Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Bandar Lampung
Tokoh Terkait
Subhan
Hakim Vonis Bebas Empat Terdakwa Kasus Pupuk Ilegal
Republika.co.id Jenis Media: Nasional
Pupuk produksi para terdakwa malah dinilai membantu para petani.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Tanjungkarang, Bandar Lampung, menjatuhkan vonis bebas kepada empat terdakwa kasus peredaran pupuk ilegal pada Selasa (18/10/2022). Keempat terdakwa adalah Ketut Gatre (46 tahun), Komisaris Utama PT Gahendra Abadi Jaya (GAJ), Subhan (54) selaku Komisaris GAJ, Tri Setiyo Dewantoro (41) sebagai Direktur GAJ, dan Hendri Ardiansyah (34) sebagai Direktur GAJ.
Keempatnya langsung sujud syukur usai divonis bebas dalam sidang putusan di PN Tanjungkarang. Para terdakwa dinyatakan tidak terbukti bersalah terkait pasal tentang peredaran pupuk ilegal. "Mengadili, membebaskan para terdakwa dari semua tuntutan jaksa penuntut umum dan memulihkan hak-hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, dan martabatnya," kata Hakim Ketua, Syamsul Arief saat membacakan amar putusan pada sidang tersebut.
Pertimbangan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan karena pupuk terdakwa sudah terdaftar sejak 2016, namun belum ter-upload di Kementerian Pertanian. Alasannya, ada kerusakan sistem one single submission (OSS) antara Sistem Kementerian Pertanian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Selanjutnya, perusahaan para terdakwa bukan perusahaan besar dan bersifat UMKM sehingga tidak bisa diproses pidana. Majelis hakim juga menyatakan, tidak ada konsumen dari para terdakwa yang komplain atau mengalami kerugian dan kerusakan akibat penggunaan pupuk tersebut sehingga tidak ada unsur sengaja melakukan tindak pidana.
Usai menjalani sidang putusan tersebut, para terdakwa melalui kuasa hukum Gunawan Raka dan Cici Hairia Dewi menjelaskan, hal-hal apa saja yang menjadi pertimbangan majelis hakim merupakan sebuah fakta yang terjadi sesungguhnya. "Nah, tadi sudah diurai dalam putusan hakim itu, salah satunya pupuk itu sudah didaftarkan dari 2016 tetapi belum di-upload, itu karena terjadi kerusakan dalam sistem OSS, jadi pupuk yang dianggap belum berizin itu padahal itu sudah berizin tetapi belum di-upload saja, jadi itu pertimbangannya," katanya.
Selanjutnya, dari sisi konsumen juga tidak ada komplain atau kerusakan atau kerugian. Hal itu justru tingkatkan produksi, yang disampaikan oleh saksi. "Majelis pun memandang bahwa tidak ada unsur sengaja melakukan tindak pidana, itu tidak ada. Justru hakim melihat hal ini perlu ditingkatkan untuk mengatasi kelangkaan pupuk," kata Gunawan Raka.
Menyinggung soal JPU yang akan melakukan kasasi, Gunawan Raka mengaku belum bisa menanggapi hal tersebut. "Kami belum memberikan tanggapan karena ini baru pernyataan. Jadi, kami akan tanggapi setelah ada alasan yang lebih lanjut," ujarnya.
sumber : Antara
Sentimen: negatif (66.3%)