkualitas, yang disebabkan oleh populasi yang menua dan diperburuk oleh pandemi Covid-19, membuat produsen mengalami kekurangan staf.
Survei baru-baru ini menemukan 50% produsen memangkas produksi karena masalah kepegawaian. Ini menimbulkan kerugian hingga US$ 85 miliar atau setara Rp 1.317 triliun per tahunnya.
"Semakin banyak perusahaan mengurangi bisnis mereka karena tidak ada cukup pekerja. Dalam jangka menengah dan panjang, masalah ini kemungkinan akan menjadi lebih buruk," terang pakar pasar tenaga kerja di Ifo Institute di Munich, Stefan Sauer, dikutip The Straits Times, Rabu (19/10/2022).
Hal ini pun sontak menambah masalah yang dihadapi manufaktur negara itu setelah krisis dan naiknya harga energi. Beberapa produsen bahkan harus menutup pabrik atau mengalihkan produksi ke luar negeri.
Produsen pesawat Airbus harus membatalkan rencana untuk memproduksi 720 jet A320 terlarisnya di Hamburg pada 2022. Perusahaan itu menyebut sebagian besar pembatalan ini dikarenakan kekurangan pekerja.
Kekurangan tenaga kerja memperbesar tekanan bagi industri. Dengan permintaan pekerja yang tinggi dan inflasi melonjak menjadi 10,9% bulan lalu, staf sektor publik Jerman mencari kenaikan gaji 10,5% sementara pekerja logam menuntut 8% kenaikan.
Walau terlihat dapat memuaskan kebutuhan pekerja, kenaikan upah yang cepat dapat membantu memperkuat inflasi. Tren tersebut bahkan dapat mendorong Bank Sentral Eropa untuk menaikan suku bunga kembali.
Meski begitu, seorang ekonom di UBS Group di Frankfurt, Felix Huefner, tetap memprediksi upah Jerman tumbuh 3,5% pada akhir 2023.
"Harga energi yang tinggi dan kekurangan pekerja terampil tentu menjadi kendala bagi industri Jerman ke depan. Negara-negara seperti Prancis, yang memiliki demografi yang lebih baik, akan memiliki kapasitas produktif yang lebih kuat di masa depan," paparnya.
[-]
-
Kondisi Ekonomi Memburuk, Kerugian Jerman Tembus Rp 3.000 T?(luc/luc)
Sentimen: negatif (93.9%)