Sentimen
Undefined (0%)
1 Okt 2025 : 12.03
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Banjarmasin, Colorado, Palembang

Partai Terkait

Fungsi Menurun hingga Menghilang, Sungai di Indonesia Hadapi Ancaman

1 Okt 2025 : 12.03 Views 95

Espos.id Espos.id Jenis Media: Eco

Fungsi Menurun hingga Menghilang, Sungai di Indonesia Hadapi Ancaman

JAKARTA--Selain persoalan fungsi sungai yang menurun, keberadaan sungai di Indonesia juga banyak yang menghilang.

Kota Palembang, Sumatra Selatan, misalnya, telah kehilangan 612 sungai hingga saat ini. "Dulu [masa lalu] ada sekitar 726 sungai yang mengalir di Kota Palembang. Namun, lambat laun karena Kota Palembang terus berkembang dan saat ini sungai di Palembang tinggal 114 sungai, atau hilang 612 sungai," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Palembang Ahmad Bastari dikutip dari laman Indonesia.go.id yang diakses Espos, Rabu (1/10/2025).

Selain sungai, Palembang juga kehilangan 5.000 hektare lahan rawa dalam waktu 10 tahun terakhir karena banyaknya pembangunan pemukiman. Dampak utama yang terjadi adalah banjir di setiap musim hujan.

Catatan Antaranews pada 2010 menyebutkan ratusan aliran sungai di Kota Banjarmasin menghilang. Sebagian besar diakibatkan ulah manusia dan degradasi alam yang terjadi di ibu kota Kalimantan Selatan itu.

Pengamat sungai dan tata kota, di Banjarmasin, Bachtiar Noor, mengatakan, ulah manusia dan degradasi alam di Kota Banjarmasin telah mengakibatkan ratusan aliran sungai di kota itu perlahan menghilang. Bahkan, tindakan manusia yang sangat mengganggu dan merusak aliran sungai hingga kini masih saja terjadi, dan tanpa ada tindakan tegas dari pemerintah setempat.

Degradasi atau penurunan kualitas alam di Kota Banjarmasin terjadi sejak tahun delapan puluhan. Pemerintah saat itu mengeluarkan larangan untuk ekspor kayu log.

Dengan adanya larangan tersebut, berkembanglah tempat pengolahan kayu di kawasan Pelambuan Banjarmasin. Lapangan pekerjaan tersebut menyerap banyak tenaga kerja hingga tepi sungai kemudian dipenuhi permukiman.

"Permukiman yang banyak timbul dari banyaknya lapangan pekerjaan pengolahan kayu. Beberapa tempat di aliran sungai tertutup rumah yang dibangun warga," ujarnya.

Berdasarkan data, sepertiga dari empat ratusan sungai telah hilang dan diperkirakan yang masih tersisa sekitar 108 sungai di Kota Banjarmasin. Jumlah sungai yang hilang tersebut akan terus bertambah seiring dengan masih banyak atau maraknya penyempitan aliran sungai akibat dari banyaknya rumah penduduk yang berada di bantaran sungai.

"Sungai akan terus berkurang karena masih maraknya pembangunan rumah penduduk yang di kawasan bantaran sungai," ucap Bachtiar.

Hilang dan tercemarnya sungai bukan hanya menjadi fenomena di Indonesia. Menurut situs yang khusus membahas lingkungan hidup www.mongabay.co.id, hal itu terjadi merata secara global. Dilaporkan ribuan sungai di China juga hilang. Fenomena serupa terjadi pula di Peru, Bangladesh, Prancis, dan Colorado dalam jumlah yang berbeda-beda.

Sebuah kajian yang dilaporkan tiga tahun lalu memotret secara global degradasi sungai. Sebanyak 51% hingga 60% sungai di seluruh dunia berhenti mengalir setidaknya satu hari dalam setahun. Berarti lebih dari separuh sungai di seluruh dunia tidak bersifat abadi.

Restorasi Sungai

Menghadapi fenomena menghilangnya sungai, sebuah langkah besar pun diambil. Pada Maret 2023, sejumlah negara yang mengikuti Konferensi Air PBB dalam rangka Hari Air Dunia (22 Maret), menginisiasi program restorasi sungai, danau, dan lahan basah. Program itu, antara lain, akan memulihkan 300.000 km sungai atau setara dengan lebih dari 7 kali mengelilingi bumi.

Tujuan utamanya mengembalikan fungsi dan kondisi alamiah sungai. Pola penyelesaian yang awalnya berdasarkan aspek teknik sipil hidro secara parsial, diubah menjadi penyelesaian terintegrasi aspek hidraulik, fisik, ekologi, dan sosial.

Langkah ini penting karena masalah yang dihadapi sungai jika terus dibiarkan dan tidak ditangani secara serius akan menyebabkan sungai mati dan tak lagi memberi dukungan bagi kehidupan. Pada ujung program restorasi diharapkan sungai kembali sehat - sungai bukan hanya menjadi rumah bagi banyak spesies yang beraneka, namun juga menjadi sumber air baku, pengairan pertanian, pelayaran, sumber energi, bahkan rekreasi.

Pemerintah dan masyarakat Indonesia sejatinya cukup sigap menyikapi fenomena sungai yang tercemar atau kehilangan fungsi utamanya sebagai sumber kehidupan. Berbagai aksi muncul, seperti Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (GRSI) (dimulai tahun 2014), Kongres Sungai Indonesia yang digelar tiap tahun dan dimulai tahun 2015, jumlah kegiatan lain terkait restorasi sungai.

Jauh hari sebelumnya, gerakan peduli sungai juga sudah ada, misalnya Citarum Bersih, Sehat, Indah dan Lentari (Bestari) pada tahun 2013 dan lain-lain. Aksi nyata program bersih-bersih Citarum itu pula yang akan dibawa delegasi Indonesia sebagai showcase dalam kegiatan World Water Forum (WWF) yang digelar di Bali pada 18-24 Mei 2024.

Langkah dan aksi bersih-bersih sungai pada hakekatnya adalah upaya menghindari status sungai tercemar. Mengabaikan status sungai yang kehilangan fungsi utamanya akan mengundang konsekuensi yang tidak sedikit. Restorasi sungai wajib dilaksanakan agar sungai yang tidak sehat dan kehilangan fungsinya, bisa dipulihkan lagi agar kembali memperkuat daya dukung lingkungan.

 

 

 

 

Sentimen: neutral (0%)