Sentimen
Negatif (64%)
20 Okt 2022 : 13.07
Informasi Tambahan

Institusi: IPB

Kab/Kota: Bogor

Alarm Bersama dari Maraknya Banjir-Longsor

20 Okt 2022 : 13.07 Views 3

Sindonews.com Sindonews.com Jenis Media: Nasional

Alarm Bersama dari Maraknya Banjir-Longsor

loading...

Bencana alam seperti banjir dan tanah longsor mulai terjadi pada Oktober ini. Mitigasi sangat diperlukan demi meminimalisasi dampak bencana. (KORAN SINDO/Wawan Bastian)

TREN bencana alam banjir, longsor, dan angin kencang meningkat di sejumlah provinsi di Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Bahkan, dalam sepekan terakhir data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan adanya 13 korban jiwa dari 76 laporan bencana.

Itu menjadi kabar sangat menyedihkan. Sebab, hampir saban tahun, musim hujan yang datang selalu berdampak bencana. Banjir, misalnya, tak hanya di Jakarta, tahun ini juga melanda banyak daerah lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.

Baca berita menarik lainnya di e-paper koran-sindo.com

Potensi hujan lebat hingga sedang disertai petir sebelumnya memang telah diwanti-wanti oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Dalam prediksinya, per 9-15 Oktober tercatat hanya dua provinsi di Indonesia yakni Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Barat yang tidak dilanda cuaca ekstrem.

Mengapa cuaca ekstrem selalu menimbulkan efek bencana, bahkan hilangnya jiwa manusia maupun harta yang banyak? Sudah benar-benarkah antisipasi bencana ini dilakukan dengan sangat baik selama ini, lebih-lebih dengan dukungan teknologi yang canggih semacam big data atau lainnya saat ini? Ataukah bencana itu karena kesembronoan kita yang tidak sadar dan tanggap akan hal buruk akibat cuaca ekstrem?

Selasa (11/10) lalu, kita terhenyak ketika mendapat kabar seorang mahasiswi IPB University terperosok dan akhirnya terhanyut kala melewati Jalan Dadali di Kota Bogor di waktu hujan deras melanda.

Minimnya infrastruktur pengamanan jalan membuat mahasiswi itu langsung hanyut masuk gorong-gorong bersama sepeda motornya. Jasad mahasiswi nahas itu baru ditemukan pada Minggu (16/10) di Jakarta Barat yang jaraknya sekitar 80 km dari lokasi kejadian.

Kasus hampir serupa terjadi Subang. Pemotor hanyut dan hilang saat melintas di jalan pinggir Sungai Ciasem, Desa Curugagung, Sagalaherang, saat hujan deras. Pada Senin (17/10) pemotor juga tertimpa pohon saat melintas di sebuah jalan di Cibinong, Bogor.

Kasus-kasus ini hanyalah secuil potret dugaan kekurangsiapsiagaan kita menghadapi kondisi buruk, termasuk bencana. Mungkin saja pemerintah daerah selama ini anteng-anteng saja karena merasa tak pernah kejadian setragis itu. Namun, semestinya ini bisa dicegah.

Lebih-lebih ke depan, dengan pendekatan teknologi big data seperti memadukan data prediksi cuaca dan sebagainya, maka seberapa tinggi genangan suatu jalan jika dilanda hujan deras sejatinya bisa diprediksi dini.

Sentimen: negatif (64%)