Agus Dermawan Wintarto Martowardojo
Informasi Umum
- Jabatan: Gubernur Bank Indonesia (2013)
- Tempat & Tanggal Lahir: Amsterdam, Belanda, 24 Januari 1956
Karir
- 1. Officer Development Program & International Loan Officer Bank of America NT & SA (1984)
- 2. Vice President, Corporate Banking Group PT Bank Niaga Tbk (1986-1994)
- 3. Deputy Chief Executive Officer Maharani Holding (1994)
- 4. Direktur Utama Bank Bumiputera (1995-1998)
Pendidikan
- 1. Direktur Bank Mandiri (2005-2010)
- 2. Menteri Keuangan Menteri Keuangan
- 3. Gubernur Bank Indonesia (2013)
- 4. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Detail Tokoh
Agus Dermawan Wintarto Matowardoyo lebih dikenal publik dengan nama Agus Martowardoyo adalah bankir berasal dari Indonesia yang kini menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia menggantikan Darmin Nasution sejak 23 Mei 2013. Ia lahir di Belanda, tepatnya Kota Amsterdam tanggal 24 Januari 1956. Meskipun lahir di Belanda, Agus tidak besar di sana, ia menempuh sekolah dasar dan sekolah menengah di Indonesia. Ia menjadi salah satu siswa di Pengudi Luhur, Jakarta. Mantan ketua Bankers Club Indonesia dari 2000 sampai 2003 ini sejak sekolah menengah sudah berminat pada ekonomi. Perhatiannya yang amat besar pada dunia ekonomi memberinya ilham menjadi bankir. Maka, setelah lulus sekolah menengah atas, Agus memutuskan melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah berhasil membawa pulang gelar sarjana dari Universitas Indonesia, Agus melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Ia mengambil jurusan bidang perbankan di State University of New York dan Stanford University di Amerika. S2 teraih dengan mudah, lantas Agus meneruskan memperdalam ilmu perbankan ke Institute Banking & Finance di Singapura. Selama menjadi mahasiswa ia tak hanya kuliah pulang-kuliah pulang alias menjadi mahasiswa kupu-kupu, ia memiliki ambisi besar maka ia mengikuti berbagai acara untuk memperkaya skillnya. Agus menghabiskan waktu ikut serta dalam berbagai macam seminar. Memperkuat skill dengan mengikuti kursus, pelatihan dan berbagai macam hal yang relevan dengan bidang yang ditekuninya. Semuanya berkaitan dengan perbankan. Hasilnya, saat usianya masih terbilang muda, Agus Martowardoyo sudah berhasil menjadi seorang bankir yang cukup diperhitungkan di dunia. Banyak orang memperhatikan sepak terjangnya sejak ia mengawali karir menjadi Internatinal Loan Officer pada Officer Development Program (ODP) di Bank of America. Banyak bank dalam negeri yang mengincarnya agar bersedia menjadi salah satu pemimpin. Benar saja, sekeluar dari Bank of America, Agus tak perlu menganggur, ia diminta Bank Niaga menjadi Vice President, Corporate Banking Group cabang Surabaya dan Jakarta. Sejak keluar dari Bank of America, Agus nampaknya sulit memutuskan menetap di salah satu bank. Ia menjalani banyak jabatan. Ia berpindah-pindah di dunia perbankan. Hal ini menjadikannya memiliki banyak pengalaman dengan sistem dari masing-masing bank. Peraih penghargaan Leadership Achievement dari The Asia Banker tahun 2006 ini pernah berada di Bank Bumiputera dan Bank Expor Impor Indonesia. Ia juga pernah menduduki jabatan sebagai Deputy Chief Executive Officer Maharani Holding. Jabatan strategis lain yang pernah dijabat oleh Agus ialah menjadi direktur utama di dua bank terkemuka di Indonesia, yaitu Bank Permata dan Bank Mandiri sebelum ia masuk ke jajaran kementerian keuangan. Kesediaan Agus menjabat sebagai direktur utama di Bank Mandiri sempat disayangkan oleh beberapa orang. Mereka mengkhawatirkan keberadaan agus di posisi tersebut sebab kursi jabatan direktur utama Bank Mandiri sudah sering menyeret beberapa pendahulunya ke meja hijau. Ada berbagai kasus yang menimpa direktur utama Bank Mandiri. Banyak orang khawatir tidak hanya karena melihat pengalaman yang sudah-sudah, mereka juga sedikit meragukan pengalaman kerja Agus apalagi saat itu Agus masih tergolong berusia muda. Meskipun sudah berpengalaman di Bank of America, tentunya atmosfer kerja di dua bank tersebut berbeda satu sama lain. Usia muda Agus Martowardoyo waktu itu masih dicurigai sebagai salah satu faktor pemikirannya begitu idealis dan berani kritis. Oleh sebab itu banyak pula yang menilai Agus sudah berlebihan ketika ia mengkritik kebijakan Jokowi dalam rangka menurunkan harga bahan bakar minyak nasional. Waktu Agus Martowardoyo bersedia menjabat menjadi direktur utama Bank Mandiri, kondisi internal pengurus bank sedang dalam kondisi tidak stabil. Banyak orang memprediksi keberadaan Agus di sana tetap tidak akan menguntungkan Bank Mandiri yang masih memiliki kredit bermasalah (non-performing loan, NPL) di atas 20%. Jumlah tersebut jauh melewati ambang batas bank sehat yang semestinya. Ambang batas sehat sebuah kredit bank yang seharusnya ialah hanya sebesar 5%. Sejumlah kredit bermasalah yang menjadi faktor utamanya ialah utang dari Grup Kiani dan Garuda Indonesia. Di bank plat merah ini, Agus Martowardoyo bukanlah pemain baru. Di salah satu bank BUMN ini, Agus Martowardoyo pernah berposisi sebagai Managing Director Risk Management and Credit Restructuring, Managing Director Retail Banking and Operation Coordinator, dan managing Director Human Resources and Support Services. Masing-masing jabatan pernah ia emban selama satu tahun. Agus Martowardoyo tidak bergeming dengan banyaknya spekulasi yang meragukan keputusannya. Ia justru bergerak meyakinkan diri dapat melakukan berbagai macam pembenahan. Berdasarkan RUPS tanggal 17 Mei 2010, Agus Martowardoyo resmi menjadi direktur utama Bank Mandiri dengan masa jabatan selama lima tahun. Sosok Agus Martowardoyo ternyata memiliki kemampuan untuk memperbaiki kondisi bank besar di Indonesia itu. Ia berhasil mengendalikan sejumlah kredit bermasalah, sehingga tak heran bila presiden meliriknya menjadi Menteri Keuangan selanjutnya menggantikan Menteri Sri Mulyani yang musti bertugas di Bank Dunia. Sejak keberhasilannya semakin tinggi di dunia perbankan maka banyak bankir mulai berkenalan dengannya. Kalangan perbankan pun berbalik memuji keberhasilannya meskipun masih ragu dengan keinginan presiden. Kedekatan Agus Martowardoyo dengan para bankir bermula dari keaktifannya bergabung dengan organisasi perbankan nasional. Ia banyak berkecimpung di dalam kegiatan-kegiatan organisasi sampai akhirnya masing-masing organisasi yang dimasukinya mempercayakan kedudukan ketua kepadanya. Organisasi perbankan yang mempercayainya antara lain Asosiasi Bankir Indonesia, Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA), Advisor Asosiasi Perbankan Indonesia, Perbanas (Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional Swasta), dan Bankers Club Indonesia. Mantan peserta Operation Management Workshop Bank of America Jakarta Branch, tahun 1985 itupun terpilih sebagai Gubernur Bank Indonesai pada 26 Maret 2013. Pencapaian ini membuktikan kemampuan Agus Martowardoyo diakui oleh banyak orang terutama kalangan perbankan. Ia menjabat sebagai gubuernur di bank sentral Indonesia ini untuk menggantikan posisi Darmin Nasution di mana masa jabatannya selesai pada 22 Mei 2013. Agus menjabat selama lima tahun dari 2013-2018. Pemilihan dilakukan dengan cara voting dari para anggota perwakilan fraksi. Ada 54 suara anggot fraksi yang musti memberikan suara pada pemilihan waktu itu, tercatat tujuh suara menolak, satu anggota abstain, dan 46 suara anggota sepakat menjadikan Agus sebagai gubernur. Dengan demikian, peraih penghargaaan sebagai Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh tahun 2005 versi Warta Ekonomi ini resmi menjadi Gubernur Bank Indonesia. Agus Martowardoyo juga sempat diganjar penghargaan sebagai Eksekutif Indonesia Terbaik oleh Asiamoney tahun 2006 dan diakui sebagai Top Banker tahun 2007 dari Majalah Investor. Selama menjadi Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, mengemukakan visi menjadikan negara Indonesia sebagai produsen dengan melakukan ekspor dan mampu menjadi negara mandiri dengan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Untuk mewujudkan visi tersebut, Agus Martowardoyo mengajak pemerintah mengoptimalkan upaya menekan jumlah impor barang dan jasa. Agus mengutarakan, kinerja ini diperlukan koordinasi antara bank sentral dengan pemerintah yang lebih agresif untuk memperbaiki neraca transaksi. Rencana ini, sampai hari ini masih belum terasa hasilnya, yang menjadi faktor utamanya sudah pasti karena kondisi perekonomian global masih belum stabil sejak peristiwa krisis moneter tahun 1998.
Berita Terkait
Tidak ada berita terkait tokoh ini.