Ruhut Sitompul

Informasi Umum

  • Jabatan: Aktor, Pengacara, Politisi Indonesia
  • Tempat & Tanggal Lahir: Medan, Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 24 Maret 1954

Karir

  • 1. Aktor, Pengacara, Politisi Indonesia
  • 2. Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, Bandung (1979)

Pendidikan

  • Tidak ada data pendidikan.

Detail Tokoh

Tiga peran sebagai pengecara, artis, dan politisi menempel pada sosok Ruhut Sitompul. Karir awalnya hanya seorang pengecara yang tak terkenal. Poltak panggilan untuk Ruhut karena perannya di sinetron Gerhana yang populer di televisi Indonesia di 1995. Ia bermain sebagai Poltak, seorang Raja Minyak dari Tarutung, Medan. Sebelum namanya melejit sebagai seorang politisi kontroversial, Ruhut adalah seorang pemain sinetron terkenal, plus pengecara lulusan kampus Unpad. Kisah Poltak ini lahir ketika Ruhut jadi pengacara Starvision, rumah produksi yang membidani lahirnya Gerhana. Suatu hari, pengacara kelahiran Medan, 24 Maret 1954 ini ditawari menjadi pemeran pembantu di Gerhana. Awalnya ia hanya dikontrak untuk beberapa episode saja. Namun karena masyarakat menyukai peran dan aktingnya yang ikonik, kontrak Ruhut diperpanjang hingga puluhan episode. Setelah Gerhana, Ruhut kebanjiran penawaran untuk membintangi sejumlah sinetron dan beberapa acara komedi. Beberapa sinetron yang pernah menampilkan wajah Ruhut antara lain James Bono, Taman Mertua Indah, dan Anak Ibuku. Beberapa acara komedi yang pernah menampilkan sisi humoris Ruhut antara lain Asep Show, Ketoprak Humor, dan Ngelaba. Saat Ruhut sudah menjadi politisi di 2009, tawaran main di layar kaca mendatanginya, antara lain untuk film Get Married 2 dan Sajadah Ka’bah. Usai puas menjejaki karir di dunia sinetron, fokus menjadi pengacara. Karirnya di habitat aslinya ini makin mentereng, saat jadi pengecara Ketua Umum Partai Gokar, Akbar Tandjung. Kedekatannya dengan orang nomor satu di partai berlambang pohon beringin itu membuatnya juga mendapat porsi sebagai pengacara beberapa yayasan milik mantan Soeharto. Tugas barunya ini termasuk berat. Yayasan-yayasan tersebut adalah satu jalan bagi Soeharto dan kroni-kroninya untuk memperkaya diri. Ruhut sangat piawai dalam mengelola konflik, juga sering memicu konflik. Orang-orang awam hingga para pejabat di pemerintahan hingga hafal dengan sikap kontrovesialnya di berbagai forum. Ada kontroversi yang bisa selesai dengan mudah, namun tak sedikit juga yang berlarut-larut hingga memancing emosi publik. Sikap Ruhut yang gampang terjebak dalam kontroversi soal ucapannya yang kadang-kadang rasis. Pada pertengahan 2009, kata-kata rasis keluar terhadap Fuad Bawazier, seorang politisi yang menjadi tim sukses pasangan Capres dan Cawapres Jusuf Kalla-Wiranto. Pada waktu itu, Ruhut sudah jadi anggota Partai Demokrat, yang juga tim sukses pasangan Capres dan Cawapres SBY-Boediono. Kejadian ini sempat menyulut kemarahan para anggota Front Pembela Islam (FPI). Meski akhirnya Ruhut meminta maaf kepada masyarakat. Ia juga pernah berseteru dengan pengamat politik Boni Hargens. Kisah Ruhut yang berkonflik dengan lawan bicaranya sudah kerap terjadi, tapi politisi ini pandai memainkan ritme, kapan menyerang kapan menyanjung lawan bicaranya. Belakangan ini Ruhut lebih kental sebagai seorang politisi, karir politiknya sudah dibangun sejak usia muda. Ia telah bergabung dengan Partai Golkar sejak 1983. Hingga pada akhirnya Ruhut memutuskan bergabung dengan Partai Demokrat di 2004 yang masih sebagai partai anyar. Hingga kini Ruhut masih loyal terhadap Partai Demokrat. Ia sempat jadi Ketua Komisi III DPR-RI. Kini, jabatan Luhut cukup strategis, sebagai koordinator juru bicara partainya.