Pastor dan Pohon Sukun! Kisah Sukarno Menemukan 5 Butir Mutiara Indah di Rumah Pengasingan Ende Flores

  • 01 Juni 2022 13:11:16
  • Views: 13

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Nama Sukarno atau Bung Karno tidak bisa terlepas dari Pancasila. Sukarno dan Pancasila  mengingatkan kita pada Ende, Kabupaten yang terletak di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur itu, tak hanya terkenal akan keindahan wisata alamnya namun menyimpan catatan penting sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Banyak catatan menyebutkan, di kota seribu nyiur melambai ini, menjadi tempat Bung Karno merenungkan Pancasila.

Syahdan, setelah keluar dari penjara Sukamiskin, dalam masa pengasingan, pada 1934-1939, Bung Karno dan beberapa rekannya masih dianggap berbahaya oleh Belanda. Hal ini membuat Belanda kembali mengasingkan Bung Karno ke Ende. Belanda sengaja membuang Sukarno ke tempat yang jauh agar bisa memutus hubungan dengan para loyalisnya.

Pengasingan itu  memakan waktu lama, selama empat tahun (14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938).  Dari beberapa literatur menyebutkan, untuk sampai ke Ende, Soekarno menempuh 8 hari perjalanan dengan menggunakan kapal.

Di Ende, Sukarno dan istrinya Inggit Garnasih, Ratna Djuami (anak angkat), serta mertuanya, Ibu Amsi, menempati rumah Abdullah Ambuwawu.

Selama di pengasingan, kehidupan Sukarno sangat sederhana. Sebagai seseorang yang diasingkan, Bung Karno hanya sedikit memiliki akses untuk berkorespondensi. Keadaan ini membuat Sukarno tertekan. Namun, ia tak patah arang. Sukarno justru bisa berpikir lebih dalam tentang banyak hal. Dia mulai mempelajari lebih jauh soal agama Islam, hingga belajar pluralisme dengan bergaul bersama pastor di Ende.

Publik Indonesia baru tahu ketika Sukarno bercerita sendiri saat kunjungan kerja tahun 1955 ke Ende dan napak tilas ke taman itu.

Bukan hanya bengong, dari situ Sukarno merancang lima bulir yang menjadi dasar Pancasila. Melalui perenungan yang mendalam di taman ini, Bung Karno mendapat ilham bahwa negara ini harus memiliki ideologi yang merangkum berbagai aspek kebangsaan.

Dalam prosesnya memikirkan Pancasila, dahulu Sukarno pun sering mampir ke Perpustakaan Keuskupan Nusa Indah untuk membaca. Selain itu, Sukarno juga kerap berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan para tokoh agama mulai dari pastor sampai kelompok pengajian dan teater tonil.

Melihat keseharian masyarakat Ende yang sangat harmonis dalam berketuhanan dan bermasyarakat, menjadi inspirasi bagi Sukarno untuk membuat ideologi Pancasila yang menaungi semua anak bangsa tanpa terkecuali.

Aktivitas Sukarno lainnya, melukis hingga menulis naskah drama pementasan. Di sekitar lokasi pengasingannya, terdapat sebuah taman. Di taman inilah Bung Karno banyak merenung, di bawah sebuah pohon sukun. Salah satu hasil perenungannya adalah Pancasila. Kini, taman itu dikenal dengan Taman Renungan Bung Karno atau sering disebut Taman Renungan Pancasila.

Mereka menempati rumah sangat sederhana milik Abdullah Ambuwaru di kawasan Ambugaga, kampung kecil yang terdiri dari pondok-pondok beratap ilalang. Pada tahun 1954, Bung Karno meresmikan rumah itu sebagai Rumah Museum. Rumah pengasingan mempunyai arti khusus untuk Indonesia, sebab dari rumah itulah dimulai proses penggalian nilai-nilai luhur Pancasila.

Dikutip dari buku Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari Flores untuk Nusantara, Soekarno jadi lebih banyak berpikir daripada sebelumnya. Dia mulai mempelajari lebih jauh soal agama Islam, hingga belajar pluralisme dengan bergaul bersama pastor di Ende. Selain itu, Sukarno juga berkebun dan membaca. Dia juga mulai melukis dan menulis naskah pementasan drama. Di sekitar lokasi pengasingannya, terdapat sebuah taman. Di taman inilah Bung Karno banyak merenung. Berawal dari situlah akhirnya nilai Pancasila bisa tercetuskan.

Di taman tersebut, terdapat patung Sukarno duduk merenung di bawah pohon sukun bercabang lima sambil menatap ke arah laut. Sementara, pohon sukun yang ada di Taman Renungan Bung Karno disebut Pohon Pancasila. Pohon yang ada saat ini adalah pohon yang ditanam pada 1981, karena pohon yang asli sudah tumbang sejak 1960. Saat ini, kawasan Taman Renungan Soekarno dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kreasi seni dan budaya, serta diskusi.

Sayang, pohon sukun yang asli telah lama tumbang. Sebagai gantinya, ditanam pohon sukun baru pada masa Presiden Megawati.

Taman itu tampak indah dan dipercantik dengan patung Sukarno yang tengah duduk sambil menghadap laut karya pematung Hanafi dan diresmikan Wapres Boediono tahun 2013. Ini adalah lokasi yang sama ketika Soekarno merenungkan Pancasila dulu.

Selain menjadi lokasi lahirnya Pancasila, Taman Renungan Bung Karno juga menjadi salah satu objek wisata sejarah yang tidak boleh dilewatkan. Datang dan duduklah di sana, renungkan waktu untuk memaknai Pancasila layaknya Sukarno dulu.

Di kota ini kutemukan lima butir mutiara. Di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila, begitu tulisan prasasti di bawah pohon sukun.


https://www.industry.co.id/read/107757/pastor-dan-pohon-sukun-kisah-sukarno-menemukan-5-butir-mutiara-indah-di-rumah-pengasingan-ende-flores

Sumber: https://www.industry.co.id/read/107757/pastor-dan-pohon-sukun-kisah-sukarno-menemukan-5-butir-mutiara-indah-di-rumah-pengasingan-ende-flores
Tokoh







Graph

Extracted

persons Boediono, Megawati Soekarnoputri, Soekarno,
companies ADA,
bumns Garuda Indonesia,
religions Islam,
fasums Lapas Sukamiskin, museum,
products Ideologi Pancasila, Pancasila,
nations Belanda, Indonesia,
places DKI Jakarta, NUSA TENGGARA TIMUR,
cities Ende,