Muhammad Dawam

Informasi Umum

  • Jabatan: Anggota Kompolnas
  • Tempat & Tanggal Lahir: Solo, 20 April 1942

Karir

  • Tidak ada data karir.

Pendidikan

  • Tidak ada data pendidikan.

Detail Tokoh

Muhammad Dawam Raharjdo terkenal sebagai ekonom dan tokoh agama. Ia telah banyak menulis buku-buku baik tentang ekonomi maupun tentang agama islam. Dawam pernah menjadi ketua dari ICMI se-Indonesia, pemimpin Jurnal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur'an, dan ketua yayasan ELSAF (Lembaga Studi Agama dan Filsafat. Selain itu, Dawam juga dikenal sebagai seorang sosok multidimensi, karena ia adalah seorang ahli ekonomi, pengusaha, budayawan, cendekiawan, juga aktifis LSM, pemikir islam dan juga penafsir. Dawam dilahirkan di solo, tepatnya pada tanggal 20 April 1942. Ia merupakan anak sulung dari delapan bersaudara, putra dari pasangan Muhammad Zuhdi Rahardjo dan Muthmainnah. Meskipun dilahirkan di lingkungan keluarga yang sederhana, namun Dawam telah berprestasi sejak kecil. Selama masa kecilnya, ia banyak belajar mengenai ilmu-ilmu agama, seperti mengaji, menghafal beberapa surat dalam Juz 'Amma, dan juga dasar-dasar pendidikan agama seperti bahasa Arab, Tafsir, Fiqih, dan Hadis. Ia juga sempat belajar ilmu tajwid di Pesantren Krapyak selama satu bulan. Pendidikannya dimulai di Madrasah Bustanul Athfal Muhammadiyah (setara TK) Kauman. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah di Masjid Besar Solo. Ketika melanjutkan ke sekolah dasar di Sekolah Rakyat Logi Wetan, Dawam langsung ditempatkan di kelas 2. Saat itu, ia juga bersekolah di Madrasah Al-Islam pada sore harinya, tempat dimana Amien Rais juga menimba ilmu. Setelah lulus sekolah dasar, Dawam melanjutkan pendidikannya di SMP 1 Solo dan lulus pada tahun 1957, dan melanjutkan sekolahnya di SMA Manahan dan lulus pada tahun 1961. Setelah lulus SMA, Dawam mendapatkan kesempatan mengikuti AFS (American Field Service) dan menjadi siswa di Borach High School, Idaho, Amerika Serikat selama satu tahun. Sepulangnya dari Amerika Serikat, ia melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 1969. Sejak saat itu, karir akademiknya pun terus meroket. Pada tahun 1993, ia sudah menjabat sebagai Guru Besar Ekonomi Pembangunan di Universitas Muhammadiyah Malang, dan sekaligus menjadi Rektor Universitas 45 di Bekasi. Dalam meniti karir, Dawam pernah bekerja sebagai Staf di Departemen Kredit Bank of America, Jakarta pada tahun 1969. Tapi setelah dua tahun bekerja di perusahaan tersebut, ia memutuskan berhenti. Selepas dari Bank of America, Dawam kemudian bergabung di LP3ES (Lembaga Penelitian dan Pembangunan Ekonomi-Sosial) sebagai Staf peneliti. Lambat laun posisinya merangkak naik menjadi Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan hingga akhirnya menjadi direktur. Pada saat di LP3ES inilah, pengetahuan Dawam tentang ekonomi kerakyatan bertambah. Sejak itu, tulisan maupun esainya mengenai ekonomi dan politik tersebar di media massa. Setelah kurang lebih 10 tahun di LP3ES, ketertarikan Dawam pada dunia LSM semakin besar. Ia pernah ikut merintis sekaligus memimpin beberapa LSM, antara lain: Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan, Lembaga Studi Pembangunan (LSP), Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA), dan Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF). Sementara itu dia mengembangkan minat intelektualnya untuk menggali al-Quran yang membawanya untuk mempelajari berbagai buku tafsir maupun buku-buku yang berkaitan dengan al-Quran. Dalam penelusurannya itu dia menemukan arti pluralisme dan toleransi dalam kehidupan beragama. Menurutnya, pluralisme merupakan sebuah jalan menuju kedamaian dan toleransi menjadi kata kuncinya. Dawam Rahardjo mengaku, saat dirinya belum toleran, ia harus terus-menerus membenci dan menolak segala sesuatu yang berbeda darinya. Namun setelah toleran, ia mengaku mendapat kasih sayang lebih banyak. Ancaman yang dia terima pun malah berkurang. Yang lebih penting lagi baginya, toleransi adalah kunci menuju kemajuan. Tanpa toleransi, Islam menurutnya tidak mungkin menjadi maju. Toleransi menurutnya tidak berarti lemah. Dengan toleransi, ia mengaku malah bisa memahami akidahnya dengan lebih baik. Dia bersama teman-temannya menyebarkan pemahaman pluralisme, liberalisme dan sekularisme. Atas pemikirannya tersebut dia pernah mendapat fatwa haram dari MUI, karena dinilai bertentangan dengan islam. Namun, Dawam tetap pada pendiriannya. Banyak yang menilai dia merupakan sosok intelektual yang berani melakukan pembelaan bagi rakyat dan mengedepankan keadilan. Karena sikap pluralis yang dia tunjukkan menginginkan adanya kerukunan antar umat beragama. Dawam mempunyai kegemaran membaca dan menulis. Bahkan ketika remaja, Dawam sudah mampu menerjemahkan puisi dalam bahasa inggris, lalu ketika beranjak dewasa ia mempunyai hobi membuat syair dan menulis cerita pendek. Dari sini lah Dawam akhirnya sempat cukup aktif menulis di berbagai kolom dan artikel, serta buku ilmiah. Ia terbilang cukup produktif dalam menulis di berbagai media massa, jurnal, dan buku, baik mengenai ekonomi maupun agama islam. Beberapa karyanya yang terkenal adalah "Esai-esai Ekonomi Islam", "Intelektual, Intelegensia, dan Perilaku Politik Bangsa", "Risalah Cendekiawan Muslim", "Perspektif Deklarasi Makkah, Menuju Ekonomi Islam", "Masyarakat Madani, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial", "Ensiklopedia Al-Quran, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci", "Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi", dan "Islam dan Transformasi Sosial Budaya".

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait tokoh ini.