Abdul Gafur Tengku Idris

Informasi Umum

  • Jabatan: Wakil Perdana Menteri Indonesia ke 1 (1947-1948)
  • Tempat & Tanggal Lahir: Maluku Utara, Indonesia, 20 Juni 1938

Karir

  • 1. Wakil Perdana Menteri Indonesia ke 1 (1947-1948)
  • 2. Sekolah Dasar, Halmahera
  • 3. HIS
  • 4. SMP, Ternate

Pendidikan

  • Tidak ada data pendidikan.

Detail Tokoh

Abdul Gafur Tengku Idris lahir di Halmahera, Maluku Utara, 20 Juni 1938. Ia merupakan mantan Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada masa Kabinet Pembangunan IV. Di dalam dirinya mengalir darah pejuang Aceh dari garis keturunan ayahnya. Dulu, ayahnya merupakan pejuang Aceh yang diasingkan ke Maluku karena bergabung dengan pasukan Teuku Umar. Selama masa pembuangan, ayah Abdul Gafur malah bertemu dengan calon ibunya. Mereka pun menikah dan membuat Abdul Gafur memiliki delapan saudara. "Dalam darah saya terpadu dua watak yang sama keras, Aceh dan Ambon," ujar Abdul Gafur, putra keenam dari sembilan bersaudara tersebut. Ayah Abdul Gafur lalu berprofesi sebagai pedagang di Maluku, ia tidak lagi berjalan-jalan dengan membawa senjata sebagai seorang pemberontak. Bila mengenang masa kecil, Abdul Gafur paling suka mengingat sering membaca buku-buku riwayat hidup orang-orang besar. Dari bacaannya, tumbuh cita-cita di dalam dirinya ia berkeinginan menjadi dokter. "Semua teman bersorak mengejek dan mengatakan tidak mungkin, karena saya anak orang miskin," kata Abdul Gafur. Ibunya merupakan perempuan yang lahir di tengah keluarga sederhana dan tidak dapat membaca maupun menulis. Akan tetapi, justru sang ibulah yang paling mengerti cita-cita dan mendukungnya. Perempuan itu mendukung Abdul Gafur untuk pindah ke Jakarta sejak masih Sekolah Menengah Atas. Ia harus pindah di usia itu agar bisa mempersiapkan diri dan menyesuaikan diri masuk ke Fakultas Kedokteran yang disukainya. Abdul Gafur pun berhasil masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pendidikan calon dokter di fakultas tersebut diselesaikannya pada tahun 1966. Abdul Gafur merupakan pemuda yang sudah aktif di organisasi sejak SMP. Abdul Gafur bergabung dengan TNI-AU pada tahun 1964, padahal ia masih punya kewajiban untuk menyelesaikan studinya di Fakultas Kedokteran. Akan tetapi, Abdul Gafur sudah memperoleh pangkat sebagai letnan muda pelajar saat itu. Abdul Gafur juga pernah ditugaskan ke Kalimantan dalam rangka untuk menumpas oragnisasi komunis Paraku. Abdul Gafur semakin dikenal di kalangan aktivis karena ikut serta dalam mengganyang kekuasaan Orde Lama, 1966. Ia mengaku menjadi salah satu mahasiswa pengganyangan organisasi mahasiswa CGMI/PKI. Ia dan teman-temannya menemuii Syarif Thayeb, yang saat itu merupakan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), "Kami minta CGMI dibubarkan di seluruh Indonesia, dan Pak Syarif Thayeb langsung melakukannya," ungkap mantan aktivis mahasiswa yang bernaung di bawah bendera HMI ini. Ia meneruskan karirnya di dunia politik, dan tahun 1972, Abdul Gafur diangkat menjadi anggota DPR dari Fraksi ABRI. Kedudukannya meningkat menjadi menteri muda urusan pemuda periode tahun 1978-1983 selama Kabinet Pembangunan III dan Abdul Gafur kembali diangkat menjadi menteri, ia diberi kedudukan sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Kabinet Pembangunan IV.Peranannya di bidang olahraga ialah berhasil mempertahankan gelar juara umum pada SEA Games 1985 di Bangkok dan Asian Games 1986. Kedua turnamen asia itu dinyatakanna sebagai sasaran meningkatkan prestasi. Abdul Gafur punya ambisi besar untuk mempertahankan posisi sebagai juara umum tersebut, ia bermaksud meningkatkan posisiIndonesia dari rangking ke enam menjadi ke lima di Asian Games dan SEA Games 1985. Akan tetapi, usaha itu meleset karena Indonesia hanya memperoleh juara kedua, untuk meningkatkan rangking, Indonesia harus menjadi juara pertama. Selanjutnya, di Olimpiade 1988, Abdul Gafur, selaku Menteri Pemuda dan Olahara menarget Indonesia meraih medali, "Minimal sebuah medali perunggu," kata Gafur. Abdul Gafur hobi main tenis, berenang, dan jogging. Masa jabatannya sebagai Menteri Pemuda dan Olaharaga berakhir bertepatan dengan lengsernya Soharto dari kedudukannya sebagai presiden. Kedudulannya sudah berakhir sejak Mei 1988. Setelah tak menjabat sebagai menteri, Abdul Gafur menyusun buku berisi kisah tentang Presiden Soeharto. Ia menulis buku berjudul Pak Harto, Pandangan dan Harapannya. Buku setebal 537 halaman itu tebrit padaakhir Januari 1988. Empat tahun kemudian, Desember 1992, Abdul Gafur kembali meluncurkan buku karangannya. Sebuah buku biografi Tien Soeharto, berjudul Biografi Siti Hartinah Soeharto, Ibu Utama Indonesia. Kali terbit dengan tebal 572 halaman. Abdul Gafur juga menjabat sebagai pemimpin umum harian Pelita. Sambil menulis buku-buku tebal di atas, Abdul Gafur memimin harian Pelita dan harus menangani kondisi tidak seimbang harian tersbeut. Abdul Gafur bersama tim manajemannya melakukan perampingan jumlah Sumber Daya Manusia untuk mempertahankan terbitan harian Pelita. 13 orang karyawan harian Pelita dikenai pemutusan hubungan kerja tepat pada tahun 1992. Salah seorang dari karyawan tersebut ialah Zulvan Z.B. Lindan. Pemutusan hubungan kerja ini membuat Zulvan menggugat PT Pelita Persatuan dan Abdul Gafur ke pengadilan. Selain mengurusi Pelita, Abdul Gafur juga menerbitkan majalah Sinar. Majalah ini dikelolanya bersama bersama pengusaha Sudwikatmono, sejak 1993. Selain itu, Abdul Gafur juga mengembangkan bisnis ke arah lain, yakni dengan melirik bidang transportasi, ia mendirikan perusahaan transportasi Dian Taksi. Abdul Gafur hilang begitu saja dari dunia politik praktis karena mengurusi beberapa bisnisnya tersebut di atas, namun ketika usahanya terasa stabil, ia kembali muncul ke dunia politik. Untuk pertama kalinya, setelah lama tak terlihat ia kembali terlihat di Munas Partai Golkar tahun 1993. Pada tahun yang sama, Abdul Gafur langsung ditunjuk sebagai calon pengurus DPP Golkar. Abdul Gafur pun terpilih sebagai salah satu ketua DPP, selama periode kepengurusan rentang waktu tahun 1993-1998. Karir politiknya kembali berkibar, pada rentang waktu tahun 1997-2002, Abdul Gafur terpilih sebagai Wakil Ketua MPR/DPR, membawahi bidang ekonomi dan keuangan. Sebelum menjabat sebagai Wakil Ketua MPR/DPR, Abdul Gafur mendirikan Komite Nasional Pemuda Indonesia pada tahun 1973 setelah kembali bertemu dengan temant-teman aktivisnya selama masih menjadi mahasiswa. Salah satu temannya yang ikut mendirikan komite tersebut ialah Cosmas Batubara. Abdul Gafur pun menjabat sebagai salah seorang pengurus dan melaksanakan kongres pertama denagn komite pada tahun 1974. Abdul Gafur terpilih sebagai wakil dari Komite Nasional Pemuda Indonesia dalam acara World Assembly of Youth (WAY) di Brussel. Setahun kemudian, Abdul Gafur ditunjuk sebagai wakil presiden di World Assembly of Youth pada tahun 1975.