Sentimen
Negatif (100%)
17 Okt 2022 : 16.15
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Malang

Kasus: HAM, pembunuhan, penembakan

Tragedi Kanjuruhan, KontraS: Tindakan pembunuhan, Bukan Kerusuhan.

17 Okt 2022 : 23.15 Views 3

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Tragedi Kanjuruhan, KontraS: Tindakan pembunuhan, Bukan Kerusuhan.

FAJAR.CO.ID, MALANG -- Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang mengakibatkan ratusan orang korban sakit hingga meninggal dunia, terus menuai komentar elemen masyarakat.

Penggunaan atau penembakan gas air mata ke arah tribune penonton menjadi hal yang paling banyak disorot. Apalagi, tindakan aparat itu diyakini menjadi pemicu kepanikan suporter yang ingin menghindari gas air mata, dengan berusaha keluar stadion secara bersamaan.

Sekretaris Jenderal Federasi Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Andi Irfan menyoroti tindakan aparat kepolisian dan TNI dalam meredam massa saat Tragedi Kanjuruhan.

Menurutnya, tindakan para aparat tersebut sangat berlebihan dan tembakan gas air mata menjadi biang keladi meninggalnya ratusan suporter.

“Kami menemukan banyak keterangan bahwa ada perwira kepolisian di lapangan yang mengomando penembakan atau sekurang-kurangnya tidak melarang personel Brimob dan Sabhara melakukan tindakan kekerasan dengan menembakan gas air mata ke tribune langsung,”ucapnya.

Gas air mata tersebut ditembakkan secara signifikan. Dalam sekali tembakan, ada empat sampai lima peluru yang terlontar.

Penonton di tribune yang awalnya kondusif langsung kocar-kacir karena asap yang dihirup pedih dan membuat sesak.

“Dari sana, kami menyimpulkan itu sebagai tindakan pembunuhan, bukan kerusuhan. Ini bukan pembunuhan individual, tetapi pembunuhan massal dan sudah masuk unsur kejahatan HAM,” tuturnya.

Dia juga menyatakan ada sebuah struktur komando dan diyakini perwira yang memimpin tidak melakukan pencegahan. Namun, juga ada kemungkinan besar perintah penembakan gas air mata ketika peristiwa saat berlangsung.

Dalam temuan fakta yang lain, ada perwira yang lebih tinggi, yakni Kapolres Malang kala itu AKBP Ferli Hidayat, yang saat itu duduk dibangku VIP dengan tamu yang lain.

Setidaknya sebagai perwira yang paling tinggi dalam pengamanan pertandingan itu, mengetahui komando penembakan gas air mata.

“Di situ, ada Kapolres Malang yang juga menyaksikan, aksi penembakan gas air mata cukup masif dan banyak, kenapa tidak ada teguran atau halangan jika memang sejak awal melakukan pelarangan gas air mata?” ucapnya. (jpnn/fajar)

Sentimen: negatif (100%)