Sentimen
Negatif (100%)
21 Okt 2022 : 19.06
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19

Tanda Bahaya 'Kiamat' Australia, Dunia Terancam Kelaparan

22 Okt 2022 : 02.06 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Tanda Bahaya 'Kiamat' Australia, Dunia Terancam Kelaparan

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia saat ini sedang kacau balau, ekonomi dibayangi potensi resesi dan perang masih memanas. Namun, dunia juga harus dihadapkan dengan kelangkaan pangan yang kini sudah menjalar ke beberapa negara maju seperti Australia yang menjadi 'korban' terbaru dari krisis tersebut.

Perubahan cuaca merupakan pemicu utama krisis pangan, tapi kemudian turut diperparah oleh pandemi Covid-19. Ketika permasalahan tersebut belum usai, situasi kian dramatis dengan terjadinya perang Rusia-Ukraina yang mencuat pada awal tahun ini, yang membuat harga bahan pangan menjadi mahal.

Selain itu, harga minyak dan gas yang melesat turut mempengaruhi harga pupuk yang akhirnya juga meningkatkan biaya panen dan produksi.

-

-


Melansir data dari United Nations Food and Agriculture Organization (FAO) bahwa indeks harga pangan dunia telah meningkat sejak 2018 hingga tahun ini. Kenaikan indeks harga pangan juga mendorong angka kelaparan dan kekurangan gizi hingga menyentuh lebih dari 828 juta orang di seluruh dunia.

Sumber: IMF,FAO

United States Department of Agriculture (USDA) pada 12 September 2022 memberikan proyeksinya mengenai persediaan pangan dunia mulai dari jagung, gandum, beras, hingga kedelai.

Keempat komoditas tersebut merupakan sumber karbohidrat tinggi dan menjadi dasar menu makanan di seluruh dunia. Sehingga ketersediaannya kerap menjadi fokus utama dan tentunya akan mempengaruhi harga pangan dunia ke depannya.

Namun, dari keempat komoditas utama tersebut, hanya gandum yang diproyeksikan ketersediaannya meningkat. Sedangkan jagung, gandum, dan beras diprediksikan akan mengalami penurunan stok pada periode 2022/2023.

Jagung

Persediaan jagung global pada 2022/2023 diproyeksikan akan turun sebesar 2,2 juta ton menjadi 304,5 juta ton karena penurunan produksi dari Ukraina, Uni Eropa dan Thailand.

Meskipun, produksi jagung dari China, Ukraina, Kanada, dan Mozambik meningkat, tapi belum dapat mengimbangi produksi yang berkurang.

Gandum

Pasokan gandum global pada 2022/2023 diperkirakan akan naik 3,6 juta ton menjadi 1.059,6 juta ton, seiring dengan peningkatakan produksi dari Rusia dan Ukraina.

Produksi gandum dari Rusia pada periode 2022/2023 diperkirakan akan naik menjadi 91 juta ton pada hasil panen untuk gandum musim dingin. Sedangkan, produksi dari Ukraina diproyeksi meningkat 1 juta ton menjadi 20,5 juta.

Namun, pasokan global yang lebih banyak, meningkatkan konsumsi global menjadi 2,4 juta ton menjadi 791 juta ton.

Meski begitu, persediaan akhir global periode 2022/2023 diprediksikan masih akan meningkat 1,2 juta ton menjadi 268,6 juta ton.

Beras

Prospek global 2022/2023 untuk pasokan beras diproyeksi akan lebih rendah karena konsumsi yang lebih tinggi dan persediaan yang berkurang. Pasokan diproyeksi akan berkurang 4,4 juta ton menjadi 692,9 juta karena penurunan produksi dari China, India, dan Pakistan.

Produksi di China berkurang 2 juta ton menjadi hanya 147 juta karena kondisi kekeringan di China Selatan. Sementara produksi India berkurang 2 juta ton menjadi 126,5 juta dipicu oleh kekeringan di wilayah timur laut. Penurunan produksi tersebut akan menjadi penurunan produksi beras pertama bagi India sejak 2015/2016.

Produksi di Pakistan turun 500.000 ton menjadi 8,4 juta karena mengalami banjir pada Agustus 2022 dan menurunkan produksi beras.

Di sisi lain, konsumsi dunia pada 2022/2023 meningkat 0,6 juta ton ke rekor 519,3 juta ton. Proyeksi persediaan akhir global pada 2022/2023 akan berkurang 5 juta ton menjadi hanya 173,6 juta ton.

Kedelai

Stok akhir kedelai global 2022/2023 diperkirakan sebanyak 98,9 juta ton, turun 2,5 juta ton karena produksi yang lebih rendah dari Amerika Serikat (AS) dan persediaan yang rendah di China.

 

Sentimen: negatif (100%)