Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Grup Musik: BTS, APRIL
Hewan: Domba
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Tahun Politik, Akbar Hadi BPIP Gaungkan Konten Gemar Mulia
RM.id Jenis Media: Nasional
RM.id Rakyat Merdeka - Tagar #GemarMulia sempat menjadi trending topic di jagad Twitter Indonesia pada Selasa (18/10). Mengungguli topik hangat lain lain seperti Forever With BTS dan Ballon D'or.
Usut punya usut, Gemar Mulia itu kepanjangan dari Gerakan Masyarakat Menyebarkan Konten Mulia. Sebuah program yang digagas oleh Direktur Sosialisasi dan Komunikasi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) M. Akbar Hadi Prabowo.
"Gemar Mulia ini branding dari rancangan proyek perubahan Grand Design Kolaborasi Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Media Sosial. Kalimat ini saya cari dan renungkan sampai jam 2 malam, pagi jelang seminar baru dapat hahaha. Bagaimana narasi konten yang levelnya lebih bagus lagi dari positif," buka Akbar saat dijumpai.
Berita Terkait : Wamen Tiko Dorong BUMN Manfaatkan Tren Digitalisasi
"Sejauh ini sudah ajak salah seorang produser TV, Ketua Adeksi (Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia) Bapak Sigit K. Yunianto, akademisi, dan pihak lain untuk turut mengajak atau menghimbau masyarakat mengunggah konten mulia," sambungnya yang sedang menjalani Diklat Kepemimpinan Tingkat I di Lembaga Administrasi Negara (LAN).
Eks jubir handal Ditjen Pemasyarakatan ini gelisah dengan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, bahwa total penanganan konten negatif di media sosial per 30 April 2021 mencapai 1,24 juta konten. "Konten negatif itu antara lain ujaran kebencian, pornografi, perjudian, terorisme, SARA, berita bohong atau hoaks," beber Akbar.
Selain itu, dia merujuk laporan tahunan Microsoft bertajuk Digital Civility Index. "Bayangkan, netizen Indonesia itu dinilai paling tidak sopan se-Asia Tenggara," ceplos Akbar.
Berita Terkait : Pilkada DKI 2024 Akan Jadi Arena Pertarungan Bebas
Menurutnya, masalah pokok adalah lunturnya pemahaman nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda di era digital 4.0. Jadi, alternatif solusinya adalah membanjiri perilaku mulia di medsos. Via kolaborasi dengan Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, akademisi, media massa, influencer, dan pihak lain.
"Produknya adalah konten mulia dan keluhuran Pancasila yang bisa diakses 24 jam via akun medsos. Jadi masyarakat, terutama anak muda bisa mudah memahami, menghayati, dan mengamalkannya sehari-hari," jelas Akbar.
Dia menegaskan tujuan proyek perubahan ini adalah menyusun grand design arah kebijakan nasional yang akan menjadi rujukan konseptual dan operasional dalam upaya penyebaran informasi terkait penanaman nilai-nilai luhur Pancasila melalui medsos.
Berita Terkait : PSI Konsisten Jualan Ganjar-Yenny Wahid
"Apalagi ini jelang tahun politik, mau Pemilu. Pesta Demokrasi ini seharusnya disambut dengan kegembiraan, bukan saling menjelekkan. Kan prihatin jadinya bila medsos jadi ajang domba," ujar mantan Wadir Poltekip Kemenkumham ini.
Akbar berharap istilah cebong, kampret, dan kadrun tidak akan muncul lagi terutama jelang Pemilu 2024. Dia berharap bermunculan istilah yang lebih positif dan lebih mulia.
"Yuk dari sekarang kita buat konten mulia, kalimat yang lebih kondusif, lebih edukatif, innovatif, inspiratif dan kreatif untuk Indonesia yang lebih baik dan lebih maju," tutup Akbar.
Sentimen: positif (99.9%)