Sentimen
Undefined (0%)
4 Nov 2025 : 23.21
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Event: Ramadhan

Kab/Kota: Solo

Tokoh Terkait

Air Bekas Cucian Bukan Sekadar Busa Tetapi Ancaman Senyap di Saluran Solo

4 Nov 2025 : 23.21 Views 9

Espos.id Espos.id Jenis Media: Eco

Air Bekas Cucian Bukan Sekadar Busa Tetapi Ancaman Senyap di Saluran Solo

GenDarling -- Di beberapa gang di Kota Solo, aliran air bekas cucian sering terlihat mengalir dari rumah ke selokan, membawa busa putih yang tampak biasa saja. Namun di balik itu, air cucian mengandung zat kimia berbahaya seperti fosfat, surfaktan, dan pewangi sintetis yang bisa mencemari tanah serta sungai. Zat ini membuat air tampak bersih, tetapi di alam justru memicu pertumbuhan alga berlebihan dan menurunkan kadar oksigen di air. Akibatnya, biota sungai sulit hidup dan kualitas air terus menurun.

Menurut Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surakarta, sekitar 40 persen limbah rumah tangga di Solo belum diolah dengan benar. Sebagian besar berasal dari aktivitas mencuci, mandi, dan dapur. Ketika limbah ini mengalir tanpa penyaringan, residu sabun menumpuk dan menyebabkan saluran air cepat kotor serta menimbulkan bau tidak sedap. Dalam jangka panjang, air limbah itu bisa menembus lapisan tanah dan mencemari air sumur warga.

Beberapa komunitas di Solo mulai bergerak menanggapi masalah ini. Salah satunya adalah Solo Bersih Airku Lestari, yang mengajak warga membuat penyaring sederhana menggunakan pasir, batu, dan arang. Dengan alat itu, air bekas cucian bisa disaring lebih dulu sebelum dibuang ke selokan, bahkan bisa dimanfaatkan kembali untuk menyiram tanaman.

“Awalnya kami pikir air sabun akan hilang sendiri, tapi ternyata bisa merusak air tanah,” ujar Siti Maryam, warga Laweyan yang kini sudah menerapkan sistem filtrasi kecil di rumahnya.

Langkah kecil seperti ini terbukti efektif menekan pencemaran. Pemerintah Kota Solo juga tengah mendorong program Eco-Sanitation, meski penerapannya belum merata. Masalah utama masih terletak pada kebiasaan masyarakat yang menganggap air cucian bukan limbah berbahaya. Padahal, sabun dan deterjen yang tidak ramah lingkungan bisa merusak mikroorganisme tanah serta mempercepat penyumbatan drainase kota.

Untuk itu, masyarakat disarankan memilih produk eco-friendly, menggunakan sabun secukupnya, dan tidak membuang limbah langsung ke saluran. Air bekas cucian piring yang berminyak juga sebaiknya diendapkan lebih dulu agar lemak tidak menyumbat saluran. Bila kesadaran ini tumbuh bersama, maka sungai dan selokan kota bisa kembali bersih.

Air bekas cucian memang tampak sepele, tapi dampaknya serius. Busa yang hanyut bersama air sabun adalah tanda kecil bahwa lingkungan kita sedang kelelahan menanggung beban kimia sehari-hari. Menjaga kebersihan air bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama. Sebab dari air yang terlihat ringan inilah, kehidupan bergantung.

Tulisan ini bagian dari program Gen-Darling Movement, hasil kolaborasi antara Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) dengan Solopos Media Group (SMG). Tulisan ini karya Suci Ramadhan Widyawati, Program Studi Aqidah dan fIlsafat Islam, Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

Sentimen: neutral (0%)